Mohon tunggu...
Chanina Zaharani
Chanina Zaharani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Chanina Mumtaza Zahrani

Tugas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenali Tradisi Sebelum Menyambut Bulan Suci Ramadhan

31 Maret 2022   00:19 Diperbarui: 31 Maret 2022   00:24 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Megengan sendiri merupakan peringatan atau sebagai penanda bahwa dalam waktu dekat akan memasuki bulan puasa atau bulan Ramadhan, bulan dimana seluruh umat muslim melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh dengan tidak makan dan tidak minum, dalam bulan ini juga kita sebagai umat muslim harus menahan diri atau menahan hawa nafsu agar menjalankan ibadah dengan lancar (tidak melakukan perkara-perkara yang dapat membatalkan puasa). Megengan di daerah saya sendiri biasanya dilaksanakan setelah ba'da maghrib dan bertempat di masjid maupun mushola terdekat. 

Mayarakat berbondong-bondong datang ke mushola atau masjid dengan membawa ambeng, ambeng sendiri adalah nasi putih maupun hidangan khas Jawa yang diletakkan diatas tampah dan dikelilingi oleh lauk pauk disekelilingnya. 

Ciri khas dari megengan ini adalah dengan membawa makanan khas dari Jawa yaitu apem, apem sendiri dipandang sebagagi simbol permohonan ampun atas dosa-dosa maupun kesalahan. 

Tujuan dari penggunaan apem adalah agar masyarakat sekitar terdorong untuk selalu memohon ampun kepada sang pencipta Allah SWT. Acara megengan pertama-tama diawali dengan mendoakan para sesepuh maupun leluhur dengan mebacakan bacaan tahlil bersama-sama. 

Setelah membacakan tahlil biasanya mereka menjalankan sholat isya' terlebih dahulu, setelah sholat mereka baru membagikan ambeng tersebut untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing. 

Tradisi megengan sendiri sudah ada sejak turun temurun. Selain tradisi nisfu sya'ban dan megengan ada tradisi lagi untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yaitu ziarah ke makam para leluhur dan sesepuh yang sudah meninggal dunia. 

Di keluarga saya sendiri menjelang dua hari datangnya bulan suci Ramadhan mengunjungi makam keluarga yang sudah meninggal dunia dan itu juga sudah menjadi sebuah tradisi di keluarga saya. Para peziarah membacakan doa tahlil dan yasin kepada keluarga yang sudah meninggal dunia. 

Hal itu adalah salah satu bentuk untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal dunia. Kita sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya tetap menjaga nilai-nilai tradisi atau melestarikan suatu tradisi yang ada supaya tetap berjalan. 

Karena sekarang ini sudah banyak masyarakat yang melupakan suatu tradisi maupun kebiasaan yang ditanamkan oleh para leluhur seiring dengan berjalannya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Karena tradisi juga merupakan bagian penting yang memiliki peran dalam aspek kehidupan. 

Tradisi harus dirawat, karena tradisi dapat berperan sebagai norma dalam kehidupan sosial yang mana saling membutuhkan satu sama lain. Mempertahankan sebuah tradisi tidaklah gampang, akan tetapi jika kita memulainya dari ruang lingkup yang kecil misalnya dengan memulai membiasakan mengenalkan tradisi terhadap keluarga kita kemungkinan suatu tradisi akan tetap bertahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun