Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Smartphone Compact Terbaik 2023, Apa Aja Ya?

29 Juni 2023   14:13 Diperbarui: 7 Juli 2023   13:48 2838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi smartphone. (sumber: MKBHD via kompas.com)

Seiring konten hiburan yang terus bertambah dan durasi penggunaan smartphone yang terus meningkat, perlahan smartphone berukuran compact menghilang dan beralih menjadi lebih besar, lebih besar, lebih besar lagi. 

Ketika dia dibutuhkan untuk segala hal mulai dari mendukung pekerjaan utama dan sampingan, berbelanja, sampai melakukan transaksi keuangan, kenyamanan menggunakan ponsel tentulah penting terlebih lagi ketika bisa digunakan dengan satu tangan.

Seiring waktu, penggunaan ponsel yang besar dan berat itu perlahan dapat menyebabkan masalah kesehatan pada saraf jari tangan sampai pergelangan tangan. Smartphone compact non-foldable, ke mana engkau pergi?

Ketika smartphone touchscreen baru datang, masalah yang umum terjadi adalah layar dan keyboard on-screen yang kecil. 

Untuk menikmati konten hiburan dengan nyaman, mengetik pesan dengan preview yang nyaman, sampai browsing tanpa scrolling, semakin hari semakin panjang dan lebarlah layar smartphone kita alias besar. 

Perbesaran dimensi ini juga menolong perbesaran kapasitas baterai tanpa membuat ponsel menjadi terlihat tebal, tetapi sayang pertambahan bobot tidak bisa berbohong.

Kesehatan mata memang penting. Melihat konten, khususnya tulisan berukuran mini, membuat mata lelah dan berisiko menjadi rabun atau meningkatkan keparahannya. 

Akan tetapi, kini banyak warganet menonton film, bermain game, sampai membaca dengan laptop atau smart TV di rumah sehingga ponsel hanya digunakan di perjalanan.

Jadi apa alasan penjualan ponsel compact seperti iPhone SE, iPhone varian Mini, Samsung Galaxy S varian dasar, sampai Asus Zenfone masa kini tidak terlalu mentereng? 

Bahkan, produsen terus memperbesar ponselnya dan perlahan berhenti memproduksi ponsel compact ini atau menawarkan produk yang seakan compact (jika dilipat)? 

Tentu soal baterai, ponsel compact ini cenderung tidak bertahan seharian tanpa membawa charger atau power bank.

Bukannya tidak bisa dibuat lebih hemat baterai sebenarnya, melainkan ponsel compact ini cenderung menggunakan chipset yang memang agak overpowered dibandingkan pola penggunaan sebagian besar user. 

Ya, karena ponsel compact ini cenderung ada di segmen middle upper sampai flagship, performa tidak boleh mengecewakan.

Bagaimana dengan Kompasianers yang ingin mencari smartphone compact di 2023 ini? Berikut peringkat dari ponsel baru yang masih ada stok resminya menurut ibu saya di bawah ini.

1. iPhone SE generasi ke-3 (edisi 2022)

Sebelumnya, ibu saya selalu memilih ponsel Android daripada iPhone demi mendapatkan jack 3.5 mm dan bisa menggunakan earphone kesayangannya (yang eks-BlackBerry itu) tanpa konektor. 

Akan tetapi, sekarang pun Samsung Galaxy A54 5G yang besar, berat, nan tebal itu pun tetap memerlukan konektor USB Type-C. Ketika harga varian 128GB-nya malah lebih murah dari Galaxy S22, ibu saya lebih memilih iPhone SE ini.

Spesifikasi jeroannya setara iPhone 13 dan charging tidak lambat-lambat amat dengan daya maksimum 18W. 

Umur pun masih muda sehingga update iOS ke depan cukup terjamin, iPhone X yang meluncur 5 tahun lalu dengan iOS 11.1 mendapatkan pembaruan hingga iOS 16.5 sehingga iPhone SE yang meluncur tahun lalu dengan iOS 15.4 ini harusnya masih aman.

Ditambah lagi, kamera belakang ponsel ini hanya satu dan tampil seperti iPhone 8 bekas di harga Rp3 jutaan. Ya, risiko kecopetan ponsel ini berkurang setidaknya dibandingkan dengan ponsel banyak kamera.

2. Samsung Galaxy S22 dan S23

Galaxy S23, salah satu smartphone compact pilihan di 2023 (foto: GSMArena)
Galaxy S23, salah satu smartphone compact pilihan di 2023 (foto: GSMArena)

Dua ponsel ini memiliki bobot dan tampilan yang cukup pas bagi ibu saya, khususnya varian warna hitam yang menurutnya simpel dan elegan. 

Galaxy S22 menjadi pilihan mengingat selisih kapasitas baterainya sedikit dan lebarnya benar-benar terbilang pas, ketika S23 sudah mulai melebihi batas nyaman. 

Performa pun sudah lebih dari cukup, S22 dibekali dengan Snapdragon 8 Gen 1 yang luar biasa dan S23 lebih hebat lagi dengan Snapdragon 8 Gen 2.

S22 yang meluncur setahun lebih awal dengan satu versi Android lebih lama berpotensi mendapatkan pembaruan terakhir lebih cepat, tetapi tidak masalah bagi pengguna biasa jika dibandingkan dengan selisih harga yang mencapai Rp3,5 juta. 

Harganya yang lebih mahal Rp500 ribu dari harga resmi iPhone SE 128GB membuat ibu saya memilih si apel, selisihnya membantu untuk membeli charger. 

Salah satu alasan Samsung mungkin menang di hati adalah, dia lebih mudah ditemukan di toko resmi ketika stok toko apel sudah habis dan Anda perlu mencari via reseller di marketplace yang pastinya mengambil selisih keuntungan. Selain itu? Ya, ketahanan baterai iPhone SE yang lumayan jauh kalahnya.

3. Asus Zenfone 8 dan Zenfone 9

Jika pamor brand dan bodi sedikit tebal tidak masalah bagi Anda, meskipun ini menjadi pemikiran ibu saya terkait masa depan software dan aftersales service, duo Zenfone 8 dan Zenfone 9 bisa dipertimbangkan. 

Keduanya unggul urusan 3.5 mm jack, ketika Zenfone 8 dengan harga resmi Rp7 juta saat ini memberikan RAM 8GB sedangkan Zenfone 9 dengan harga resmi Rp8 juta memberikan RAM 6GB saja demi kapasitas baterai 300mAh lebih besar.

Meskipun secara persentase kapasitas baterai keduanya hanya berbeda sekitar tujuh persen, hasil tes GSMArena menunjukkan bahwa perbedaan ketahanan baterainya lebih dari itu. 

Zenfone 8 dengan baterai lebih besar dari Galaxy S22 memberikan ketahanan yang kurang lebih sama, bahkan lebih buruk untuk skenario menelpon. 

Zenfone 9 juga tidak lebih baik dari Galaxy S22 untuk menelpon, tetapi browsing dan menonton film mengonsumsi daya yang lebih sedikit. 

Selain mungkin Asus secara umum belum dapat memaksimalkan efisiensi konsumsi baterai di skenario menelpon, Zenfone 8 juga agak terpenalti oleh penggunaan Snapdragon 888 yang lebih uzur.

Juara harapan: Oppo Reno 8T 5G

Sebenarnya, kita masih punya kontestan di posisi "harapan" yaitu Oppo Reno 8T 5G. Bobotnya cukup bersaing dengan juara kita dari kubu Android, baterai lebih besar di 4800mAh dengan pengisian cepat hingga 67W, plus desain mewah dengan layar agak melengkung seperti Huawei P50. 

Selama tidak digunakan untuk gaming, Snapdragon 695 sudah sangatlah cukup. Perbedaan lebar mungkin bukan masalah besar, tetapi tinggi ponsel menjadi alasan kuat mengapa dia bukanlah juara utama.

Tereliminasi 1: iPhone 13 Mini

Anda juga mungkin bingung mengapa iPhone 13 Mini tidak masuk daftar. Dengan selisih harga hingga Rp3,5 juta, jeroannya sama saja. 

Dimensinya memang sama dan bisa memuat layar lebih besar (dengan panel AMOLED lagi), tetapi ibu benci poni dan absennya fingerprint sensor. Lensa kamera belakang tambahan dan resolusi foto selfie yang lebih tinggi? Bukan sesuatu yang penting.

Layar meningkat dari 750p ke 1080p juga bukan hal penting untuk ibu. Demi menghemat baterai dan menjaga kelancaran streaming, ibu menurunkan resolusi layar ponselnya dari software dan membatasi resolusi konten di internet. 

Kapasitas baterai meningkat 20%, tetapi tetap kecil dan selisih harganya lebih dari itu. Terakhir, mencari stoknya secara offline tidak lebih mudah dari iPhone SE.

Tereliminasi 2: Realme 10

Ponsel ini memiliki panjang dan lebar yang sedikit lebih kecil dari Oppo Reno 8T 5G. Ketebalannya pun masih bersaing dengan Samsung Galaxy S23, baterainya sudah 5000 mAh, dan masih memiliki 3.5 mm jack. 

Prosesor juga tidak lambat-lambat amat, MediaTek Helio G99 sudah cukup kencang untuk menemani aktivitas sehari-hari. 

Akan tetapi, tidak memahami mengapa bobotnya sudah mencapai 178 gram, belum mendukung konektivitas 5G, dan harganya sudah menyentuh Rp3,6 juta. 

Jika tidak peduli dimensi ponsel, lebih baik uangnya dibelikan Poco X5 5G baru yang sudah mendukung prosesor Snapdragon 695 5G.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun