Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Centang Gratis Dibabat, Welcome Twitter Blue dan Verified Organizations!

7 Mei 2023   12:49 Diperbarui: 8 Mei 2023   08:13 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara Mengajukan Centang Biru di Twitter (cyberthreat.id via kompas.com)

Niat Elon Musk mencari uang dari "burung biru" Twitter memang tidak main-main. Setelah lama mengumumkan keberadaan layanan "centang" berbayar Twitter Blue dan Twitter Verified Organizations, media sosial yang satu ini tegas mencabut centang dari pemilik yang mendapatkannya di skema lama dan ogah membayar biaya berlangganan di skema baru. Mengapa para pemilik lama ini ogah membayar?

Beberapa perusahaan memutuskan untuk membayar biaya langganan melalui skema Twitter Verified Organizations tak lama setelah "centang" mereka dihapus dengan biaya USD 1000 per bulan, dan juga mendaftarkan akun anak usaha serta figur penting terkait dengan biaya USD 50 per bulan per akun. 

Akun organisasi akan mendapatkan centang emas dan akun pribadi terafiliasi akan mendapatkan centang biru, sedangkan semua akun turunan (yang membayar USD 50 per bulan) akan melihat logo organisasi utama tersemat di sebelah kanan centang mereka. 

Sebagai contoh, Anda bisa melihat akun tim F1 Aston Martin sebagai akun utama dan akun pembalap mereka Fernando Alonso sebagai akun turunan.

Lembaga pemerintahan dan organisasi multilateral juga tidak luput dari kewajiban membayar biaya langganan demi centang ini. Harga yang dibayarkan pun sama dengan perusahaan dan mereka akan mendapatkan centang spesial berwarna abu-abu. 

Di Tanah Air, akun milik presiden kita Pak Jokowi, Menteri BUMN Pak Erick Thohir, sampai lembaga-lembaga kementerian sudah memiliki centang abu-abu ini.

Meskipun dibayar mahal, Twitter masih memberlakukan kontrol yang cukup ketat soal pemberian centang emas atau abu-abu ini. Lembaga yang mengajukan verifikasi harus bisa membuktikan diri dan signifikansi keberadaannya, khususnya lembaga pemerintahan yang wajib membuat akun Twitter dengan alamat email berakhiran dot-gov.

 Perubahan nama dan foto profil akan dipantau oleh Twitter serta tindakan di media sosial ini juga akan dipastikan untuk memenuhi ketentun yang ada atau centang akan dicabut tanpa pengembalian dana sepeserpun. 

Demikian pula bagi lembaga yang sudah membayar biaya langganan tetapi tidak lulus verifikasi, centang tidak akan diberikan dan dana yang dibayarkan hangus.

Akun Twitter resmi Harian Kompas yang telah mendapatkan centang emas. Gambar: Screenshot Twitter @hariankompas
Akun Twitter resmi Harian Kompas yang telah mendapatkan centang emas. Gambar: Screenshot Twitter @hariankompas

Jika kita tidak masuk dalam kategori yang telah disebutkan sebelumnya dan tetap ingin mendapatkan centang, kita bisa berlangganan Twitter Blue tanpa harus menjadi tokoh publik nan terkenal terlebih dahulu. Berlangganan melalui situs web membebankan biaya USD 8 per bulan, sedangkan melalui aplikasi di Android dan iOS membutuhkan kocek lebih besar sekitar USD 11 per bulan. 

Berbeda dengan Twitter Verified Organizations, kontrol yang diberlakukan jauh lebih bebas dan maklumlah karena ini menjadi target pendapatan Twitter. Tak heran saya bisa dengan mudah menemukan akun fandom yang mendapatkan centang biru ini dan menjadikan centang biru tidak hanya tidak istimewa, tetapi juga lebih mengerikan.

Memang Twitter tetap memberikan syarat bagi akun yang ingin mendapatkan centang biru di luar membayar biaya langganan. Sebagai syarat awal, akun wajib melakukan verifikasi alamat email dan nomor ponsel. Sayang, pengguna ponsel Android tidak kesulitan untuk membuat beberapa akun Gmail tanpa perlu melakukan verifikasi nomor ponsel. 

Belum lagi, cukup mudah menemukan kartu SIM aktif yang telah teregistrasi entah dengan data pribadi siapa bisa dijual bebas di marketplace Tanah Air alias berbeda dengan nomor ponsel di luar negeri yang umumnya berhubungan dengan kontrak pembelian unit ponsel pemiliknya. Ditambah lagi, Twitter tidak meminta informasi terkait kartu identitas apalagi mengajak pengelola akun berfoto selfie bersama kartu identitasnya!

Twitter hanya mewajibkan pelanggan Twitter Blue yang hendak mendapatkan centang biru untuk memastikan akunnya memiliki nama tampilan dan foto profil, aktif dalam tiga puluh hari terakhir, serta umur akun paling tidak sudah mencapai sembilan puluh hari. Ya, setidaknya akun baru seumur jagung tanpa tweet memang tidak bisa langsung mendapatkan centang. Selain itu, mengubah nama akun dan foto profil juga bisa menyebabkan hilangnya tanda centang biru sampai peninjauan selesai dilakukan oleh pihak Twitter untuk memastikan akun masih layak memiliki centang tersebut.

Sebenarnya, fitur langganan Twitter ini tidak hanya sekadar memberikan centang biru, emas, atau abu-abu. Twitter juga memberikan beberapa fitur yang tidak akan didapat oleh pengguna gratisan. Hak mengedit dan membatalkan tweet, jumlah karakter lebih banyak dalam satu tweet hingga 4.000 karakter, mengupload video berdurasi lebih panjang, iklan yang lebih minim, sampai posisi prioritas jika akun berinteraksi dalam tweet cuitan akun lain menjadi pembeda antara Twitter berbayar dan Twitter gratisan.

Fitur pembeda itu membuat saya agak sedih dan merasa kehilangan apa yang membuat saya terjun ke Twitter ketika masih memegang BlackBerry dulu. Tweet lebih panjang tentu mengurangi kebutuhan untuk menyusun kultwit yang keberadaannya sering membuat seru nan penasaran karena informasi disampaikan secara dicicil, juga ketika sebagian orang menggunakan UberSocial demi bisa mengirim tweet yang lebih panjang dari batasan resmi Twitter. 

Hak mengedit tweet, meskipun hanya selama 30 menit pertama, jelas sangat berbeda dengan keharusan untuk teliti dan bertanggung jawab selama ini atau kita akan butuh menyalin tweet lama, menghapus tweet lama beserta semua interaksi yang telah didapat, menyusun tweet baru, sampai mengirimnya kembali ketika salah menyusun tweet.

Di satu sisi, adanya layanan Twitter berbayar ini mungkin membuat sebagian pebisnis dengan niat baik merasa lebih mudah terverifikasi. Bayangkan, dengan peraturan lama, verifikasi mungkin didapat jika pihak tersebut populer menurut berita, Google Trends, Wikipedia, atau memiliki jumlah pengikut yang banyak di Twitter. 

Ini jelas memberatkan para content creator dan wirausahawan baru di mana mereka membutuhkan tanda verifikasi demi meningkatkan keyakinan dan kepercayaan pelanggan. 

Dengan layanan Twitter Blue yang lebih terjangkau, meski juga tidak dapat memastikan sepenuhnya, paling tidak membayar biaya berlangganan yang tidak murah menunjukkan bahwa pihak tersebut cukup bermodal. Ya, meskipun berlangganan langsung satu tahun penuh dapat memberikan diskon sepuluh persen, tetap lebih mahal dari berlangganan WordPress hosting kelas pemula dan satu domain dotcom.

Twitter Blue saja sudah mahal, apalagi Twitter Verified Organizations. Wajar saja jika beberapa brand memutuskan untuk rela kehilangan centang sama sekali atau cukup memiliki centang biru biasa. Selama akun tersebut tidak digunakan untuk berjualan secara langsung atau melakukan pelayanan pascapenjualan, centang biru memang terasa cukup-cukup saja. Dan sekalipun brand tersebut adalah brand global kelas atas, USD 1.000 per bulan tetap saja lebih berharga untuk membayar kebutuhan lain apalagi ketika popularitas dan reputasi brand tersebut sudah tidak perlu diragukan lagi.

Meskipun demikian, entah mengapa saya tetap ingin menyarankan brand-brand kelas atas tersebut untuk tetap berlangganan Twitter Verified Organizations. 

Ya, demi bisa memberikan centang biru dengan kotak logo afiliasi bagi individu-individu terkait. Di satu sisi, jika banyak orang memiliki nama yang sama dan sama-sama memiliki centang biru, individu mana yang terafiliasi dengan brand tersebut mudah dibedakan. 

Di lain sisi, individu tersebut akan lebih berhati-hati dalam bermedia sosial karena sekalipun itu akun pribadinya dan pendapat pribadinya, dia sadar bahwa pengaruhnya mungkin akan berpengaruh juga terhadap brand yang terafiliasi.

Satu lagi, saya juga masih berharap ada centang khusus untuk individu yang terverifikasi identitasnya. Individu tersebut dapat menyerahkan identitasnya sendiri ke pihak Twitter atau menjadi afiliasi dari pelanggan Twitter Verified Organizations yang sebelumnya telah diverifikasi pula. Centang ini tentu membedakan mereka selangkah lebih tinggi dari akun fandom dan sembarang akun individu lainnya.

Akhir kata, selamat untuk Twitter dan Elon Musk. Meskipun sempat memunculkan pro dan kontra, ujung-ujungnya pengguna umum tetap bertahan dan brand-brand pada umumnya mau membayar biaya langganan, meskipun mungkin tidak sesuai ekspektasi dengan membayar centang biru daripada centang emas. 

Twitter sadar bahwa dirinya masih menjadi primadona layanan customer service (baca: komplain secepat kilat) oleh pelanggan, demikian pula trending hashtag yang menjadi primadona analisis sentimen sampai branding, sehingga centang berbayar nan mahal ini tentu tidak semudah itu membuat brand-brand kabur dan harga langganan ini tentu kecil dibandingkan terhadap pendapatan brand itu sendiri sehingga menaikkan harga secara signifikan tidak diperlukan. Yang menangis siapa? Mereka yang dulu memiliki centang biru karena prestasi dan kini harus membayar bersamaan dengan "orang-orang biasa lainnya", sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun