Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Solusi Tekan Biaya Politik: Efektivitas Alat Peraga Kampanye dan Partisipasi Masyarakat

2 Januari 2024   19:29 Diperbarui: 18 Januari 2024   14:07 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, pasti ada juga pemilih yang hanya beraktivitas di sekitar rumah dan tidak bergerak jauh-jauh sehingga tidak terjangkau oleh baliho sekalipun ditempatkan di tempat yang dianggap ramai dikunjungi warga setempat.

Berdekat-dekatan di sini bukan hanya di sepanjang jalan yang sama terdapat banyak baliho, melainkan benar-benar satu baliho bisa bersebelahan dengan baliho berikutnya. 

Sebenarnya bisa saja ada dua baliho berdekatan, jika diletakkan di suatu ruas jalan dengan lalu lintas dua arah untuk menjangkau arah hadap yang berbeda. Bisa juga jika di jalan tersebut ada persimpangan untuk keluar-masuk ke ruas jalan lain. Sayangnya, ini tidak!

Begitulah para pemasang baliho apalagi caleg yang berkali-kali memasang baliho sebelum kampanye dimulai. Memperkenalkan diri dulu tanpa tujuan, memperkenalkan diri sebagai bakal caleg, sampai akhirnya mengampanyekan diri sebagai caleg, berapa banyak dana yang terbuang. Caleg seperti ini tentu punya banyak uang, dibandingkan terhadap caleg DPR dan DPRD yang patungan satu baliho untuk berdua.

Membuang uang untuk "mendukung" capres jagoan di "survei ala TikTok Live"

Hal menyedihkan sekaligus lucu lainnya datang dari dukungan warga terhadap calon presiden dan wakil presiden jagoannya. 

Menjagokan mereka di media sosial dengan harapan bisa mempengaruhi teman dan saudara yang belum punya pilihan sih boleh-boleh saja. Akan tetapi, sampai "membuang uang" untuk mendukung capres jagoan tetapi sebenarnya tidak membantu posisi capres tersebut sama sekali dalam kontestasi?

Jadi, akhir-akhir ini saya menemukan banyak live TikTok bertema survei suara capres dan cawapres. Sesuai formatnya, live ini tentu dilakukan tidak dalam jangka waktu yang panjang sehingga penyelenggara akan mengadakan survei ulang berkali-kali di lain waktu. Nah, permasalahannya beberapa survei ini tidak mengandalkan perhitungan komentar sama sekali.

Mengharapkan hadiah dari penontonnya yang tentu bisa ditukar menjadi uang, biasanya berupa "mawar", "es jeruk", dan "kopi", satu hadiah menjadi satu suara untuk pasangan yang diwakili oleh hadiah tersebut. 

Kedatangan seorang pendukung yang memberikan banyak hadiah adalah berkah bagi penyelenggara dan suara calon yang didukung bisa langsung naik pesat di "survei live" tersebut. Selanjutnya, penyelenggara akan menyajikan statistik banyaknya kemenangan dari setiap pasangan pada survei-survei terdahulu.

Saya tidak mengerti apa yang menjadi alasan si pendukung mau menggelontorkan uang bahkan sampai memberi beberapa kali hadiah sekaligus demi mendongkrak suara jagoannya. Meskipun nilai satu hadiah itu tidak seberapa, tetapi mungkin jika dana para pemberi hadiah ini dikumpulkan bisa menjadi sumbangan yang cukup signifikan untuk membantu dana kampanye jagoan. 

Dana para calon memang sudah cukup mumpuni, tetapi memberikan dana kepada mereka tentu lebih membantu dalam upaya pemenangan dibandingkan berpartisipasi dalam survei semu di live TikTok seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun