Mohon tunggu...
Chantika NurAsyfa
Chantika NurAsyfa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Blog/situs pribadi

Chantika Nur

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Seni dalam Hidup

23 Februari 2022   18:15 Diperbarui: 23 Februari 2022   18:26 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pukul 20.29 :  Awal mula hidup kami berantakan

Tok...tok...tok.... Ketukan pintu terdengar dari dalam rumah

"Elin... Ayah menitipkan adikmu yah, jaga adikmu dan sayangi dia, ayah akan pergi untuk beberapa saat. Percaya kepada ayah, ayah akan kembali dan mencarimu kemana saja meskipun kau sudah tidak di rumah ini lagi. Bila ada yang mencari ayah, ucapkan saja kau tak tahu apa-apa tentang semuanya. Ayah sayang kalian!" ucap ayah sambil mencium keningku dan Elsana adikku.

Aku menghela napas panjang sambil duduk di ujung pojok kamar, aku melihat punggung ayah untuk yang terakhir kalinya. Ia memasuki lemari yang merupakan itu adalah pintu rahasia untuk keluar dari rumah kami.

Bruuuugggg.... Suara dobrakan pintu dengan sangat kasar.

Seorang rentenir yang membuka semua sela-sela pojok bagian rumah untuk mencari ayahku, mereka membuka kan semua pintu dan jendela. Di luar hujan lebat dan petir tak ingin tertinggal. Saat gorden pintu kamar di buka, dingin seketika menyergap seluruh badanku, mengalir dari kaki, melalui pergelangan, menerobos ke dalam baju, dan kemudian masuk ke dalam hatiku, dingin sekali.

Angin malam disertai suara rintikan air hujan, seperti membekukan seluruh perasaanku, mengkristalkan semua keinginanku, ku kira malam ini adalah malam semua cerita hidup kami akan berakhir, tetapi aku salah, aku salah besar!. Malam ini adalah malam saat semuanya di mulai, saat ayah izin pamit dari kehidupan kami, saat semua barang-barang milik kami diambil, dan saat aku dan adikku harus mencari tempat tinggal baru untuk kami.

"Hai gadis manis, kemana ayahmu pergi?" ucap seorang rentenir yang badannya dipenuhi oleh tato.

"Mana saya tahu, saya dan adik saya ditinggalkan sebatang kara seperti ini!" ucapku ketus.

"Mulai besok rumah ini akan disita maka kau dan adikmu harus segera pergi dari rumah ini, mengerti?!." ucap seorang rentenir itu dengan penuh penegasan.

Aku mengangguk mengiyakan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun