Mohon tunggu...
chairunnissa icha
chairunnissa icha Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa pendidikan guru madrasah ibtidaiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2021, NIM 21104080075

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perempuan, patriarki, dan krisis lingkungan

3 Juni 2024   00:12 Diperbarui: 17 Juni 2024   22:50 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh karena adanya pengelolaan sumber daya alam yang kurang keberlanjutan, mengakibatkan rusaknya lingkungan. dari sini juga mulai muncul masalah baru. perempuan menjadi suatu kelompok yang paling terpengaruh terhadap penurunan lingkungan. misalnya saat terjadi banjir, yang tentu akan memperburuk beban kerja perempuan yang harus mengasuh anak dan memenuhi tanggung jawab domestik dalam rumah tangganya. ini mengakibatkan mereka sulit beradaptasi dengan perubahan iklim dan berkontribusi pada sosial lingkungan. 

beberapa bulan yang lalu, saya menghadiri sebuah forum yang disebut "sekolah islam dan gender" yang diadakan oleh korp perempuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. disana saya mendapatkan banyak pengetahuan terkait apa itu kesetaraan gender, perspektif gender dalam islam, bagaimana kesetaraan gender dalam pendidikan, juga dampaknya dalam lingkungan. dari sekolah yang diadakan dalam beberapa hari tersebut, saya mendapat banyak pengetahuan baru terkhusus bagaimana mengatasi budaya patriarki yang telah mengakar kuat di indonesia. Lalu, bagiamana mengatasi budaya patriarki yang telah mengakar kuat di Indonesia?

Dari dulu, pendidikan sudah seharusnya mengambil peranan penting. Pendidikan seharusnya mencakup kurikulum yang mengajarkan kesetaraan gender sehingga semua individu dapat saling menghargai tanpa membedakan jenis kelamin. 

Media massa juga memiliki peranan penting. Media massa kini menjadi tonggak utama teknologi, pusat penyebaran informasi yang dirasa cukup kuat dan cepat dalam menyebarluaskan informasi. Sudah seharusnya media massa kini menyampaikan apa yang berada di bawah tekanan konstruk sosial. 

Media massa seharusnya tidak lagi menampilkan peran peran yang menrujuk kepada ketidaksetaraan gender sehingga menjadikan perempuan lemah di mata masyarakat. Hal ini akan membentuk pandangan yang lambat laun mengakar kuat dalam pikiran dan menjadi sebuah gagasan yang tak dapat dikesampingkan. Masyarakat juga memiliki peranan penting dalam menghapus hama budaya patriarki. 

Masyarakat harus bekerja untuk memberdayakan perempuan melalui berbagai program yang inisiatif. Masyarakat khususnya perempuan harus berani bertindak, berani mengambil keputusan, berani menyuarakan kesalahan dan kewenangan yang buruk, dan perempaun boleh untuk mengejar pendidikan yang tinggi, mengejar apa yang mereka impikan sejak dulu, memulai bisnis, berpartisipasi aktif dalam kegiatan soisal sehingga perempuan tak hanya bertugas membuatkan the atau kopi untuk para lelaki yang sedang menonton bola di balai desa, dan perempuan memiliki proses yang sama dengan laki laki dalam pengambilan keputusan di semua tingkat masyarakat. 


Mengatasi patriarki membutuhkan perubahan budaya dan sikap yang lebih luas. Dengan melibatkan pendidikan masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender dan menghormati peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Kampanye kesadaran public dan dialog terbuka tentang gender dapat membantu mengubah pandangan terhadap lemahnya perempuan yang telah terbangun sejak dulu. selain itu, untuk mengatasi masalah semacam ini, penting untuk menyebarluaskan kesetaraan gendel dan memberdayakan perempuan dalam semua aspek kehidupan bahwa perempuan dan laki laki memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan dan memberikan kesetaraan akses yang sama terhadap pengelolaan sumber daya secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun