Mohon tunggu...
Chamiyatus Sidqiyah
Chamiyatus Sidqiyah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta

Saya adalah dosen kesejahteraan sosial, praktisi pemberdayaan masyarakat, pengamat masalah sosial, budaya, dan politik. Saya sangat senang menulis, membaca, dan membuat opini tentang masalah sosial.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Proses Transformasi dalam Diri Fasilitator/Pendamping Pemberdayaan Masyarakat

22 Juni 2023   10:24 Diperbarui: 22 Juni 2023   10:26 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Proses transformasi diri lainnya adalah dalam adaptasi di lokasi dampingan. Dalam proses pendampingan masyarakat, kalau kita sepakat, bahwa fasilitator sejati "tidak akan memilih-milih dimana di akan ditugaskan untk mendampingi" dan bentuk masyarakat seperti apa yang akan didampinginya. Jika di dalam diri fasilitator, disadari ataupun tidak, ada penolakan terhadap kondisi dan situasi di masyarakat yang didampingi, maka cepat atau lambat itu akan terlihat dan muncul dalam tindakannya di lapangan. Mudah sekali indikatornya, kita dapat melihat apakah fasilitator tersebut "betah", merasa rileks dengan masyarakat, senang silaturahim dan menjalin dialog, apakah di wajahnya tercermin aura kebahagiaan dan semnagat serta antusias dalam setiap perjumpaan dengan masyararakat dan ketika berbicara dengan kita, apakah nadanya dan kata-kata yang keluar adalah "bahasa" yang dijiwai dan dipenuhi dengan harapan, tindakan yang dia telah lakukan dan dia nilai dengan jujur, kekurangan yang ingin dia perbaiki, serta "minim" dengan keluhran (karena tidak ada fasilitas, karena tidak ada listrik, harus berjalan kaki, medan sulit, dll), serta dia tidak pernah mencari pembenaran atas ketidakmampuannya yang disebabkan masyarakat yang dia rasa "sulit" (sulit diatur), bodoh/tidak mampu, apatis, dll). Sekali lagi saya katakan, bahwa banyak fasilitator yang mungkin saja sudah beberapa tahun mendampingi masyarakat, tetapi tidak terjadi transformasi yang berarti dalam dirinya. Tidak ada kebahagiaan, kecintaan, kepuasan batinnya menjadi fasiltiator. Biasanya, tipe ini akan gampang menyerah...tunggu saj awaktunya, bisa jadi mundur, atau seperti di muka saya katakan "minta pindah lokasi. Setelah nanti dipindah, kita lihat saja apakah akan menjadi lebih baik? Saya jamin tidak! Karena dia tidak pernah berusaha melakukan transformasi dalam dirinya! Dia sebenarnnya "hanya berpura-pura" menyukai bekerja sebagai fasilitator, tetapi dia sebetulnya tidak melakukan pemberdayaan dalam dirinya sendiri, dan proses berdaya ini baru bisa terjadi kalau dia mau mentransformasi dirinya menjadi "pendamping yang ikhlas hati, jujur dalam tutur dan tindakan, dan berani mengoreksi diri serta berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik bagi masyarakat yang didampinginya.

Penulis

Chamiyatus Sidqiyah

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun