Mohon tunggu...
Chamelia Dwi Angelina
Chamelia Dwi Angelina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ( 20107030010)

Vagabond on Vacation

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tradisi 'Pitonan' Bagi Bayi di Suku Jawa

28 Juni 2021   12:55 Diperbarui: 29 Juni 2021   14:20 15473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suku Jawa sudah menjadi sebagian besar populasi di Indonesia . Orang Jawa juga dikenal ramah dan santun . Suku jawa sampai sekarang juga masih menyimpan dan merawat baik tradisi maupun budaya dari leluhur mereka, seperti yang dilakukan oleh suku lainnya di Indonesia. Mengingat suku Jawa merupakan hasil dari peninggalan sejarah kerajaan terbesar di Indonesia yaitu Majapahit, dan kerajaan-kerajaan lainnya . Yang mana aliran Hindu,Budha, serta kepercayaan animisme-dinamisme mempengaruhi filosofis hidup suku Jawa. Hal inilah yang membuat Indonesia semakin kaya akan budaya dan tradisi.  

Salah satu tradisi suku Jawa yang masih sering ditemukan ialah 'Pitonan'. Tradisi ini merupakan peringatan tujuh bulan umur bayi setelah dilahirkan , dan sebagai wujud rasa syukur orang tua si bayi kepada tuhan yang maha esa atas karunia nya sehingga anak mereka tumbuh dengan baik . Namun sebelum 'pitonan'  , bayi sudah melaksanakan upacara pertamanya yaitu ketika bayi berumur 5 hari, upacara itu dinamakan sepasaran bayi. Dalam kalender jawa hanya ada 5 hari, bukan tujuh. Diantaranya, Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi. Lalu upacara 'selapanan' atau sebulanan sebagai peringatan usia bayi yang menginjak 35 hari. Selanjutnya bayi melakukan upacara 'telune' yaitu dilakukan ketika bayi berumur 3 lapan (3 x 35 hari).

Menurut pengalaman saya kemarin, pada Selasa 22 Juni , tetangga saya mempunyai anak bayi berusia tujuh bulan, kemudian menggelar acara pitonan. Sanak saudara dan para tetangga datang untuk membantu suksesnya acara pitonan ini.  Selain mengucapkan selamat, para kerabat dan tetangga yang datang tentunya juga sambil membawa 'gawan' atau sembako  . Sebelum ke acara inti pitonan ini , terlebih dulu untuk memanggil dukun bayi . Biasanya dukun bayi ini sudah mbah-mbah (nenek-nenek) yang berusia sepuh dan sudah sangat berpengalaman dalam tradisi jawa.

dokpri
dokpri

           Awalnya orang tua si bayi harus menyiapkan sajen yang berisi bunga dan telur dibungkus daun pisang untuk ditaruh disamping tempat si bayi nanti akan dimandikan . Selanjutnya menyiapkan baju yang masih baru untuk si bayi, yang mana akan dipakai setelah pemandian . Dan bunga mawar serta bunga kenanga yang nanti akan dihias pada topi si bayi lalu dipasang ke kepala bayi oleh dukun anak. Sang orang tua juga harus menyiapkan kurungan ayam yang dihias jajan dan pernak-pernik, beserta ayam jawa untuk serangkaian acara nanti.

Jam empat sore, si bayi baru bangun dari tidur siangnya yang lelap. Segeralah di gendong olehdukun anak . Rangkaian acara inti dimulai dengan membawa bayi ke tempat pemandian bayi, disana sudah tersedia bak mandi bayi yang telah di isi air hangat , uang koin dan ditaburi bunga, selanjutnya adek bayi dimasukkan ke dalam bak tersebut kemudian dimandikan oleh dukun anak. Tentu saja si bayi menangis dengan keras, karena ramainya orang yang melihatnya membuat ia takut .

Habis si bayi diangkat dari bak pemandian, semua anak-anak kecil dan ibu-ibu berebutan mengambil uang logam yang sebelumnya sudah berada dibak mandi si bayi yang telah digunakan utuk mandi juga . Hal ini memiliki arti bahwa mereka yang mengambil uang tersebut dapat ditularkan rezekinya. Setelah serangkaian acara pemandian selesai, selanjutnya bayi didandani dan dipakaikan pakaian baru serta topi yang sudah dihias tadi berharap anaknya akan rupawan sampai dewasa nanti.

          Setelah itu anak dibawa menuju kurungan ayam , dan bayi akan dikurung bersama ayam jawa yang telah disiapkan . Kegiatan ini memiliki filosofi agar si bayi kelak akan berjumpa jodohnya, sejauh apapun menemukannya. tempat pemilihan disini ialah sebelum acara pitonan tadi di mulai orang tua bayi menyediakan benda-benda yang nantinya akan dipilih oleh si bayi, konon katanya benda yang dipilih tersebut merupakan smbol masa depan bayi.

dokpri
dokpri

Selanjutnya juga telah di siapkan tangga tebu yang akan digunakan untuk panjatan si bayi, prosesnya ialah bayi dipanjatkan oleh oleh orang tuanya ke arah tangga dari tangga yang paling bawah menuju tangga atas ke urutan tujuh yang merupakan simbol dari pitonan itu sendiri. Hal ini memiliki filosofi  dimana anak tersebut akan melewati fase-fase kehidupan, dan diharapkan si anak dapat melewati fase ini kedepannya.

Rangkaian 'pitonan' ini masih berlajut ke sesi selanjutnya yaitu si bayi digendong ayahnya kemudian memasang tas yang di dalamnya ada buku dan alat tulis ke badan si bayi. Tas yang berisi buku dan pensil itu di simbolkan sebagai ilmu dan kepintaran.

        Setelah itu, dukun bayi membacakan doa untuk si kecil lalu membagikan jajanan yang berada dikurungan ayam tadi untuk anak-anak kecil . Kemudian si bayi diberi paha sampai ceker ayam. Selaku orang tua si bayi, ayahnya menggendongnya sambil membawakan minum air putih.

Lalu dukun anak tersebut , menanyakan kepada si bayi yang posisinya masih digendong ayahnya "Apa oleh-olehnya Mekah-Madinah, Nduk?" . Saya kurang mengerti, kenapa harus Mekah-Madinah. Berhubung si kecil belum bisa jawab, maka di jawab oleh dukun anak tersebut ,"Oleh-olehnya amal ibadah sholeh, doa-doa baik, semua isi al-quran, ilmu yang bermanfaat, kepintaran, dan semua hal baik lainnya, Bu.." . "Untuk apa semua itu Nduk?" Tanya mbah dukun lagi.

"Untuk bekal hidup di dunia dan akhirat kelak, sebagai saku untuk beribadah kepada Allah dan berbakti kepada Bapak dan Ibu." Dari sini disimpulkan bahwa minuman dan paha ayam yang dibawa si bayi sebagai wujud amal kebaikan yang akan ia lakukan kedepanya .

Terakhir, sebagau penutup rangkaian acara yaitu dengan mengundang warga desa untuk kerumah selepas sholat maghrib . Untuk tasyakuran dirumah keluarga si bayi .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun