Mohon tunggu...
Chaerol Riezal
Chaerol Riezal Mohon Tunggu... Sejarawan - Chaerol Riezal

Lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan saat ini sedang menempuh Program Studi Doktor Pendidikan Sejarah (S3) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang hobinya membaca, menulis, mempelajari berbagai sejarah, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan isu-isu terkini. Miliki blog pribadi; http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Bisa dihubungi lewat email: chaerolriezal@gmail.com atau sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Suatu Hari, 10 Januari 1993 ... 24 Tahun Kemudian (Selamat Ulang Tahun, Chaerol Riezal)

10 Januari 2017   09:28 Diperbarui: 10 Januari 2017   18:47 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman saya mengatakan: Toh, kebetulan juga dunia ini menyukai kisah-kisah cinta (romantisme) yang menyenangkan, dimana tokoh-tokohnya itu tidak berakhir dengan (mati) secara mengenaskan seperti Romeo-Juliet atau Laila-Majnun. Saya dan tulisan ini,– mengutip dan meminjam ucapan dari Nurdin Halid ketika timnas Indonesia gagal jadi juara Piala AFF 2010,– adalah “takdir.” Tidak ada yang protes, tidak ada yang ngedumel. Semuanya manut. Mungkin begitu dugaan saya.

***

10 Januari 1993, lahirlah seorang anak manusia bernama Chaerol Riezal dari pasangan suami istri Juneidi dan Julaikha. Ya, hari ini, 24 tahun yang lalu, saya dilahirkan ke dunia ini. Ketika itu nyaris tidak akan ada yang menyangka bahwa anak yang lahir di Alue Bilie ini kelak akan berada di di tempat yang saya injak saat ini.

Mungkin juga tidak akan ada yang menduga anak yang pelawan guru semasa sekolah tingkat SMP dan SMA ini, tidak bisa berubah (perilaku) pelawan dan bandelnya itu terhadap nasehat dan omongan guru di sekolah. Juga tidak akan ada yang menduga bahwa anak ini bisa melampaui status pendidikan orang tua dan guru-gurunya di sekolah. Untuk pernyataan ini, kita masih bisa berdamai agar dapat membuktikan pendapat mana yang benar mengenai hal tersebut.

Para ahli sosial pun hingga kini tidak ada yang bisa membuktikan pendapat mana yang benar mengenai perilaku seseorang. Hingga akhirnya para ahli sosial mencoba berdamai dengan mengatakan bahwa perilaku seseorang dapat berubah akibat beberapa faktor seperti: agama, keluarga, lingkungan, pendidikan, teman, musibah, kesadaran alamiah, dan sebagainya.

Kesimpulan yang terkesan mencari aman tersebut, mungkin memang tidak ada yang salah. Pasalnya, memang seperti itulah kenyataan yang ada ditemukan di lapangan. Ya, sedikit banyak, saya dipengaruhi oleh faktor tersebut. Dan iya, benar bahwa, sedikit banyaknya, Tuhan memang sudah menyadarkan saya dan membuka mata saya untuk diberikan jalan. Ucapan yang terkahir ini, bukan berarti saya dulu adalah seorang penjahat, perampok, pencuri, pemabuk, penjudi, dan maksiat lainnya yang telah bertaubat.

Tentu kita semua sudah tahu bahwa sejak pertama kali manusia dilahirkan ke dunia ini, akan mengalami beberapa fase dalam kehidupan ini, mulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, sampai tumbuh menjadi dewasa dan menua. Pun juga dengan saya, pernah mengalami fase demikian, kecuali tumbuh menjadi dewasa butuh waktu dan proses yang matang sehingga akan mencapai umur yang menua (itupun jika panjang umur).

Saya yang lahir di tahun 90-an adalah generasi yang paling bahagia, generasi terakhir yang masih bermain di halaman rumah orang yang luas. Kami berlari, bersembunyi, dan penuh canda tawa. Bermain petak umpet, lompat tali, masak-masakan, jepret karet, jamuran, putri-putri melati, tanpa peringatan dari Bapak Ibu hingga malam hari. Kami juga bisa memanfaatkan gelang karet, biji sawo, biji asem, biji jeruk, biji pohon karet, daun-daunan, kotak rokok, gambar-gambaran, sandal jepit, rantai dan ban bekas, hingga baterai bekas untuk dijadikan sebuah permainan yang mengasyikkan. Kami adalah generasi terakhir yang memainkan meriam bambu dan obor. Kami adalah generasi yang paling bahagia, tidak seperti generasi setelah kami yang lebih disibukkan dengan permainan game digital, smartphone, berkurung di dalam rumah, atau bermain di mall-mall besar.

***

Chaerol Riezal berulang tahun ke-24 hari ini. Berbagai kisah dan pengalaman sudah saya lakoni. Di usia yang ke-50 tahun kelak (Insyaallah jika panjang umur) akan saya bukukan sendiri pengalaman hidup ini. Juga untuk menulis sejarah hidup saya sendiri. Satu hal yang pasti, bahwa saya bukanlah seorang tokoh besar atau orang yang berpengaruh, tetapi hanya manusia biasa yang saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa.

Hari ini, saya merayakan ulang tahun lewat sebuah tulisan ini. Di hari kelahiran ini, saya sempat berpikir apakah tulisan ini akan menjadi kado terindah bagi saya sendiri? Ya, tentu saja, kenapa tidak !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun