Mohon tunggu...
Chamid
Chamid Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni Pesantren Persis Bangil

Kompasianer Blitar | Freelancer | Pelajar Islam Indonesia | Santri | Sedang mendalami Sejarah, Literasi, Budaya dan segala keunikanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hijrah, Sekedar Tren atau Kesadaran?

23 Januari 2020   09:03 Diperbarui: 23 Januari 2020   09:10 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hijrah |gambar dari suarapalu.com

Belakangan ini marak kita temui kampanye gerakan Hijrah di media social. Di instargam misalnya, sampai tulisan ini di buat jika menuliskan tagar #hijrah akan keluar postingan lebih dari 7,4 juta bahkan bisa lebih seiring dengan perkembangan zaman. 

Di Facebook, halaman atau akun hijrah telah di ikuti lebih dari 100 ribu orang2. Terlebih setelah berlangsungnya event hijrah Festifal 2018 maupun 2019 di JCC Senayan Jakarta, fenomena
hijrah ini semakin marak.

Fenomena hijrah juga ditampakan dalam hal berpenampilan, semisal dari tidak berhijab menjadi berhijab, dari hijab ala kadarnya menjadi hijab syar'I dan semisalnya. 

Hal ini menjadikan banyak orang bertanya Tanya, mengapa fenomena ini disebut fenomena hijrah, bukankan hijrah itu adalah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah?

Hijrah berasal dari kata Bahasa arab yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat. Dalam konteks sejarah, hijrah dapat diartikan sebagai peristiwa besar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya berpindah dari Makkah ke Madinah, meskipun pindahnya para sahabat nabi ke habasyah juga disebut hijrah. 

Jadi sejatinya pengertian hijrah itu luas, tidak hanya sebatas perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain, bisa juga hijrah diartikan sebagai perpindahan pribadi seseorang dari yang duluya kurang baik menjadi lebih baik.

Jika diamati lebih dalam, gerakan hijrah amat populer di ikuti oleh anak muda, bahkan artist papan ataspun tidak ketinggalan. Hal ini terjadi karena memang kampanye gerakan hijrahpaling massif dilakukan di media social, dimana penguna terbesarnya adalah anak muda. 

Dan sebenarnya fenomena hijrah bukanlah hal yang baru muncul di Indonesia, sebut saja Rhoma Irama lewat lagu lagunya bisa membuat orang untuk berusaha menjadi yang lebih baik. 

Hanya saja seiring dengan perkembangan zaman bentuk tren hijrah itu berbeda beda, dan yang menjadi problematika adalah apakah fenomena ini hanya sebatas tren semata yang akan hilang tergantikan dengan yang lain?

Meningkatnya minat hijrah dikalangan anak muda juga harus dikawal dengan petunjuk yang benar, sehingga hakikat hijrah ini tidak dipahami dengan salah. Sebab, ada semacam fenomena dimana aktifitas hijrah dipahami hanya sebatas gaya hidup semata atau hanya menjadi tren sesaat. 

Maka tidak heran jika kemudian ada sosok yang sudah menyatakan dirinya berhijrah, tapi yang berubah hanya penampilan luarnya saja sementara akhlaq dan perilakunya masih jauh dari nilai nilai Islam.

Bahkan di sudut lain, ada juga yang telah berhasil mengubah penampilan dan perilakunya secara total, namun tidak didasari dengan niat yang tulus serta ilmu yang mapan. 

Semua dilakukan karena tren yang sedang berkembang saja. Akhirnya dengan berlalunya waktu, semangat bertahan dalam kebaikan pun runtuh. Pelan-pelan perilaku buruknya akan kembali lagi, dan tentu kita tidak ingin hal itu terjadi kepada kita.

Itulah yang disebut dengan proses, tapi alangkah baiknya proses tersebut dibarengi dengan petunjuk ilmu yang benar. Oleh karena itu, bagi siapapun yang hendak memutuskan atau yang sedang berjalan di atas jalan hijrah hendaklah memperbaiki niatnya, dengan niat yang tulus insyallah keistiqomahan seseorang akan terbangun dengan sendirinya.

ilustrasi | backgrounddownload.com
ilustrasi | backgrounddownload.com
Ada pesan menarik dari Nabi Muhammad SAW terkait masalah hati, sangat cocokuntuk bahan muhasabah diri. hadits ini termaktub dalam buku Hadits Arba'in An Nawawi karya Imam An-Nawawi 

"Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya
setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena
(ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah
dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita
yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan."

Dari hadits tersebut sudah sangat jelas sekali bahwa niat sangat menentukan hasil suatu perbuatan, apalagi perkara hijrah harus di luruskan niatnya,
sering bermuhasabah untuk memperbarui niat. 

Maka dari itu bagi siapapun yang akan berhijrah untuk menjadi pribadi yang lebih baik hendaklah meluruskan niatnya. sembari di iringi dengan ilmu agar jalan hijrahnya benar insyallah keistiqomahan akan mengikut dengan sendirinya. Dan sekarang marilah kita lihat, apakah hijrah yang ada saat ini hanya sebatas tren saja atau memang kesadaran diri yang masih
pada tahap proses. Wallahu 'alambishowab


Chamid | Santri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun