Mohon tunggu...
chairunnissa icha
chairunnissa icha Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa pendidikan guru madrasah ibtidaiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2021, NIM 21104080075

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perempuan, patriarki, dan krisis lingkungan

3 Juni 2024   00:12 Diperbarui: 17 Juni 2024   22:50 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar pribadi : sekolah islam dan gender PMII Rayon WIsma Tradisi 

Budaya patriarki telah mendarah daging di dalam struktur sosial dan norma norma yang berlaku di masyarakat. Salah satu makna dari patriarki adlaah bahwa perempuan harus mengurus anak dan bersikap jinak. Konstruk sosial yang terbangun semacam ini memberikan dampak bagi perempuan dalam kehidupan nya di berbagai aspek.

Mulai dari saat kecil, kita diajarkan tentang bagaimana peran gender berlaku melalui sendi sendi pendidikan. Anak perempuan harus penurut, lembut, tidak boleh berkata kasar, sedangkan laki laki dituntut untuk tidak boleh menangis, harus kuat, bertanggung jawab dan mandiri. 

Bahkan banyak sekali buku teks dan materi pendidikan yang tanpa disadari memperkuat streotip yang akhirnya membentuk konstruk sosial patriarki itu sendiri dimulai dari dini dimana perempuan harus berperan aktif sedangkan laki laki pasif.

Tak hanya di pendidikan, media massa juga sering kali memainkan stereotip gender. Dimana wanita bertugas mengurus rumah tangga, laki laki sebagai pencari nafkah dan mengambil keputusan. 

Hal hal semacam ini semakin mengakar kuat dan memperkokoh diksi bahwa perempuan harus “jinak” pada peran domestik. Selain itu, banyak tradisi dalam keluarga yang sudah terbangun secara turun menurun. 

Perempuan dalam keluarga diajrkan untuk mengutamakan kebutuhan suami, atau keluarga disbanding dengan kebutuhan diri nya sendiri. Isti atau ibu dianggap sebagai titik tertinggi perempuan, sedangkan wanita karir dianggap sebelah mata.

Hal hal semacam ini tentu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perempuan di kemudian hari. Perempuan mulai terbatas akses pendidikan dan kesempatan karir. 

Konstruk sosial yang menjadikan perempuan sebagai pengurus rumah tangga sehingga menjadikan perempuan tidak punya kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam dunia kerja. Selain itu, tekanan untuk memenuhi peran gendere tradisioanl juga menyebabkan banyak perempuan yang mengalami stress. Tekanan tekanan yang ada dalam urusan domestik menyebabkan perempuan mengalami kelelahan emosional dan tentu berdampak pada kesehatan fisik.

struktur sosial patriarki di indonesia terus berlanjut dan tentnu mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat. politik, ekonomi maupun keluarga. patriarki sangat berpengaruh terhadap kesempatan kesempatan yang seharusnya juga didapatkan oleh perempuan. pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan dan lain semacam nya menjadikan banyak perempuan di dunia terkhusus di Indonesia yang berada di pedesaan terikat pada norma - norma tradisional yang tentnu membatasi ruang gerak mrerkea dalam sektor ekonomi dan politik. 

dampak yang diberikan terhadap lingkungan pun juga di nilai signifikan. masyarakat pedeaaan, perempuan sebagai pengelola utama sumber daya alam speerti air, kayu bakar, dan lahan pertanian. namun karena adanya struktur sosial patriarki yang terbangun, prempuan sering kali tidak memiliki hak atas SDA lainnya. misalnya dalam pengambilan keputusan terkait lingkungan, kerap kali perempuan tidak dilibatkan sehingga pengelolaan sumber daya alam yang kurang keberlanjutan akibat stereotip masyarakat terhada perempuan yang memiliki kemampuan terbatas.

oleh karena adanya pengelolaan sumber daya alam yang kurang keberlanjutan, mengakibatkan rusaknya lingkungan. dari sini juga mulai muncul masalah baru. perempuan menjadi suatu kelompok yang paling terpengaruh terhadap penurunan lingkungan. misalnya saat terjadi banjir, yang tentu akan memperburuk beban kerja perempuan yang harus mengasuh anak dan memenuhi tanggung jawab domestik dalam rumah tangganya. ini mengakibatkan mereka sulit beradaptasi dengan perubahan iklim dan berkontribusi pada sosial lingkungan. 

beberapa bulan yang lalu, saya menghadiri sebuah forum yang disebut "sekolah islam dan gender" yang diadakan oleh korp perempuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. disana saya mendapatkan banyak pengetahuan terkait apa itu kesetaraan gender, perspektif gender dalam islam, bagaimana kesetaraan gender dalam pendidikan, juga dampaknya dalam lingkungan. dari sekolah yang diadakan dalam beberapa hari tersebut, saya mendapat banyak pengetahuan baru terkhusus bagaimana mengatasi budaya patriarki yang telah mengakar kuat di indonesia. Lalu, bagiamana mengatasi budaya patriarki yang telah mengakar kuat di Indonesia?

Dari dulu, pendidikan sudah seharusnya mengambil peranan penting. Pendidikan seharusnya mencakup kurikulum yang mengajarkan kesetaraan gender sehingga semua individu dapat saling menghargai tanpa membedakan jenis kelamin. 

Media massa juga memiliki peranan penting. Media massa kini menjadi tonggak utama teknologi, pusat penyebaran informasi yang dirasa cukup kuat dan cepat dalam menyebarluaskan informasi. Sudah seharusnya media massa kini menyampaikan apa yang berada di bawah tekanan konstruk sosial. 

Media massa seharusnya tidak lagi menampilkan peran peran yang menrujuk kepada ketidaksetaraan gender sehingga menjadikan perempuan lemah di mata masyarakat. Hal ini akan membentuk pandangan yang lambat laun mengakar kuat dalam pikiran dan menjadi sebuah gagasan yang tak dapat dikesampingkan. Masyarakat juga memiliki peranan penting dalam menghapus hama budaya patriarki. 

Masyarakat harus bekerja untuk memberdayakan perempuan melalui berbagai program yang inisiatif. Masyarakat khususnya perempuan harus berani bertindak, berani mengambil keputusan, berani menyuarakan kesalahan dan kewenangan yang buruk, dan perempaun boleh untuk mengejar pendidikan yang tinggi, mengejar apa yang mereka impikan sejak dulu, memulai bisnis, berpartisipasi aktif dalam kegiatan soisal sehingga perempuan tak hanya bertugas membuatkan the atau kopi untuk para lelaki yang sedang menonton bola di balai desa, dan perempuan memiliki proses yang sama dengan laki laki dalam pengambilan keputusan di semua tingkat masyarakat. 

Mengatasi patriarki membutuhkan perubahan budaya dan sikap yang lebih luas. Dengan melibatkan pendidikan masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender dan menghormati peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Kampanye kesadaran public dan dialog terbuka tentang gender dapat membantu mengubah pandangan terhadap lemahnya perempuan yang telah terbangun sejak dulu. selain itu, untuk mengatasi masalah semacam ini, penting untuk menyebarluaskan kesetaraan gendel dan memberdayakan perempuan dalam semua aspek kehidupan bahwa perempuan dan laki laki memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan dan memberikan kesetaraan akses yang sama terhadap pengelolaan sumber daya secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun