Mohon tunggu...
Chamelia Dwi Angelina
Chamelia Dwi Angelina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ( 20107030010)

Vagabond on Vacation

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tradisi 'Pitonan' Bagi Bayi di Suku Jawa

28 Juni 2021   12:55 Diperbarui: 29 Juni 2021   14:20 15473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya juga telah di siapkan tangga tebu yang akan digunakan untuk panjatan si bayi, prosesnya ialah bayi dipanjatkan oleh oleh orang tuanya ke arah tangga dari tangga yang paling bawah menuju tangga atas ke urutan tujuh yang merupakan simbol dari pitonan itu sendiri. Hal ini memiliki filosofi  dimana anak tersebut akan melewati fase-fase kehidupan, dan diharapkan si anak dapat melewati fase ini kedepannya.

Rangkaian 'pitonan' ini masih berlajut ke sesi selanjutnya yaitu si bayi digendong ayahnya kemudian memasang tas yang di dalamnya ada buku dan alat tulis ke badan si bayi. Tas yang berisi buku dan pensil itu di simbolkan sebagai ilmu dan kepintaran.

        Setelah itu, dukun bayi membacakan doa untuk si kecil lalu membagikan jajanan yang berada dikurungan ayam tadi untuk anak-anak kecil . Kemudian si bayi diberi paha sampai ceker ayam. Selaku orang tua si bayi, ayahnya menggendongnya sambil membawakan minum air putih.

Lalu dukun anak tersebut , menanyakan kepada si bayi yang posisinya masih digendong ayahnya "Apa oleh-olehnya Mekah-Madinah, Nduk?" . Saya kurang mengerti, kenapa harus Mekah-Madinah. Berhubung si kecil belum bisa jawab, maka di jawab oleh dukun anak tersebut ,"Oleh-olehnya amal ibadah sholeh, doa-doa baik, semua isi al-quran, ilmu yang bermanfaat, kepintaran, dan semua hal baik lainnya, Bu.." . "Untuk apa semua itu Nduk?" Tanya mbah dukun lagi.

"Untuk bekal hidup di dunia dan akhirat kelak, sebagai saku untuk beribadah kepada Allah dan berbakti kepada Bapak dan Ibu." Dari sini disimpulkan bahwa minuman dan paha ayam yang dibawa si bayi sebagai wujud amal kebaikan yang akan ia lakukan kedepanya .

Terakhir, sebagau penutup rangkaian acara yaitu dengan mengundang warga desa untuk kerumah selepas sholat maghrib . Untuk tasyakuran dirumah keluarga si bayi .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun