Siapa yang akan mencintaimu paling besar selain Bapak?
Maka jangan sampai engkau menjadi 'berbeda' usai mengarungi bahtera rumah tangga. Jadilah berbeda ke arah akhlak yang lebih baik dan jangan jemawa.
Ini hanya kisah antara obrolan anak perempuannya yang paling kecil dengan bapaknya. Disela malam, disela waktu yang sempat mereka habiskan berdua. Cerita ini akan menjadi pengingat, bahwa kasih orangtua sepanjang masa.
Ah, cintanya anak perempuan akan tetap pada Bapaknya. Yang mencintainya tanpa rupa, yang mencintainya tanpa meminta balas, yang mencintainya sepanjang hayat. Bakti anak perempuannya, cukup absen wajah pada orangtua. Tak perlu harta. Hanya senyum terukir berkata bahwa engkau bahagia dengan titian yang kau pilih. Cukup.
Maka jadilah Bapak yang kelak anak perempuanmu mengasihimu sepanjang masa. Karena sosok Bapak akan menjadi sosok ideal pria masa depannya. Bukan hanya anak perempuan, tapi juga anak laki-laki. Sosok Bapaklah yang menjadi contoh bagi mereka. Menjadi pria seperti apa mereka seharusnya di depan perempuan, pun pria bagaimanakah yang kelak akan menghabiskan waktu bersama selamanya untuk anak perempuan.
Ku ceritakan pada Bapak, video viral antara pesan orangtua perempuan pada calon menantu laki-lakinya. Bahwa kelak, kepada pria yang akan meminang anak gadisnya, Bapak itu berkata, "Jika engkau (anak muda) tak lagi mencintai anak perempuanku pulangkan saja dia padaku. Jangan menyakitinya."
Bapak hanya mendengar dengan seksama. Tahu makna dalam dibalik itu. Bahwa Bapak akan selalu ada untuk anak perempuannya. Tanggung jawabnya yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang. Maka tak patut lah sebagai anak yang dibesarkan dengan segala rupa merasa kurang. Bapak juga paham, ah, seperti ini yang anak gadisnya inginkan. Bahwa dia akan selalu ada.
Bapak berkata, "Doa Bapak hanya 1, bahwa engkau akan mendapatkan pria yang membimbingmu tanpa kekerasan seperti Bapak yang memarahimu dengan kelembutan. Semoga engkau akan mendapatkan pria yang sayang, sabar, dan setia padamu apapun tingkahmu."
Yang berkata, "Doa Bapak, engkau selalu berkecukupan seperti aku mencukupimu."
Kapan lagi, diusia yang menjelang 30 tahun ini, anak gadismu Bapak, mendengar apa yang engkau angankan. Mendengar ridhomu pada apa yang selama ini menjadi harapan Bapak. Mendapat kesempatan disela malam, sepulang bekerja, atau sekadar nongkrong bersama di teras duduk di kursi bambu, cerita tentang kehidupan.Â
Bercerita tentang apa-apa yang tak pernah dapatkan semasa di bangku pendidikan. Anak gadismu kembali ingat. Ah, ya benar. Bapak tidak pernah mengingatkan dengan suara keras. Tidak pernah memarahi dengan bentakan. Bapak hanya meminta duduk disebelah Bapak, bersuara rendah mengingatkan apa-apa yang menjadi kesalahanku di masa lampau.