Di titik inilah arogansi para pengendara di Solo membawa motor sesuka hatinya. Menamcap gas motor adalah kewajiban bagi mereka untuk sesegara mungkin sampai di tempat tujuan. Setiap kali anda melintas dengan jalan kaki di sepanjang jalan (tidak termasuk di kota), rasanya anda sedang berada di jalan tol. Baik malam maupun siang hari, itu sama saja, tidak ada bedanya.
Jika pola pikir seperti ini terus dilakukan, maka tidak menutup kemungkinan para pejalan kaki tidak akan senang. Akibatnya, untuk menumbuhkan budaya jalan kaki pun akan terasa sulit. Sebab keamanan dan kenyamanan adalah mutlak bagi pejalan kaki. Bisa-bisa mereka (pejalan kaki) akan melakukan protes.
“Ah, katanya pemerintah Solo sedang menumbuhkan budaya jalan kaki. Katanya Pemerinah Indonesia juga sedang gencar-gencarnya mengajak masyarakat untuk membudayakan jalan kaki. Ternyata itu hanya slogan belaka.” Mungkin begitu yang mereka keluhkan.
Kentingan-Surakata-Solo, Sabtu, 5 November 2016
=======
*Penulis, pernah merasakan bagaimana rasanya berjalan kaki di salah satu kota di Indonesia. Saat ini penulis masih berstatus sebagai mahasiswa Pendidikan Sejarah asal Aceh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H