Setiap orang tidak memiliki motivasi yang sama soal ini. Keyakinan memberikan angpao dalam jumlah yang lebih besar atau menunjukkan status sosial melalui pemberian angpao memunculkan keinginan untuk memberikan kertas angpao yang lebih bagus dan unik agar mudah diingat, bisa juga mengandalkan kertas angpao dari layanan prioritas perbankan. Sebaliknya, apapun alasan sehingga penerima tidak tahu sang pemberi akan membuat pemberi angpao berpikir lebih keras dan mencari kertas angpao yang diprediksi berpenampilan mirip dengan pemberi lain serta tidak memberikan penanda yang bisa menjadi ciri khas sang pemberi.
Terkadang, angpao bisa diberikan dalam bentuk yang lebih unik selama berbentuk fisik. Saat awal kemunculan kartu elektronik untuk tol dan transportasi umum, kartu ini menjadi alternatif bentuk angpao untuk anak-anak muda dan dicari motif spesial Imlek. Voucher belanja juga dapat diberikan jika tidak ingin memberi uang tunai secara langsung. Angpao Rupiah digital dalam bentuk saldo akan membuat semua angpao sama berupa uang tunai yang muncul secara elektronik dengan adanya identitas pengirim uang.
Mempersiapkan fisik angpao
Setelah kertas dan isi angpao siap, saatnya memasukkan isi angpao ke dalam kertas angpao. Penanda diberikan sedemikian rupa ketika nominal angpao diberikan tidak seragam sehingga tidak salah tujuan di hari-H. Ketelitian dibutuhkan dan waktunya seringkali baru ada malam sebelumnya sehingga persiapan berlangsung hingga tengah malam. Perjalanan panjang ini baru untuk mempersiapkan fisik angpao, ketika digitalisasi membuat durasi yang sama mungkin cukup juga untuk mendistribusikan angpao.
Seni memberi dan menerima angpao
Angpao umumnya diberikan saat pemberi dan penerima bertemu secara langsung. Pertemuan umumnya dilakukan langsung dalam satu tempat dan kesempatan waktu oleh satu keluarga besar, tetapi urutan waktu kedatangan setiap anggota bisa berbeda. Hal ini melahirkan seni dalam memberi dan menerima angpao.
Mencari waktu terbaik atau langsung memberikan angpao ketika bertemu
Pemberian angpao dobel dan lupa memberikan angpao sama-sama dihindari, ketika momen tertentu sebenarnya menyulitkan penerima angpao untuk mengambil dan menyimpan angpao. Oleh karena itu, pemberi angpao dihadapkan pada dua pilihan yaitu langsung memberikan angpao ketika bertemu atau mencari waktu yang lebih baik ketika penerima angpao siap mengambil dan menyimpan angpao dengan baik.
Mempelajari berapa angpao yang diberikan oleh setiap pemberi
Kadang-kadang orang tua meminta anaknya untuk mempelajari berapa besar angpao yang diberikan oleh setiap pemberi. Tujuannya adalah orang tua tidak ingin keluarga mereka dalam posisi untung alias paling tidak impas, alias cukup sekadar bertukar angpao dan hoki melalui kertas merah itu. Di keluarga yang lebih besar, tingkat kesulitannya naik untuk mengingat pemberi angpao dan kertas angpao yang digunakan sehingga berbagai taktik diturunkan. Setelah beberapa angpao diterima, anak mungkin mengunjungi kamar mandi untuk menandai angpao atau membuka dan mencatatnya di ponsel terlebih dahulu sehingga beban hafalan berkurang.
Perilaku setoran tunai di teller bank atau top up langsung dari rekening bank ke akun dompet digital malah tidak memberikan ruang untuk mengetahui dengan jelas siapa pengirimnya, tetapi merepotkan pengirim itu sendiri. Penggunaan blockchain memberikan identitas pengirim dengan jelas meskipun dalam kode hash, di mana pengirim akan memberikan konfirmasi sudah memberikan angpaonya berupa kode transaksi. Besar angpao antarpengirim dengan mudah dibandingkan, sama seperti melihat mutasi rekening di internet banking. Sampai jumpa juga untuk angpao hilang dan proses menghitung angpao, semua langsung masuk ke saldo akun.
Membandingkan angpao menjadi lebih mudah
Seiring berjalannya waktu, nilai angpao yang semula cukup besar bisa menjadi kecil. Demikian dengan pasangan yang baru menikah dan belum punya anak, patokan mereka untuk memberi adalah besar angpao ketika terakhir kali menjadi penerima. Kenaikan mendadak sulit diketahui mengingat besar angpao tentunya menjadi rahasia para pemberi.
Blockchain menghilangkan kerahasiaan dengan transparannya daftar transaksi yang melibatkan setiap pihak, jika ekosistem Rupiah digital dibuat sama transparannya dengan cryptocurrency yang sudah ada. Ketika pemberi yang tidak punya gambaran mengenai berapa yang harus diberi bisa menunggu transaksi para seniornya, transparansi ini juga menuntut para pemberi bersikap lebih adil dalam memperlakukan para penerima dengan besar angpao yang lebih merata.
Digitalisasi melahirkan berbagai kemudahan dan mengeliminasi hal-hal yang sebenarnya tidak perlu sehingga menjadi lebih simpel dan cepat. Digitalisasi unsur tradisi tentu akan menimbulkan pro dan kontra terkait kebiasaan yang berubah, apalagi jika sudah bicara soal uang. Dengan mempertimbangkan hal-hal terkait, kata saya sih, jangan biarkan tradisi ini pergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H