Karena rasa kekagumannya kepada sosok Teuku Umar, pelukis Basoeki Abdullah lantas membuat lukisan Teuku Umar. Ihwal pembuatan lukisan Teuku Umar dan pahlawan-pahlawan nasional lainnya, tidak hanya karena faktor nasionalisme seorang Basoeki Abdullah saja. Tetapi juga karena adanya dorongan dari pelukis lain ketika mempertanyakan rasa nasionalisme Basoeki Abdullah terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Sebab, selama ini Basoeki Abdullah dinilai hanya seorang pelukis yang melukis Indonesia dari sisi yang indah-indah saja, dan tidak menyuarakan (melukis) realita perjuangan bangsa Indonesia pada saat itu.
Basoeki Abdullah menjawab keraguan dari beberapa pelukis tersebut dengan mengatakan bahwa perjuangannya bukanlah dengan cara mengangkat senjata untuk kemudian berjuang di medan pertempuran. Namun ia berjuang melalui jalur yang lain: melalui jalur budaya dengan cara melukis sehingga Indonesia dikenal sebaga negara yang memiliki budaya dan seni yang tinggi. Sejak saat itu, meskipun tengah belajar di Belanda, Basoeki Abdullah tetap mengikuti berita dan perkembangan perjuangan di tanah air, dan tetap berkarya sehingga nama Indonesia semakin dikenal di daratan Eropa, seiring dengan semakin harumnya nama beliau di ranah pelukis benua Eropa.
Untuk menjawab keraguan diantara beberapa pelukis tersebut, Basoeki Abdullah menjawab dengan cara melukis lukisan para pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, dan salah satu yang dilukis adalah Teuku Umar. Melukis sosok Teuku Umar merupakan salah satu bentuk tingginya rasa nasionalisme dalam diri Basoeki Abdullah, yang diwujudkannya melalui karya seni (lukisan) yang bernilai tinggi pula.
Melalui lukisan Teuku Umar dan para pahlawan nasional lainnya, Basoeki Abdullah seolah ingin menyampaikan bahwa ia bukanlah pelukis komersil yang hanya bisa melukis Indonesia yang indah-indah saja, tetapi juga sebagai bentuk rasa cintanya kepada tanah air dan tokoh perjuangan bangsa Indonesia. Kini, kita pun dapat mengetahui wajah-wajah pahlawan nasional melalui luksan karya Basoek Abdullah tersebut, meskipun karya itu di lukis melalui imajinasinya (bukan dalam bentuk wajah asli).
Dan, lukisan-lukisan tersebut pun telah menjadi citra atau daya tarik dalam sampul dan isi buku-buku sejarah, diberbagai tempat lainnya, termasuk bertebaran banyak di dunia maya (internet). Sadar bahwa lukisan tersebut telah mendunia, ia pun turut mewariskan semangat perjuangan bangsa milik para pahlawan kepada kita sebagai generasi penerus (tongkat estafet), untuk senantiasa mengisi dan menghargai kemerdekaan yang telah diraih dengan penuh perjuangan dan segenap tumpah darah. Di samping itu, hadirnya lukisan pahlawan karya Basoeki Abdullah mengajarkan kepada kita bahwa, melalui lukisan para pahlawan, ternyata dapat mengisahkan ulang cerita sejarahnya.
Untuk melihat lukisan-lukisan karya dari Basoeki Abdullah, ada baiknya Anda berkunjung ke Museum Basoeki Abdullah di Jakarta Selatan, atau juga Anda dapat melihat karya lukisan Basoeki Abdullah dengan mengkases website resminya di internet.
Mega Musibah Aceh Bernama Gempa dan Tsunami (26 Desember 2004)
Datanglah ke Aceh atau lebih tepatnya ke Banda Aceh suatu hari nanti. Disanalah kenang-kenangan akan mega musibah gempa dan tsunami Aceh diabadikan. Museum Tsunami Aceh sudah lama berdiri megah. Setiap harinya selalu melibatkan orang yang berkunjung ke sana, termasuk para pelancong dari berbagai penjuru.
Bagi Anda yang beruntung yang sudah pernah mengunjungi Museum Tsunami Aceh di kota Banda Aceh, ada salah satu sudut dan ruangan di museum diarah timur dan selatan bertemu. Pada bagian itu, ada sebuah jam dengan tanggal yang dipermanen yang selalu menunjukkan angka 26 Desember 2004.
Mengutip dari beberapa sumber, itu adalah hari ketika waktu tiba-tiba berhenti seketika untuk Aceh. Meninggalnya lebih dari ratusan ribu orang dan hancurnya sebagian besar bangunan di hari terjadinya mega musibah gempa dan tsunami Aceh itu, digambarkan sebagai hari paling kelam sepanjang sejarah Aceh oleh surat kabar lokal, nasional dan internasional. Hari yang kelam tersebut datang dalam waktu yang sangat singkat disaat Aceh masih dilanda konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia, tapi konflik itu begitu mengerikan.
26 Desember 2004 adalah salah satu hari paling kelam dalam catatan sejarah Aceh. Betapa tidak, tepat di hari Minggu itu, gempa yang berkekuatan 9.2 SR mengguncang bumi Serambi Mekkah dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur dibeberapa daerah di Aceh. Tak lama setelah goncangan gempa yang sangat dasyat itu, laut ikut bergolak dan menumpahkan ribuan meter kubik airnya ke daratan. Konon tinggi gelombang sampai mencapai 10 meter atau setinggi pohon kelapa. Lebih dari ribuan korban jiwa melayang, ribuan rumah rusak parah, jalan terpotong, infrastruktur rusak parah, dan Nanggroe Aceh Darussalam luruh dalam duka yang begitu dalam.