Kekejaman Babel seperti tidak asing. Isu-isu sosial yang dipertontonkan seringkali terdengar di Indonesia. Salah satu lirik lagu ciptaan Bona Paputungan: "Lucunya di Negeri ini, hukuman bisa dibeli"Â membuktikannya.
Jangan lupakan kasus Djoko Tjandra, sang buronan yang terbukti melakukan suap terhadap dua jenderal polisi terkait pengecekan status red notice dan penghapusan namanya dari Daftar Pencarian Orang (DPO) di Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Atau mungkin yang paling dekat, dua orang (mantan) Menteri Kabinet Indonesia Maju, Edhy Prabowo dan Juliari Batubara yang terbukti korupsi.Â
Jangan lupakan juga kasus Jiwasraya, penyeludupan Harley, Hambalang, Bank Century, hingga Gayus Tambunan.
Perihal HAM, yang masih paling melekat adalah kasus Munir, atau tragedi Trisakti yang belum selesai hingga sekarang. Apakah sang pelaku seperti Babel, yang melakukan suap terhadap seluruh petinggi negeri hingga jejaknya tak bisa dicari sampai sekarang?
Pada akhirnya, melalui Drama Vincenzo, barangkali kita bisa melihat banyak Babel-Babel kecil di Indonesia.Â
Pertanyaannya, apakah kebaikan dan idealisme masih cocok untuk melawan para mafia negeri ini? Atau haruskah kelakar Vincenzo diberlakukan untuk  menghadapi mereka?
Memangnya boleh?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H