Tahun Baru Imlek adalah tradisi tahunan warga peranakan yang kita rayakan secara nasional sampai menjadi hari libur nasional di negeri ini. Kegiatan utamanya adalah kumpul keluarga dan silaturahmi, tetapi berbagi "rezeki dan hoki" melalui pemberian angpao tetap menjadi daya tarik bagi anak-anak. Seiring perjalanan Bank Indonesia membangun ekosistem Rupiah digital, tradisi ini mulai terancam.
Kita bukannya tidak pernah menghadapi pembagian angpao secara digital. Pembatasan sosial ketika pandemi COVID-19 sedang tinggi-tingginya membuat penggunaan transfer bank dan dompet digital menjadi sarana berbagi rezeki dan hoki. Ke depannya, Rupiah digital rencananya akan dibangun dalam bentuk blockchain seperti yang sudah dilakukan oleh Bitcoin, Ethereum, dan Ripple terlebih dulu.
Penyedia kertas angpao sedih
Pengusaha kertas angpao, baik mereka yang memproduksi di sini untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu maupun mengimpor dan mendistribusikannya sampai ke titik terdekat untuk dijual secara massal, tentu akan kehilangan pendapatan bersama-sama dengan para pegawainya. Meskipun harga perlembar kertas angpao massal tidak terlalu mahal, bahkan bisa jadi tidak mencapai Rp1.000 per lembar, pembelian dalam jumlah banyak tentu terasa dan menjadi bagian dari perputaran uang di masyarakat.
Tahun ini, kertas angpao kecil bisa diperoleh mulai dari Rp10.000 untuk empat puluh lembar sehingga kertas yang lebih besar dihargai mulai dari Rp10.000 untuk tiga puluh lembar. Warna favoritnya masih tetap merah dengan pilihan kedua adalah emas.
Kurangnya perjuangan mempersiapkan angpao
Mereka yang sudah menikah adalah pihak yang membagikan angpao. Angpao ini harus dipersiapkan terlebih dulu agar terdistribusi dengan baik di hari-H dan baik dari segala sudut pandang. Keberadaan Rupiah digital akan mengurangi perjuangan tersebut.
Mempersiapkan angpao dalam jumlah yang mencukupi
Agar kertas angpao tidak kurang dari hari-H, pemberi perlu membuat daftar siapa saja yang akan menerima angpao. Tahun 2024 ini mungkin menjadi ujian yang lebih berat dari biasanya apalagi untuk mereka yang tidak terlalu aktif berkomunikasi dengan keluarga besar, saudara-saudaranya yang masih muda mungkin turut berlomba untuk memiliki anak dengan shio naga dan mereka yang harus menerima anaknya lahir lebih dulu berarti pemberi angpao harus mempersiapkan angpao untuk anak-anak yang baru lahir ini.
Kertas angpao dibeli dalam jumlah yang cukup, demikian pula uang kertas yang disiapkan. Uang seri terbaru dengan fisik mulus selalu menjadi preferensi dan kebutuhannya dalam jumlah banyak secara bersamaan memicu kerja keras dan persaingan dalam menukar uang. Untunglah, mereka yang merayakan Imlek tidak sebanyak Lebaran sehingga tidak sampai harus mengeluarkan biaya untuk menukar uang kepada pelaku usaha khusus penukaran uang.
Selanjutnya, terkadang dalam sebuah kegiatan perkumpulan mungkin saja datang "tamu tak terduga" yang tentu membuat kita tidak enak jika tidak memberi sehingga angpao cadangan yang cukup itu penting. Bagi warga Jakarta, banyaknya "tamu tak terduga" ini cukup terkontrol meskipun Imlek jatuh di hari Sabtu yang artinya keesokan harinya pun masih libur. Alasannya simpel, kampanye akbar Pemilu yang dilakukan oleh dua pasangan calon sekaligus menimbulkan kemacetan dan menghambat akses keluar-masuk warga di kawasan tertentu di berbagai kota di Jakarta yang berhubungan dengan akses menuju JIS atau GBK.
Memperhatikan angka yang baik dalam pembagian angpao
Dikenal dalam tradisi adanya angka yang dianggap lebih baik dalam membawa keberuntungan (baca: delapan) dan angka yang kurang baik terkait keberuntungan (baca: empat). Dalam pembagian angpao yang baik, pemberi angpao akan menghindari penggunaan nominal uang, banyaknya lembaran uang, dan total nilai uang yang diberikan mengandung angka yang kurang baik itu. Misalnya, memberikan Rp80.000 akan lebih baik menggunakan uang Rp10.000 saja dibandingkan terhadap uang Rp20.000 saja atau kombinasi antara Rp50.000 dan Rp10.000. Dengan keberadaan angpao digital, pemberi hanya perlu mempertimbangkan total uang yang diberikan karena tinggal menekannya di ponsel masing-masing.
Menjadikan angpao mudah atau sulit diingat
Setiap orang tidak memiliki motivasi yang sama soal ini. Keyakinan memberikan angpao dalam jumlah yang lebih besar atau menunjukkan status sosial melalui pemberian angpao memunculkan keinginan untuk memberikan kertas angpao yang lebih bagus dan unik agar mudah diingat, bisa juga mengandalkan kertas angpao dari layanan prioritas perbankan. Sebaliknya, apapun alasan sehingga penerima tidak tahu sang pemberi akan membuat pemberi angpao berpikir lebih keras dan mencari kertas angpao yang diprediksi berpenampilan mirip dengan pemberi lain serta tidak memberikan penanda yang bisa menjadi ciri khas sang pemberi.
Terkadang, angpao bisa diberikan dalam bentuk yang lebih unik selama berbentuk fisik. Saat awal kemunculan kartu elektronik untuk tol dan transportasi umum, kartu ini menjadi alternatif bentuk angpao untuk anak-anak muda dan dicari motif spesial Imlek. Voucher belanja juga dapat diberikan jika tidak ingin memberi uang tunai secara langsung. Angpao Rupiah digital dalam bentuk saldo akan membuat semua angpao sama berupa uang tunai yang muncul secara elektronik dengan adanya identitas pengirim uang.
Mempersiapkan fisik angpao
Setelah kertas dan isi angpao siap, saatnya memasukkan isi angpao ke dalam kertas angpao. Penanda diberikan sedemikian rupa ketika nominal angpao diberikan tidak seragam sehingga tidak salah tujuan di hari-H. Ketelitian dibutuhkan dan waktunya seringkali baru ada malam sebelumnya sehingga persiapan berlangsung hingga tengah malam. Perjalanan panjang ini baru untuk mempersiapkan fisik angpao, ketika digitalisasi membuat durasi yang sama mungkin cukup juga untuk mendistribusikan angpao.
Seni memberi dan menerima angpao
Angpao umumnya diberikan saat pemberi dan penerima bertemu secara langsung. Pertemuan umumnya dilakukan langsung dalam satu tempat dan kesempatan waktu oleh satu keluarga besar, tetapi urutan waktu kedatangan setiap anggota bisa berbeda. Hal ini melahirkan seni dalam memberi dan menerima angpao.
Mencari waktu terbaik atau langsung memberikan angpao ketika bertemu
Pemberian angpao dobel dan lupa memberikan angpao sama-sama dihindari, ketika momen tertentu sebenarnya menyulitkan penerima angpao untuk mengambil dan menyimpan angpao. Oleh karena itu, pemberi angpao dihadapkan pada dua pilihan yaitu langsung memberikan angpao ketika bertemu atau mencari waktu yang lebih baik ketika penerima angpao siap mengambil dan menyimpan angpao dengan baik.
Mempelajari berapa angpao yang diberikan oleh setiap pemberi
Kadang-kadang orang tua meminta anaknya untuk mempelajari berapa besar angpao yang diberikan oleh setiap pemberi. Tujuannya adalah orang tua tidak ingin keluarga mereka dalam posisi untung alias paling tidak impas, alias cukup sekadar bertukar angpao dan hoki melalui kertas merah itu. Di keluarga yang lebih besar, tingkat kesulitannya naik untuk mengingat pemberi angpao dan kertas angpao yang digunakan sehingga berbagai taktik diturunkan. Setelah beberapa angpao diterima, anak mungkin mengunjungi kamar mandi untuk menandai angpao atau membuka dan mencatatnya di ponsel terlebih dahulu sehingga beban hafalan berkurang.
Perilaku setoran tunai di teller bank atau top up langsung dari rekening bank ke akun dompet digital malah tidak memberikan ruang untuk mengetahui dengan jelas siapa pengirimnya, tetapi merepotkan pengirim itu sendiri. Penggunaan blockchain memberikan identitas pengirim dengan jelas meskipun dalam kode hash, di mana pengirim akan memberikan konfirmasi sudah memberikan angpaonya berupa kode transaksi. Besar angpao antarpengirim dengan mudah dibandingkan, sama seperti melihat mutasi rekening di internet banking. Sampai jumpa juga untuk angpao hilang dan proses menghitung angpao, semua langsung masuk ke saldo akun.
Membandingkan angpao menjadi lebih mudah
Seiring berjalannya waktu, nilai angpao yang semula cukup besar bisa menjadi kecil. Demikian dengan pasangan yang baru menikah dan belum punya anak, patokan mereka untuk memberi adalah besar angpao ketika terakhir kali menjadi penerima. Kenaikan mendadak sulit diketahui mengingat besar angpao tentunya menjadi rahasia para pemberi.
Blockchain menghilangkan kerahasiaan dengan transparannya daftar transaksi yang melibatkan setiap pihak, jika ekosistem Rupiah digital dibuat sama transparannya dengan cryptocurrency yang sudah ada. Ketika pemberi yang tidak punya gambaran mengenai berapa yang harus diberi bisa menunggu transaksi para seniornya, transparansi ini juga menuntut para pemberi bersikap lebih adil dalam memperlakukan para penerima dengan besar angpao yang lebih merata.
Digitalisasi melahirkan berbagai kemudahan dan mengeliminasi hal-hal yang sebenarnya tidak perlu sehingga menjadi lebih simpel dan cepat. Digitalisasi unsur tradisi tentu akan menimbulkan pro dan kontra terkait kebiasaan yang berubah, apalagi jika sudah bicara soal uang. Dengan mempertimbangkan hal-hal terkait, kata saya sih, jangan biarkan tradisi ini pergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H