Pion lalu mengambil kesempatan bicara, “Meski gak nyangka mas Klinying punya gagasan atau pertanyaan seperti itu, tapi menurutku memang bangsa ini butuh tauladan-tauladan kecil untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Saya sepakat mas, tapi maaf saya belum tau apa yang patut ditauladani dari diri saya ini”.
“Aku jadi ingat sebuah ungkapan, sebuah keteladanan lebih baik dari seribu nasihat,” papar Saklun.
“Nah, aku suka nih, obrolan kita makin mengerucut. Dan memang sulit untuk dapat diteladani atau menjadi teladan, apalagi teladan hidup. Banyak orang yang pandai berkata-kata tentang hal-hal baik, namun omongannya gak sesuai dengan perbuatan dan tindakannya,” Klinying menjelaskan dengan sedikit memancing kekritisan kawan-kawannya.
Basirin yang lagi-lagi terpancing. “Maksudmu, orang-orang yang sering muncul di tv atau chanel sosmed sampai mulutnya berbusa-busa itu ya Nying yang gak patut jadi teladan? Yang ngomong moral, ngomong keadilan, tapi perbuatannya justru kebalikannya!”
Klinying tersenyum puas karena pancingannya berhasil.
Klinying yang sekarang balik nanya Basirin. “Sampeyan gapapa kan mas Bas, kok rada pedes dari tadi omongan sampeyan?”
Basirin nyalain rokoknya terlebih dulu sebelum merespon pertanyaan Klinying. “Gini Nying, seperti komenku di awal tadi, jujur aku lagi risau. Banyak orang yang ngaku-ngaku ini itu, padahal ya kenyataannya dia gak ini itu. Terus, kamu inget gak kalau menjelang tanggal satu Juni, orang ramai-ramai teriakkan gagasan untuk membumikan kembali nilai-nilai Pancasila. Tapi faktanya, mereka hanya sibuk menyodorkan Pancasila sebagai bahan hafalan, bukan menyodorkan aplikasi atau implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara yang tiap saat dipertontonkan adalah perilaku korup, suap, dan manipulasi, yang sejatinya jauh dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Kecewa aku Nying!”
“Gini mas Bas, supaya sampeyan gak terus diliputi rasa kecewa dan selalu risau, menurutku kita coba berbuat dari hal-hal kecil aja. Kita lakukan hal kecil dalam keseharian kita. Lama-lama kebiasaan itu akan bisa mengubah hal besar, seperti yang ada dipikiran sampeyan itu,” Klinying mencoba menyiram emosi sohibnya itu dengan tetesan air.
“Aku setuju dengan Klinying,” tukas Pion. “Aku jadi teringat dengan beberapa kisah tentang perbuatan sederhana yang mengubah nasib pelakunya. Pertama, kebiasaan pemuda Salman yang setiap hari mengubah posisi sendal Nabi Muhammad SAW, hingga kemudian sang Rasul itu mendoakannya menjadi ahli Fiqh. Lalu, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari juga melakukan kebiasaan yang sama pada sendal Kyai Sholeh Darat, Semarang. Itu hanya perbuatan kecil, namun menjadikan pelakunya sebagai orang-orang besar.”
“Beda dengan di surau ini ya Yon, yang ada malah nginjek-injek sendal orang tanpa perasaan bersalah sedikit pun!” seru Basirin.
Lagi-lagi mereka semua dibuat tertawa dengan kekonyolan yang disodorkan Basirin.