Mohon tunggu...
sichanang
sichanang Mohon Tunggu... Lainnya - Gak perlu ucapan terimakasih atas pelaksanaan tugas!

Penulis. Pernah cantumin pekerjaan 'penulis' di ktp tapi diganti sama pak RT. Blog pribadi : http://sichanang.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bila Anies Nyagub, Apa Kabar Gerbong Perubahan?

26 Juni 2024   12:06 Diperbarui: 26 Juni 2024   14:50 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Koran Sindo

Sulit memang berharap sikap konsisten pada orang yang memiliki orientasi kekuasaan pada dirinya. Segala cara dan dalih tentu telah disiapkan untuk menjawab semua tudingan yang ditujukan kearahnya.

Seperti diungkapkannya saat menerima pinangan DPW PKB Jakarta, salah satu alasannya adalah adanya keluhan-keluhan dari warga kampung-kampung miskin, kaum buruh yang datang kepada dirinya. 

Selalu saja yang lemah, miskin, dan kecil, menjadi alasan untuk membesarkan orang-orang yang ingin berkuasa. Entah sampai kapan akan seperti ini, sementara kelak setelah mereka berkuasa, nasib si kecil dan lemah tak kunjung berubah. Hanya angka-angka statistik yang berubah, menjadi indikator seolah sebagai catatan keberhasilan. Sedang kehidupan si kecil dan lemah masih seperti semula.

Perjudian Anies di Pilkada Jakarta

Masyarakat Jakarta perlu belajar dari masa perjalanan Anies saat menjabat di periode sebelumnya. Selain prestasi-prestasinya, kita tahu banyak kebijakan-kebijakan Anies yang terhambat karena sikap ambigunya, terutama di mata pemerintahan yang lebih tinggi di negeri ini. 

Di satu sisi sebagai penguasa Jakarta ia harus melaksanakan pembangunan untuk Jakarta, di sisi lain pembangunan Jakarta juga harus selaras dengan arah kebijakan pemerintah Indonesia. Kiranya kita muak dengan pemandangan yang seperti itu berlangsung di hadapan kita. Politisasi arah pembangunan jelas menghambat percepatan pembangunan.


Anies Baswedan tampaknya masih menyimpan ambisi untuk maju lagi di pilpres mendatang. Dan akan menempatkan posisinya sebagai Gubernur Jakarta, bila jadi mengikuti kontestasi pilkada Jakarta dan menang, sebagai kuda pedati bagi upaya memuluskan agendanya. Dan sekali lagi kita akan dipertontonkan pemandangan yang tak jauh beda seperti di masa kepemimpinannya sebelumnya. Apakah itu akan efektif atau tidak, kita lihat saja nanti, karena kali ini lawan politiknya berbeda.

Sebelumnya, penulis membayangkan Anies Baswedan akan berdiri dengan gagah sebagai tokoh oposisi yang akan mengkritisi pemerintah. Ketika itu terjadi, Anies bersama gerbongnya benar-benar akan memperoleh momentum perlunya perubahan bagi Indonesia yang lebih baik. Namun, kalau ternyata Anies juga berada di lingkaran kekuasaan, meski di lingkup yang lebih kecil, apa yang diharapkan?! Lagi-lagi politisasi kekuasaan yang akan dipertontonkan.

Akankah kita menikmati sajian 'drama' tokoh pesakitan yang teraniaya karena kebijakan dan hasil pembangunannya dijegal oleh tangan kekuasaan yang lebih besar? Apakah kita akan melihat kembali, proyek-proyek pembangunan yang dievaluasi kelayakannya, lalu masyarakat Jakarta tak bisa menikmatinya dengan sepenuh hati? Tampaknya alur cerita seperti itu telah basi. Kita butuh hero dengan gaya baru.

Sinyal itu tercermin dari pernyataan Rocky Gerung di atas, bahwa kemuliaan dan kepahlawanan seseorang tidak bisa dibangun dari sikap munafik yang haus kekuasaan. Selama ini para politisi banyak yang menyebut bahwa para pemilih sudah cerdas, maka politisi pun juga perlu bersikap dan bertindak cerdas. Apalagi para pemilih atau rakyat Indonesia bukan hanya cerdas, namun juga punya hati nurani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun