Mohon tunggu...
Chantika NurAsyfa
Chantika NurAsyfa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Blog/situs pribadi

Chantika Nur

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Seni dalam Hidup

23 Februari 2022   18:15 Diperbarui: 23 Februari 2022   18:26 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Elsana baru masuk selolah dasar, ia baru kelas satu. Sekolahnya cukup jauh dari rumah kami yang baru, tapi tidak jauh dengan sekolahku. Di kotaku daerah dibagi menjadi beberapa bagian untuk kawasan industri khusus ada tempatnya, dan begitu juga sekolah sehingga aku tidak perlu bulak-balik mengantarnya karena searah. Akan tetapi aku kasian padanya, karena adikku harus menungguku pulang sekolah, dia harus menunggu sekitar tiga sampai empat jam di sekolahnya.

Aku takut adikku terkena bully di sekolahnya, karena meskipun mereka anak kecil, sikap mengejek atau meremehkan orang lain sudah dikenal oleh anak kecil zaman sekarang. Sikap adikku tidak jauh dengan sikapku, tetapi bedanya ia memiliki satu teman yang sangat baik padanya, aku sangat bersyukur untuk itu. Aku lebih bersyukur karena temannya ini adalah anak laki-laki karena bila sama-sama perempuan aku tidak menjamin adikku akan merasa terlindungi, karena perempuan memiliki mulut bagaikan harimau.

Aku berencana bekerja part time karena aku takut kebutuhan kami semakin tinggi di depan, kami takut apabila sesuatu terjadi, tetapi aku tidak tega membiarkan adikku di rumah sendirian. Aku mencari waktu dan pekerjaan yang tepat agar adikku tidak sendirian di rumah.
Selagi menikmati masa-masa sulit kami, aku selalu menjalani hobiku menggambar. Sudah hampir satu tahun kami tinggal di rumah ini, dan ayah belum juga menghubungi kami sekalipun, kami tidak tahu ayah berada dimana, apa yang sedang ayah lakukan, apa ayah ingat kepada kami atau sudah lupa?. Aku takut akan apa yang terjadi di masa depan, kami tidak mempunyai wali untuk saat ini.

Pukul 07.30 : Menikmati Hidup dan Memulai Memikirkan ke Depan

"Deeeekkkkkk..... Cepetan nanti busnya keburu pergiii!! Nanti kita harus nunggu jadwal bus berikutnya dan malah kemalemannnn" teriakku dari pintu depan.

"Bukannya bantuin biar cepet malah teriak-teriak, dasar tua!" ucap dede dari dalam

Entah apa yang sedang dicari dede di dalam. Hari ini aku berniat jalan-jalan bersama dede, ini adalah jalan-jalan pertama kami setelah melewati hari-hari yang cukup melelahkan selama satu tahun ini. Dede terkadang sering menanyakan ayah, apa ayah sudah menelepon tetapi ia tidak pernah menangis minta ini itu. Aku sudah kelas tiga SMA, selain untuk mengajak jalan-jalan dede, aku ingin melihat bangunan-bangunan pedesaan, selagi berjalan-jalan aku membawa banyak alat gambarku.

Selama satu tahun ini aku memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa berkuliah, aku tidak memiliki cukup biaya untuk berkuliah. Aku berniat berlatih hobiku menggambar dan mengikuti lomba-lomba yang dapat memberikan beasiswa berkuliah.

Kami sudah menaiki bus tujuan kami, di sepanjang perjalanan dede banyak menunjuk sana-sini, ia terlihat sangat senang. Ini adalah pertama kalinya adikku banyak berbicara selama satu tahun. Aku sangat senang melihatnya, dede dan aku memiliki persamaan sifat. Tetapi wajah kami terlihat sedikit berbeda. Aku sangat mirip dengan ibu, wajahku seperti copy an wajah ibu, aku memiliki wajah yang mungkin bisa dikatakan sangat cantik. Garis-garis wajahku sangat memperlihatkan bahwa aku adalah gadis manis dan anggun, tetapi sikapku tidak menggambarkan demikian. Sedangkan wajah dede, ia lebih mirip dengan ayah, dan ia tak suka berambut panjang sehingga ia terkadang terlihat sangat tomboy. Akan tetapi, meskipun dede terlihat tomboy, ia memiliki wajah yang sangat cantik.

Kami telah sampai di desa yang kami tuju, kami menaiki bus sekitar dua jam setengah, pemandangan yang terlihat sangatlah indah, meskipun ini sudah mau menjelang siang tetapi udara disini tetaplah sejuk, kami berjalan-jalan mengelilingi desa ini. Sesekali kami bersapa dengan warga disini, warga disini sangat ramah aku tidak biasa bersapa sapa dengan orang, selagi aku menggambar beberapa rumah dede bermain air sungai.
Rumah-rumah disini masih sangat estetik, bentuk bangunan yang terlihat sederhana akan tetapi sangat kokoh. Aku senang berjalan-jalan disini, dede juga terlihat senang bermain air. Matahari sudah berada diatas kepala kami, dan dede bilang ia merasa lapar. Aku baru selesai menggambar satu rumah, aku dan dede berjalan-jalan lagi mencari tempat untuk memakan bekal kami. Aku sengaja membawa bekal makan, karena aku tidak mau uang kami cepat secara cuma-cuma karena kami mengikuti ego kami untuk makan diluar, tetapi untung saja kami mebawa bekal karena di dalam pedesaan ini tidak ada warung makan.

Saat kami menemukan saung dipertengahan persawahan, kami bertemu dengan nenek-nenek yang membawa cakul. Nenek ini mungkin yang memiliki sawah disini, aku menyapanya dan benar nenek ini adalah orang yang memiliki sawah ini dan saung ini. Kami izin ikut untuk memakan bekal kami, nenek itu sangat baik ia mengajak ngobrol adikku. Sedari tadi, dede sangat suka berbicara. Nenek mungkin tahu aku tidak menyukai banyak mengobrol jadi ia sesekali mengajakku berbicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun