Mohon tunggu...
Althamira Frishka
Althamira Frishka Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis yang tertarik dengan kesehatan mental, perempuan dan anak. Temukan karya A.F di IG @althamirafrishka

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berantas DBD di Bojonegoro, Mending Main Raket Petasan, deh!

29 Januari 2022   10:45 Diperbarui: 29 Januari 2022   10:52 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : freepik.com

Rasanya sudah tidak asing mendengar Demam Berdarah Dengue ini. Setiap tahun dari tahun ke tahun, rasanya tak pernah nol kasus. Bagi yang pernah merasakan, amit-amit jangan sampai terulang.


Rasa cenut-cenut, meriang, pusing tujuh keliling, sampai lidah terasa pahit, tak ingin kembali merasakan. Makanan enak pun terasa aduhai tak karuan.


Saya ingat sekali. Waktu nge-pos di berita kesehatan di 2018 akhir sampai 2020. Tiap tahun di akhir tahun yang diangkat selalu DBD. Demam berdarah, lorong rumah sakit yang ramai pasien DB, nyamuk-nyamuk yang berterbangan, sampai tidur dengan bunyi dengung yang melekat di telinga.

Apalagi, waktu ramai DBD, saya berulang kali mengingatkan orangtua di rumah setelah habis liputan. Setelah habis melihat lorong penuh kasur pasien, bangsal terisi penuh dan infus yang menusuk pergelangan tangan. Tidak muda, tidak pula tua.

"Hati-hati, musim DB, jangan pelihara nyamuk."

Akhirnya setiap saya pulang kerja, selepas magrib, setelah beberapa hari berkali-kali, Bapak mengeluh panas-dingin.

"Jangan-jangan DB, nih," celetuk saya pada Bapak.

Bapak yang masih tak percaya dan tidak mau makan saya bujuk rayu, "Kita berobat dulu. Kalau pun ujung-ujung perlu opname, kan nggak perlu makan. Udah di infus," ucap saya kala itu berbohong.

Ya yang benar saja ya, mana ada di infus tidak perlu makan. Dan waktu itu Bapak percaya karena dia nggak mau makan. Akhirnya mau saya antarkan berobat. Ternyata ini yang namanya berbohong demi kebaikan, hehehe.

Dan tadaaa! Setelah itu Bapak benar-benar terjangkit DB di akhir tahun 2019 kalau tidak salah. Yang seharusnya kami lebaran dan Solat Id dengan penuh sukacita. Idul fitri kami berlangsung di rumah sakit yang sepi dengan merchandise kotak kue lebaran dari RS. Tentu saja sebagai pelipur lara :")

Beruntung masih bisa ikut Solat Id di alun-alun, beramai-ramai, karena kebetulan RS dekat sekali dengan alun-alun.

Masalahnya simpel sekali. Karena ... satu bak yang berisi tanaman air tidak dibolehkan untuk dikuras. Ya, sesimpel itu. Padahal saya sudah keliling rumah untuk membuang air-air genangan yang ada, menguras dan menyikat bak mandi, menyingkirkan wadah-wadah tak terpakai.

Hanya karena 1 bak berisi tanaman air yang tidak boleh dikuras, rasanya menggugurkan usaha peran 1 rumah 1 jumantik. Peran jumantik pun harus didukung oleh anggota keluarga. Jika tidak, ya seperti saya.

Sekarang, alhamdulillah, berkat pengalaman, semua bersatu untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kami mulai memasang kembali kelambu-kelambu di tempat tidur, menggunakan lotion anti nyamuk, sampai beli raket nyamuk yang tiap pagi dan malam bagai main petasan kalau didengar tetangga.

Dan perlu diketahui, berdasarkan Data Dinkes Kabupaten Bojonegoro per Januari 2022 kasus DBD mencapai 112 kasus dengan 2 kematian. Agaknya, ini kembali menjadi cambuk peran kita semua agar melindungi keluarga tercinta dari DBD.

Sayang keluarga kan? Mari kita berantas nyamuk aedes aegypti. Dia makhluk kecil, tapi bisa membuat lara.

Salam hangat

29 Januari 2022, Jawa Timur

Cs

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun