Anak temanku itu bernama Wahyuda Eldine Octaviano, akrab disapa Vio. Dalam beberapa kali obrolan online, kami membahas tentang mimpinya untuk jadi seorang eksportir bonsai.Â
Ya, seperti yang telah diketahui oleh masyarakat mBatu, Vio lahir dari keluarga besar petani bonsai.
Namun yang menarik, menurutku, Vio di usianya yang masih muda telah terjun berkecimpung sebagai kreator bonsai, terkhusus ia adalah seorang penyandang disabilitas. Meski memang tak ada batasan usia maupun kondisi fisik tertentu untuk menjadi petani maupun kreator bonsai.
Di sela obrolan tentang mimpinya itu, Vio sempat mengungkapkan kegelisahannya.
Salah satunya yaitu tentang banyaknya tempat publik yang tidak ramah terhadap penyandang disabilitas. Baik itu tempat ibadah, tempat hiburan, juga tempat olahraga, serta fasilitas lainnya.
Dan, faktanya banyak yang abai terhadap penyandang disabilitas, terutama yang menggunakan kursi roda. Ini penting menjadi ingatan dan perhatian kita semua, apabila membangun harus dipertimbangkan aksesnya agar ramah disabilitas.
Penyandang Disabilitas Yang Tak Pelit Ilmu
Di dalam ajaran Islam dikenal dengan sikap saja'ah yaitu sikap keberanian dan keteguhan hati dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan hidup.
Ini adalah sikap yang menampilkan kekuatan batin, kegigihan untuk tidak menyerah, dan keberanian untuk berdiri tegak di tengah badai kehidupan.
Dalam pertemuan santai di rumah keluarga Vio, aku dipertemukan dengan sikap tersebut. Aku seperti diajarkan sikap keteguhan hati saat berkomunikasi dan berinteraksi siang itu.Â
Semula aku yang berniat memberi dukungan pada anak muda yang bertekad tumbuh dan menjadi mandiri ini, nampaknya menjadi terbalik, aku lah yang perlu banyak belajar darinya, terutama soal keteguhan hati.