Mohon tunggu...
sichanang
sichanang Mohon Tunggu... Lainnya - Gak perlu ucapan terimakasih atas pelaksanaan tugas!

Penulis. Pernah cantumin pekerjaan 'penulis' di ktp tapi diganti sama pak RT. Blog pribadi : http://sichanang.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Film Pengkhianatan G30S/PKI Diputar Lagi, Seberapa Pengaruh pada Kesaktian Pancasila

1 Oktober 2023   22:07 Diperbarui: 1 Oktober 2023   22:31 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: news.detik.com

Tanggal 30 September 2023, tadi malam, film Pemberontakan G30S/PKI diputar ulang di stasiun televisi. Film tersebut telah berulangkali diputar sejak tahun 1980an, meski secara resmi sejak reformasi 1998 kewajiban menonton telah dihapus. Memang, kini tidak ada larangan maupun kewajiban untuk memutar dan menontonnya. Oleh karenanya, aku juga tak tertarik menontonnya lagi.

Semalam sempat melihat di televisi sedang tayang film tersebut, tapi sejujurnya aku enggan menontonnya. Hanya sepintas aja lihat, lalu langsung ganti chanel.  Terakhir aku menonton film tersebut sudah lama sekali, dulu waktu SD. Seingatku semasa SD dulu, sempat beberapa kali nonton, karena waktu itu diwajibkan nonton bagi anak sekolah. 

Seru sih kalau ingat masa itu. Sebagai anak sekolah, pastinya senang kalau hari itu tidak ada pelajaran. Kami dari sekolah berbaris, berjalan sekitar 2 km menuju bioskop terdekat. Dan suasana di bioskop rame dan seru sekali, apalagi isinya kami murid satu sekolahan. Atau kadang digabung dengan murid sekolah lain. 

Menyenangkan kalau ingat masa itu, nonton film yang sama tiap setahun sekali. Zaman dulu aku sempat beberapa kali menonton film di bioskop beramai-ramai seperti itu, selain film Pemberontakan G30S/PKI, ada juga film lain yang kami tonton, seperti film Janur Kuning, atau film perjuangan lainnya. Buat anak desa yang haus hiburan, tentu menonton film di bioskop merupakan kesenangan dan jadi kenangan tersendiri. 

Dan sejak ditayangkan di televisi, aku gak pernah menontonnya. Tapi setiap tahun selalu saja ada televisi yang menayangkannya, tiap tanggal 30 September. Dan setiap kali pula ramai perdebatan tentang perlu tidaknya penayangan ulang film tersebut. Selalu ada pro dan kontra. Namun aku termasuk yang gak pro dan gak kontra. Kalau kata anak sekarang, sikapku 'B' aja.

Aku punya pandangan sendiri soal penayangan film tersebut. Bagi yang belum pernah menonton, ya sebaiknya disempatkan menonton, supaya mengetahuinya sendiri film yang dibuat oleh penguasa orde baru itu. Dan lebih baik lagi apabila diikuti dengan mencari film lain dengan tema sejenis untuk memperkaya pengetahuan, serta mencari berbagai ulasan tentang tragedi itu. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mengetahui sejarah bangsa ini, memahami latar peristiwanya. Tujuannya agar tidak tersesat atau disesatkan, dan dapat menjadi pelajaran agar kedepan tragedi semacam itu tak terulang lagi.

Pengaruhnya terhadap Kesaktian Pancasila

Lalu, pertanyaannya, seberapa besar pengaruh penayangan ulang film Pemberontakan G30S/PKI itu terhadap kesaktian Pancasila? 

Menurutku, ya gak terlalu berpengaruh. Karena hanya sekadar pemutaran ulang dan ulang saja. Andai pemutaran ulang itu diikuti dengan dibukanya forum dialog mungkin bisa bertambah manfaatnya. 

Diskusi dengan berbagai tokoh dan pembicara dari berbagai latar belakang keilmuan mungkin akan memperkaya khasanah pengetahuan dan pemahaman bangsa ini, terutama agar tragedi itu tak terulang di kemudian hari.

 Selama ini, yang ada hanya opini yang muncul dari orang itu-itu saja, yang selalu bicara hanya dari sudut pandangnya saja. Bahkan pernah ada Jenderal yang sepertinya sengaja menunggu momen tanggal 30 September untuk mengulang pembicaraannya yang itu-itu saja. Kalau kata anak sekarang, dia sedang cari panggung.

Pancasila yang sejatinya telah sakti itu, seyogyanya diamalkan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari bangsa ini, bukan sekadar dijadikan slogan untuk kepentingan tertentu semata. Faktanya, banyak orang yang mengutip nilai-nilai Pancasila untuk pidatonya, tapi tingkah lakunya justru sama sekali tidak mencerminkan nilai Pancasila yang diucapkannya. 

Di sisi lain, masih kerap terdengar kekhawatiran pihak tertentu akan munculnya kembali gerakan komunis di negeri ini. Menurut hemat penulis, kita sebagai bangsa Indonesia yang telah memiliki pengalaman pahit atas sejarah tahun 1965 itu, sebaiknya memantabkan komitmen untuk melawan segala macam upaya tumbuhnya kembali gerakan komunis gaya baru yang telah memporak-porandakan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara itu. Sehingga, tidak ada lagi ruang bagi siapa pun untuk menghidupkannya lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun