Alangkah bahagianya apabila tiap manusia bisa belajar dengan hati yang bebas. Ketika bermain adalah belajarnya dan belajar adalah permainannya. Ketika bahagia itu adalah sebuah hal yang sudah sewajarnya, bukan sebuah kemewahan.
Alangkah bahagianya apabila tiap manusia dapat mengekslorasi dunia dengan merdeka, semerdeka burung memilih tempat tinggalnya tanpa didikte angin dan matahari yang menemaninya.
Alangkah bahagianya anak-anak yang hidup tanpa teriakan dan kekerasan walau dengan dalih disiplin. Karena sejatinya disiplin yang sebenarnya itu ada karena kesadaran, bukan karena ketakutan akan sebuah hukuman. Disiplin itu ada karena pemahaman akan konsekuensi atas sebuah tindakan. Karakter baik tidak dibentuk dengan suara tinggi dan kekejaman. Karakter baik hadir ketika anak memiliki cukup cinta, penerimaan atas dirinya.Â
Apakah kita tidak ikut tersenyum menyaksikan senyuman anak-anak kita? Tidakkah kita tergetar dengan kepolosan cara pikirnya? Tidakkah kita menjadi pembelajar dengan mengamati usaha kecilnya yang begitu gigih?Â
Alangkah bahagianya perempuan yang hidup dalam perlindungan dan penjagaan keluarga dan masyarakatnya. Karena sesungguhnya tiang kekuatan negara ini adalah para perempuan. Perempuan sebagai madrasah pertama anak-anak mereka, yang akan mewariskan nilai-nilai keluarga pada keluarganya.Â
Apakah kita tidak ikut tersenyum menyaksikan kebahagiaan ibu, saudara maupun anak perempuan kita? Bukankah senyum mereka yang mendatangkan ketentraman hati kita? Dengan segala kekuatan emosinya, mereka pula yang memberikan usaha tiada kenal lelah bagi sang terkasih.
Jangan renggut kebahagiaan itu darinya, putuslah mata rantai kekerasan dengan kasih sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H