Mohon tunggu...
Chanigia Rada
Chanigia Rada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki kepribadian yang cukup aneh,terkadang saya sangat meyukai keramaian dan terkadang saya sangat membenci nya hal ini yang terkadang memebuat saya susah bergaul,tapi seiring berjalannya waktu saya sudah lebih baik mengkodisikan diri saya.Saya memiliki hobi bermain basket,mendengarkan musik'dan membaca buku.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Self Diagnosis pada Remaja

16 November 2023   05:33 Diperbarui: 16 November 2023   05:52 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring berkembangnya IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang sangat pesat telah mengubah banyak sekali pola hidup manusia, salah satunya kepedulian terhadap kesehatan mental, khususnya self diagnosis pada remaja. Apasih self diagnosis itu?.

Self adalah diri sendiri, diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan cara memeriksa gejala-gejalanya. Jadi self diagnosis adalah asumsi yang menyatakan bahwa seseorang terkena  penyakit berdasarkan pengetahuannya sendiri.

Mengutip dari Kompas.id yang dilansir dari

temuan peneliti dari UConn School of Medicine dan tim dalam Journal of American Medical Association (JAMA) edisi 2 Mei. Epidemiolog dan psikiater UConn School of Medicine, T Greg Rhee dan rekannya dari Mayo Clinic, Columbia University Irving Medical Center, Yale University School of Medicine dan VA Connecticut Healthcare System menganalisis data dari National Hospital Ambulatory Medical Care Survey (NHAMCS) 2011-2020. NHAMCS adalah survei tahunan rumah sakit di seluruh AS.

Hasil study menunjukkan  Masalah kesehatan mental dewasa muda, remaja, dan anak meningkat setelah isolasi dan gangguan pandemi Covid-19.

Melansir dari fkm.unair.ac.id Sebuah penelitian di AS terhadap 1000 orang tua dengan setidaknya 1 anak di bawah usia 18 tahun menemukan bahwa 14,3% orang tua melaporkan mengamati memburuknya kesehatan perilaku anak. Berdasarkan skrining yang dilakukan Hill dan rekannya di unit gawat darurat sebuah rumah sakit besar di Amerika Serikat, tingkat ide dan upaya bunuh diri pada bulan Maret hingga Juli 2020 meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Selain itu, jumlah  kunjungan ke rumah sakit jiwa juga meningkat. Layanan kesehatan mental pada anak usia 5 hingga 11 tahun juga meroket.

platform yang populer sejak pandemi COVID 19 dimana hampir semua kegiatan pendidikan hingga pekerjaan dilakukan di rumah. Dan mulai banyak yang melakukan kegiatan untuk mencari hiburan di rumah, salah satunya dengan bermain Tik Tok. Sejak awal tahun 2020 aplikasi TikTok mulai digemari khalayak masyarakat dan kini menjadi aplikasi terlaris nomor 1 pemutar & editor video di Play Store (diakses 28/12/2020). TikTok adalah aplikasi yang berisi konten video pendek yang digunakan untuk mencari hiburan, bahkan untuk beberapa kalangan, aplikasi ini mereka pakai untuk mencari penghasilan,

Saat ini TikTok digandrungi oleh banyak khalayak yang menggunakannya. Konten yang termuat dalam bentuk video yang berdurasi 15 hingga 60 detik dan banyak genrenya seperti konten menari, bernyanyi, mengulas produk dan masih banyak lagi. Dari berbagai video yang memiliki durasi pendek tersebut, menjadikan konten yang dibuat menjadi tidak membosankan.Karena di dalam sebuah komunikasi penyampaian pesan, pasti terdapat proses pengiriman pesan dan penerima pesan. Kemudian pengguna aplikasi diharap dapat menerima pesan yang disampaikan melalui konten video yang dibuat. Penonton juga dapat memberikan feedback dengan cara berkomentar pada konten maupun berduet dengan konten tersebut.

Dilansir dari Kompas.com (diakses 28/12/2020) sekitar 40 persen pengguna TikTok ada di rentang usia 16 hingga 24 tahun. Namun tidak hanya kalangan anak muda melainkan juga orang dewasa diatas umur 24 tahun pun tertarik dengan aplikasi satu ini. Di berbagai usia pengguna TikTok memiliki tujuan masing-masing dalam menggunakan aplikasi ini seperti sebagai pembuat konten, sebagai penonton, mencari informasi, dan lain-lain.

Maraknya edukasi  tentang kesehatan mental di Tik Tok membuat remaja saat ini menjadi lebih sempit pikirannya terkhusus tentang kesehatan mental. Karena remaja saat ini banyak menghabiskan waktunya untuk mengakses internet, mereka(remaja) cenderung suka menonton konten-konten yang lebih simpel, mudah dipahami, tidak bertele-tele, dan juga tidak dibarengi dengan ilmu atau persepsi dari banyak pandangan, sehingga remaja sekarang banyak yang mendiagnosis dirinya sendiri tanpa pengetahuan yang cukup.

Adapun beberapa dampak dari self diagnose yang terdiri dari dampak kognitif, efektif, perilaku, bahkan dampak positif. Berikut adalah beberapa pengertian dampak dari self diagnose.

1. Dampak kognitif Dampak kognitif merupakan dampak yang terjadi ketika seseorang bimbang atau tidak yakin dengan dirinya sendiri, apakah ia mengalami gangguan mental atau tidak. Ini dapat menimbulkan persepsi yang bisa dibilang tidak normal dan membuat seseorang kehilangan kepercayaan diri bahkan putus asa. Beberapa dampak kognitif yang sering kami temui di lapangan:

 a. Salah Diagnosis Diagnosis didasarkan pada analisis menyeluruh terhadap gejala, riwayat medis, faktor lingkungan, dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Beberapa memerlukan berbagai tes tindak lanjut dan pengamatan lebih lanjut untuk menentukan apakah ada masalah fisik atau psikologis. Tanpa penyelidikan lebih lanjut, tidak mungkin untuk menarik kesimpulan tentang gejala yang dirasakan hanya dengan membandingkannya dengan gejala yang terdaftar.

b. Penanganan diagnosis yang salah cenderung mengarahkan pada perawatan yang salah. Membeli obat setelah selfdiagnosis atau pengobatan setelah self-diagnosis dapat berakibat fatal. Karena diagnosis sendiri dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya  ketika kita salah dalam mendiagnosis suatu penyakit atau gangguan mental. Karena setiap pemyakit yang berbeda memerlukan perawatan, jenis, dan dosis yang berbeda.

c. Menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius Self-diagnosis dapat memperburuk penyakit dan menambah masalah baru (komplikasi). Obat yang salah tidak menyembuhkan rasa sakit, itu menyebabkan penyakit lain. Selain itu, mencari dan menerima informasi tentang kondisi medis di internet dan media sosial secara berlebihan dapat menyebabkan diagnosis diri dan menderita cyberchondria, yang menyebabkan kecemasan dan kepanikan. Seperti dijelaskan di atas, penilaian diri kesehatan mental memiliki beberapa efek negatif yang dapat terjadi pada pelaku.

2. Dampak efektif Dampak efektif adalah dampak yang terlihat jelas berdasarkan dengan data dari kesulitan fisik dan emosional seseorang yang selanjutnya bisa mengalami self diagnose. Selain itu dampak efektif yang terlihat lainnya adalah penderita self diagnose itu sendiri akan mempengaruhi orientasi di masa depan.

3. Dampak perilaku ini menjadikan kita sebagai seseorang yang selalu mengkhawatirkan pendapat orang lain kepada kita. Sehingga hal tersebut menjadikan kita sebagai seseorang dengan padangan yang "optimis namun dipaksakan", dimana sugesti diri sendiri memaksa kita untuk berbuat dan berperilaku baik di depan orang lain. Sehingga membuat kita tidak kenal dengan diri sendiri, dan selalu ingin memuaskan keinginan orang-orang disekitar kita tanpa memperhatikan keinginan sebenarnya dari diri kita sendiri.

4. Dampak positif Self diagnogse itu sendiri sebenarnya juga mengandung dampak positif. Ada beberapa manfaat yang didapat karena self diagnose. Seseorang bisa mengevaluasi gelaja-gejala yang dialaminya dalam mempelajari ilmu tentang self diagnose. Namun self diagnose juga bukan berarti dibenarkan dengan adanya dampak positif ini, karena dampak negatif yang didapat dari self diagnose jauh lebih besar dan banyak sehingga dapat merigikan diri sendiri.

Berdasarkan hal-hal diatas kami(penulis) menyimpulkan bahwa, kita sebagai manusia harus bisa memfilter informasi-informasi yang kita dapatkan darimana saja, agar kita terhindar dari kejadian yang tidak kita diinginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun