Mohon tunggu...
Erli Siregar
Erli Siregar Mohon Tunggu... -

petualang waktu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengalaman Dibonceng Motor Waria

15 Mei 2010   01:28 Diperbarui: 4 April 2017   16:55 2261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maurice Merleau Ponty mendefinisikan kebertubuhan sebagai kesatuan antara eksistensi manusia dengan dunia di sekitarnya sehingga ia mengembangkan diri sebagai aku yang sadar. Kebertubuhan menunjukkan situasi konkrit kita sebagai manusia secara keseluruhan yang selalu berkembang terus menerus. Dengan demikian, tubuh atau kebertubuhan adalah diri kita sendiri. Kebertubuhan kita sebagai seorang manusia yang sudah pasti mengalami evolusi dari waktu ke waktu sangat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memiliki peranan penting dalam membentuk kedirian kita sebagai seorang manusia, termasuk kedirian seorang manusia yang bernama waria. Lalu siapakah sebenarnya yang dimaksud dengan waria?

Waria adalah sosok makhluk Tuhan yang terlahir sebagai laki-laki dengan penis yang dimiliki, namun secara psikis memiliki sifat perempuan yang lebih menonjol dibandingkan dengan sifat laki-lakinya. Hal ini terlihat dari bahasa tubuh (gesture) yang kemayu, cara mereka berbicara dengan intonasi suara yang agak manja, cara berdandan ala perempuan dengan memakai bedak, lipstick, eye shadow, perona pipi, bulu mata palsu, rambut palsu atau wig, dan cara mereka berpakaian dengan memakai baju perempuan. Dengan demikian, waria adalah sosok manusia yang jiwanya terjebak pada tubuh yang salah.

Masyarakat awam sering menyamakan kaum waria dengan kaum homoseksual. Karena keduanya memiliki kesamaan orientasi seksual terhadap sesama jenis. Meskipun begitu, pada kenyataan terdapat perbedaan di antara keduanya. Dede Oetomo dalam bukunya yang berjudul Memberi Suara Pada Yang Bisu menjelaskan perbedaan antara homoseksual dan waria. Menurut Dede, homoseksual adalah orang yang orientasi atau pilihan seks pokok atau dasarnya diarahkan kepada sesama jenis kelaminnya. Seorang pria homoseksual sudah pasti mengakui diri mereka adalah seorang laki-laki. Tetapi ketika melakukan aktivitas seksual, tidak semua pria homoseksual berperan sebagai laki-laki. Karena ada sebagian dari mereka yang berperan sebagai perempuan. Lain homoseksual lain pula dengan waria. Seorang waria selalu mengakui diri mereka adalah perempuan, meski mereka memiliki alat kelamin laki-laki. ‘Identitas' keperempuannya itu tidak hanya ditunjukkan secara kasat mata saja (memakai make up, mengenakan baju perempuan, dan berjalan dengan gemulai), melainkan juga ketika mereka melakukan aktivitas seksual. Lebih lanjut, Dede mengatakan ada batasan sosiologis yang dibentuk dalam kesadaran sebagian besar kaum gay dan waria itu sendiri. Ada kalanya seorang gay berdandan sebagai waria, bahkan untuk waktu yang agak lama, atau ketika berada di kota lain. Begitu juga sebagian kecil waria sebaliknya berpenampilan sebagai gay pada kesempatan tertentu. "Penyeberangan" ini terjadi di kelas menengah ke bawah.

Selain berbeda dengan kaum homoseksual, kaum waria juga bukan kaum transvestisme fetishistik, orang yang menggunakan pakaian lawan jenis untuk mencapai kepuasan seksual. Melainkan transvestisme peran ganda, yakni orang yang memakai jenis pakaian dari lawan jenisnya sebagai bagian dari eksistensi diri. Karena alasan seorang waria memakai baju perempuan disebabkan secara psikologi ia merasa dirinya seorang perempuan, bukan untuk membangkitkan gairah seksual.

Dengan demikian, seorang waria adalah sosok makhluk Tuhan yang memiliki identitas tersendiri yang berbeda dari homoseksual dan transvetitisme fetishistik.

Lalu bagaimanakah sebenarnya ilmu pengetahuan melihat kebertubuhan seorang waria?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya akan memulainya dengan ilmu kedokteran. Ilmu ini sengaja saya gunakan sebagai dasar pijakan awal dengan alasan untuk mengetahui bagaimana tubuh waria secara fisik dibicarakan dari sudut pandang medis. Atau apa yang menyebabkan seseorang yang pada mulanya terlahir sebagai seorang lelaki sejati lengkap dengan penis yang dimiliki, tetapi dikemudian hari mempunyai sifat keperempuanan yang lebih dominan dibandingkan sifat kelelakiannya?

Sudah banyak penelitian di bidang ini yang mengkaji permasalahan mengenai tubuh waria. Dari sekian banyak penelitian itu, setidaknya saya menemukan dua penyebab mengapa seorang pria menjadi waria di masa yang akan datang. Pertama, adanya kelainan kromosom yang terdapat di dalam tubuhnya. Lalu apa yang dimaksud dengan kromosom? Kromosom adalah bagian-bagian kecil yang terdapat dalam inti sel. Melalui kromosom, kita dapat mengetahui deoxyribonucleic acid (DNA) seseorang. Pada umumnya, kromosom laki-laki adalah XY. Sedangkan perempuan adalah XX. Namun, pembagian tersebut tidaklah mutlak. Karena bisa saja terjadi satu atau dua kromosom dari 46 kromosom yang tidak normal yang disebut dengan aneuplodi kromosom. Pada laki-laki ditemukan sindroma Klinefelter dengan ciri-ciri tidak menderita steril, mempunyai testis yang sangat kecil, seringkali menderita ginekomasti dan retardasi mental. Serta memiliki susunan kromosom XXXY. Sementara pada perempuan ditemukan sindroma Turner, yaitu perempuan yang menderita steril, tidak mengalami menstruasi, pendek, memiliki berbagai kelainan, misalnya, selaput kulit di kanan kiri leher, koartasi aorta dan apabila lengannya diluruskan, lengan bawah akan tergeser lebih ke lateral, dan memiliki satu kromosom, XO. Kedua, faktor predisposisi hormonal dimana hormon ekstrogen dan progesterone lebih banyak daripada hormon androgen.

Setelah membahas faktor penyebab kebertubuhan waria dari sudut pandang ilmu kedokteran, saya akan beralih kepada ilmu psikologi untuk melihat bagaimana sebenarnya proses seseorang menjadi waria (the process of being a waria). Dalam buku yang berjudul Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia (PPDGJ) III dijelaskan bahwa tanda-tanda seorang lelaki yang pada awalnya ‘normal', namun di kemudian hari memilih untuk menjadi waria dapat dilihat ketika ia masih kanak-kanak. Tanda-tanda tersebut meliputi kecenderungannya untuk bermain, misalnya, boneka dan memilih anak perempuan sebagai teman dibandingkan anak laki-laki. Selain itu, ia selalu merasa tidak nyaman dengan penis yang dimilikinya. Baginya, mempunyai penis adalah sesuatu yang menjijikkan dan ingin menggantinya dengan vagina, "They find that their penis or testis disgusting, that they want to remove them, or that they have, or wish to have, a vagina." Dalam ilmu psikologi, istilah ini disebut dengan gangguan identitas gender (gender identity disorder), orang yang merasa terganggu dengan alat kelamin yang dimilikinya sejak lahir.

Lalu saat dewasa, ia mengidentifikasikan diri sebagai lawan jenis (cross-gender identification). Identifikasi diri sebagai lawan jenis (cross-gender identification) dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengubah penampilannya menjadi perempuan. Seperti contoh, apa yang terjadi pada penampilan temanku itu saat memboncengiku dengan motor bututnya yang memakai baju muslim lengkap dengan kerudung dikepala. Penampilannya yang bak seperti perempuan ini disebut dengan transvestisme peran ganda, yakni orang yang memakai jenis pakaian dari lawan jenisnya sebagai bagian dari eksistensi diri. Kedua, mengubah penampilan fisiknya dengan cara memiliki dua organ tubuh yang sudah pasti dipunyai setiap perempuan, yakni payudara dan vagina. Untuk dapat memiliki dua penanda itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Misalnya, untuk dapat memiliki payudara, ia bisa saja melakukan operasi atau suntik silikon. Tetapi karena faktor biaya, kebanyakan dari kalangan waria memilih untuk suntik silikon dibandingkan dengan operasi. Sebagai ilustrasi, mereka cukup membayar Rp 300 ribu untuk sekali suntik. Sementara operasi mereka menghabiskan uang sebesar Rp 5 juta. Untuk mengubah alat kelamin mereka dari penis menjadi vagina, mereka harus menempuhnya hanya dengan satu cara, yaitu operasi. Namun, tidak semua waria mau melakukannya. Selain karena mahal, faktor keluarga juga menjadi pertimbangan penting mengapa mereka tetap mempertahankan alat kelamin mereka, meski mereka merasa jijik memilikinya. Terkait dengan mengubah penampilan fisik dari laki-laki menjadi perempuan, menurut pengakuan temanku itu, ia hanya melakukan satu operasi, yakni operasi payudara yang dilakukannya pada tahun 1995 dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 4 juta.

Dengan demikian, proses menjadi seorang waria (the process of being a waria) bukanlah proses mendadak yang terjadi begitu saja, melainkan sebuah proses panjang yang dimulai ketika masih kanak-kanak hingga dewasa.

Terakhir saya menggunakan pendekatan ilmu agama Islam untuk melihat bagaimana sebenarnya posisi temanku itu yang nota bene seorang waria menurut agama yang, konon, mayoritas di Indonesia. Dalam Islam, gender terbagi menjadi empat, yaitu laki-laki, perempuan, khuntsa (hermaprodit), dan mukhannits atau mukhannats. Menurut Ensiklopodia Hukum Islam, khunsa diartikan sebagai seseorang yang diragukan jenis kelaminnya, apakah laki-laki atau perempuan, karena memiliki alat kelamin laki-laki dan perempuan secara bersamaan ataupun tidak memiliki alat kelamin sama sekali, baik alat kelamin laki-laki ataupun perempuan. Atau dengan kata lain, khunsa adalah hermaprodit. Kata khuntsa sendiri berasal dari kata al-khans yang merupakan bentuk jamak dari khunasa yang berarti lembut atau pecah. Sementara itu, mukhannits adalah laki-laki biologis yang mengidentifikasikan diri sebagai perempuan dan menginginkan pergantian seks. Sedangkan mukhannats adalah laki-laki biologis yang beratribut perempuan, tapi tidak menginginkan pergantian seks biologisnya. Berdasarkan pembagian gender di atas, kaum waria digolongkan ke dalam mukhannits atau mukhannats.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun