Mohon tunggu...
Chaila Sari Fauzihan
Chaila Sari Fauzihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - I am an active social welfare student in the 5th semester at the Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta

I am someone who has a hobby in writing. Initially I only channeled my hobby through light poetry which I uploaded on my social media, but I think this hobby needs to be developed. Therefore, I want to channel my hobby into writing news articles, which I think can develop my writing skills.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Narkoba Sebagai Bahan Pelarian yang Menjebak

10 November 2024   11:45 Diperbarui: 10 November 2024   12:03 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kian hari permasalahan seperti ekonomi, konflik keluarga, pekerjaan, sampai gangguan mental menjadi sebuah tekanan hidup yang semakin besar. Permasalahan tersebut membuat orang-orang semakin mencari-cari tempat pelarian untuk mengurangi beratnya beban yang dirasakan, serta mencari cara untuk mengalihkan perasaan negatif yang dihasilkan dari masalah yang dialami. 

Narkoba menjadi salah satu tempat pelarian yang dianggap "mudah" bagi orang-orang yang terjerat dalam lingkaran masalah kehidupan. Ilusi rasa nyaman didapatkan dari serbuk-serbuk yang dihirup ke dalam tubuh orang-orang yang dipenuhi rasa khawatir dalam hidupnya. 

Namun kenyataan pahit harus diterima oleh orang-orang yang menjadikan narkoba sebagai pelarian atas masalah yang sedang dirasakan. Karena narkoba bukanlah pembawa solusi, melainkan membawa penggunanya ke balik jeruji. 

Terjebak dalam kesulitan hidup membuat sebagian orang merasa bahwa narkoba bisa menjadi jalan keluar dari jeratan masalah. Efek samping sementara yang dihasilkan membuat narkoba dijadikan sebagai solusi instan untuk meredam permasalahan. 

Dari banyaknya kasus pengguna narkoba, terlihat bahwa tidak sedikit pengguna memakainya karena merasa dirinya tertekan dan depresi. Mereka menggap bahwa narkoba dapat membawa ketenangan dan melupakan sejenak apa yang menjadi masalah mereka. 

Dalam hal ini, lingkungan sosial berperan sebagai faktor yang paling besar. Lingkungan pertemanan yang kurang sehat seringkali membawa pengaruh buruk menjadi lebih mudah diterima oleh diri seseorang. Dorongan-dorongan untuk mengetahui hal-hal baru yang berbau negatif membawa tantangan tersendiri bagi orang-orang yang terjebak dalam lingkungan tersebut. 

Dalam waktu yang singkat, narkoba memberikan efek-efek seperti euforia, relaksasi, dan rasa nyaman bagi para pemakainya. Zat-zat kimia yang menjadi bagian dalam narkoba bekerja sama dengan otak untuk menghasilkan perasaan senang, serta menghilangkan rasa khawatir dan membangun energi yang tidak wajar. 

Ilusi yang tercipta dalam waktu singkat menghasilkan kondisi yang lebih buruk ketika efek yang diberikan mulai habis. Penggunanya akan merasa lebih cemas dan kembali mengkonsumsi barang haram tersebut untuk kembali merasakan ketenangan dan ketergantungan yang semakin menjebak. 

Ilusi yang kerap kali selalu dihadirkan dengan berkali-kali mengkonsumsi narkoba juga membawa penggunanya kedalam kerusakan-kerusakan jangka panjang. Kerusakan tubuh secara fisik, seperti organ vital, penurunan imun, serta gangguan metabolisme tubuh akan menggerogoti orang-orang yang menjadikan narkoba sebagai tempat pelariannya. 

Perluasan dampak dari penggunaan narkoba juga terjadi pada kesehatan mental. Narkoba akan menjadikan penggunanya memiliki gangguan kecemasan, depresi berat, hingga gangguan jiwa. 

Kebutuhan hidup kemudian akan meningkat ketika seseorang menggantungkan hidupnya kepada zat berbahaya tersebut. Hal tersebut disebabkan karena narkoba sudah menjadi kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi. 

Stigma sosial kemudian hadir memenuhi identitas bagi para pengguna narkoba. Alih-alih mendapatkan dukungan sosial pengguna justru di kucilkan dan di pandang sebagai aib, membuat para pengguna terperosok ke jurang yang lebih dalam. 

Program rehabilitasi kerap kali gagal karena kurangnya dukungan sosial atau bimbingan lanjutan pasca rehabilitasi membuat para mantan pengguna memutuskan untuk kembali berkumpul ke tempat yang sama. 

Pada dasarnya, rehabilitasi bukan hanya merespon krisis melainkan menyediakan dukungan yang berkelanjutan untuk membantu para pengguna yang terjebak dalam proses pemulihan diri secara menyeluruh dalam jangka waktu yang panjang. 

Narkoba bukan hanya menjadi pelanggaran hukum, narkoba menjadi suatu masalah yang kompleks apabila dijadikan sebagai tempat pelarian bagi para korbannya yang menggantungkan dirinya di sana.

Solusi yang nyata perlu dihadirkan untuk membuat sebuah perubahan yang mengakar, bukan hanya sekedar larangan dan hukuman akan tetapi juga dukungan berkelanjutan untuk membebaskan diri dari jeratan narkoba.

Narkoba bukanlah sebuah tempat mencari solusi, narkoba merupakan perangkap buruk yang membawa beratnya  konsekuensi bagi para penggunanya untuk bergantung pada arus deras dalam kehidupan di balik jeruji besi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun