Seperti, misalnya, saat penulis mengobrol dengan seorang ibu yang lanjut usia. Beliau memperoleh informasi hanya dari layar televisi, karena beliau tidak memiliki ponsel. Dengan sudut pandang lugu khas orang desa yang memiliki kesederhanaan hidup, beliau menilai kelayakan calon pilihannya dari yang dsaksikan di forum debat di layar televisi. Menurutnya, si calon pilihannya memiliki kemampuan yang mewakili suara hatinya. Dan hebatnya, sama sekali beliau tidak memilih karena bansos atau money politik yang disodorkan oleh timses tertentu. Baginya, pemberian itu diterima ya karena diberi. Namun, tak mengikatnya untuk memilih pihak tertentu. Siapa yang dipilih menjadi rahasia pribadinya di bilik suara.
Menilik laku dan sikap tersebut di atas, kadang kita jadi berpikir, sebetulnya ada pihak-pihak tertentu yang berusaha merusak hati nurani bangsa kita dengan dalih kepentingannya pribadi, lalu 'menjual' para pemilik suara. Seperti dalam kasus pemberian money politic, banyak kita tahu bahwa oknum-oknum tertentu sengaja mengambil peruntungan dari keluguan masyarakat. Oknum tertentu kongkalikong dengan timses untuk memuluskan kepentingan mereka. Bukan rahasia lagi, faktanya banyak calon yang tertipu oleh makelar suara ini. Lagi-lagi penulis juga tidak menafikan adanya masyarakat yang mengharapkan pemberian money politic sebelum hari pencoblosan.
Pentinganya Hati Nurani
Lalu, apa pentingnya para hakim MK itu memperhatikan dan mengapresiasi para pemilih yang menggunakan hati nurani saat mencoblos pilihannya?
Sebelum menjawab, disini perlu dipertegas, bahwa suara rakyat yang memilih dengan hati nurani ini harus dilepaskan dari persengketaan yang berlangsung di gedung MK.
Jawabannya, pertama, yaitu agar tidak membuat kecewa. Seseorang yang menggunakan hati nurani memang dipenuhi oleh keikhlasan yang tinggi. Namun, apabila mereka dikhianati, maka akan berbalik menjadi kecewa, lalu bisa tidak peduli. Karena bagi mereka, ketika hati nurani sudah diletakkan pada level tertinggi dalam hidupnya, mereka berharap tak diragukan lagi keputusan atas pilihannya. Jadi, apa pun keputusan hakim kelak, harus dapat memilah mana yang termasuk bagian dari sengketa dan mana yang menjadi bagian dari hati nurani pemilih. Jangan gebyah uyah seolah suara yang telah diamanatkan menjadi "suara Tuhan dalam demokrasi" turut disengketakan.
Kedua, apresiasi bagi penjaga demokrasi. Sejauh perjalanan demokrasi di negeri ini, khususnya pemilu, perlu disadari bahwa masih banyak perilaku, tindakan, dan perbuatan kotor yang dipakai untuk memperoleh kemenangan, juga menitipkan kepentingan. Lagi-lagi disini penulis ingin menempatkan para pemilih yang menggunakan hati nuraninya adalah penjaga demokrasi yang sejati. Biarkan orang menganggap bahwa politik itu kotor, politik itu tempatnya orang berkompromi untuk meraih keuntungan dan memuluskan kepentingan sempitnya. Namun, politik juga perlu mengedepankan hati nurani. Meski kesannya utopia, yakinlah bahwa hati nurani lah yang kelak akan menyelamatkan bangsa dan negara ini dari kehancuran.
Ketiga, apabila hati nurani sudah tak dipakai lagi, maka tak ada gunanya kita berdemokrasi. Sebuah negara dan bangsa dibentuk karena masyarakat menghendaki adanya nilai-nilai yang mendasari peri kehidupannya. Dan sistem demokrasi dipilih karena memberi tempat pada nilai-nilai yang telah dipilih oleh para pendiri bangsa sebagai dasar terbentuknya sebuah negara dan bangsa. Nilai-nilai itu merupakan sari dari hati nurani yang terimplementasi dalam kehidupan masyarakatnya.
Ada pun di dalam pelaksanaan pemilu, nilai-nilai itu terwujud dalam azas yang bernama LUBER JURDIL. Apabila selama ini azas itu sekadar dipakai sebagai slogan semata, maka para hakim MK yang harus menjadi pelopor perubahan. Perubahan yang mungkin ditempuh, yaitu dengan cara membuat keputusan yang berdasar pada hati nurani. Dan tentu saja seperti di atas telah disebutkan, memilah suara pilihan yang berdasar hati nurani agar tidak ikut disengketakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H