Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kapan Kuliah Lagi? Saya Juga Berat Jawabnya, Kapan Difasilitasinya?

24 Februari 2024   10:43 Diperbarui: 25 Februari 2024   18:27 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, kuliah di jurusan lain untuk memperluas wawasan dan menunjang wawasan di karirnya yang kurang komplit karena belum menguasai bidang tertentu. Konsekuensinya, tanpa mengulang sarjananya terlebih dulu membutuhkan usaha ekstra agar bisa memahami pendidikan magisternya atau lulus dengan gelar tetapi pemahamannya ya setengah-setengah. Kelompok kedua ini perlu diperhatikan dengan baik oleh lembaga pendidikan ketika nantinya merekrut mereka sebagai tenaga pendidik, sekalipun dosen tamu dari jalur praktisi.

Bagaimana dengan kuliah magister jalur riset? Jangankan di dunia kerja, saya merasakan perbedaan tingkat pemahaman mereka dengan lulusan jalur kelas karena sebagian besar pendidikan magisternya berfokus pada topik riset itu sendiri. Ditambah keberadaan universitas yang menerima calon mahasiswa doktoral hanya dengan modal ijazah sarjana asalkan berpengalaman menulis dan lulus skripsi sebagai produk penelitian, jalur ini menjadi ajang mencari gelar formalitas atau membuka pintu masuk ke pekerjaan terkait riset dengan durasi pendidikan lebih pendek.

UT paling mengerti, tetapi namanya UT

Dengan sebaran pekerja di seluruh Indonesia, jatah cuti yang tidak banyak, dan kemacetan lalu lintas yang kita tahu sendiri, perkuliahan jarak jauh pascasarjana disediakan oleh UT kecuali ujian datang ke kantor perwakilan terdekat. Soal biaya, relatif terjangkau jika tidak bisa dibilang teramat murah. 

Masalahnya ya jika membutuhkan gelar dari universitas yang cukup ternama, karena nama UT itu sendiri. Universitas Terbuka, gitu kan? Mereka yang kuliah sarjana di universitas biasa saja inginnya kuliah pascasarjana di universitas yang tergolong naik kelas, bagaimana melirik UT?

Pemberi beasiswa swasta tentu punya maksud, tujuan, dan syaratnya sendiri, karena makan saja saat ini belum gratis apalagi biaya kuliah pascasarjana. Niat mendorong mahasiswa pascasarjana untuk kuliah dengan serius dan fokus juga tidak salah, tetapi saat ini belum sepenuhnya memadai di sini. 

Agar kompetensi pekerja kita lebih baik, bisa bersaing dengan ekspatriat, dan kemudian memiliki kemampuan memadai menjadi pendidik dari jalur praktisi untuk membangun generasi penerus, tidak ada salahnya LPDP memberikan beasiswa kelas karyawan meskipun tidak penuh dan mempersyaratkan penerimanya kelak siap sedia menjadi pendidik tamu di akhir pekannya sekalipun jarak jauh. Daripada dananya "dipakai" oleh anak muda pelaku pelarian atau mereka yang kesulitan mencari kerja untuk kemudian "bersenang-senang" di luar negeri dan ujungnya belum tentu berkarya di bidangnya setelah pulang, kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun