Masalah semakin kompleks jika membutuhkan laptop dengan spesifikasi lebih canggih, dimensi lebih ramping, layar sentuh, atau MacBook sekalian.
Jika budget tidak cukup, laptop bekas memang terpaksa jadi andalan. Akan tetapi, jangan sampai memasuki rentang harga di mana laptop bekas sudah tergolong mahal dan kita bisa membeli laptop baru dengan kemampuan setara.
Berikut pesan dari rekan saya yang juga senang mengikuti perkembangan laptop. Ingat, prosesor Intel Core i7 generasi lebih tua belum tentu lebih kencang dari Intel Core i3. Akan tetapi, hampir bisa dipastikan memang kalau Intel Celeron itu memang lambat!
3. Tidak ingin menggunakan desktop
Jika memilih desktop rakitan dan pandai memilih komponen, kita tentu bisa menghemat biaya dan membawa pulang paket yang serba baru.
Masalahnya, tidak semua orang ingin menggunakan desktop baik karena preferensi maupun kondisi yang harus dihadapi. Kecuali di segmen tertentu ketika laptop bisa menawarkan performa yang bersaing dengan budget kurang lebih sama, kecenderungannya adalah kita harus mengeluarkan modal lebih.
Pertama, keterbatasan tempat
Meskipun kita bekerja seharian di rumah dan keluar pun tidak perlu membawa komputer, laptop akan tetap dibutuhkan jika ruang yang tersedia tidak lebih besar dari kamar kos.
Bisa kalian bayangkan mau menaruh di mana tower desktop, monitor, keyboard, mouse, speaker, belum lagi jika menggunakan stabilizer listrik.
Kedua, listrik sering mati dan tidak ada genset
Desktop juga bisa dipakaikan UPS, tetapi harganya tidak murah.
Jika menggunakan laptop, kini ada powerbank berdaya 45W yang cukup untuk mengecas Lenovo ThinkPad seharga Rp 500 ribuan. Sekalinya daya powerbank habis, laptop masih bisa dibawa ke kafe terdekat yang menyediakan stopkontak dan tentu saja listriknya masih menyala.
Ketiga, hidup "nomaden"
Ketika belum memiliki tempat tinggal sendiri, bisa juga hidup memang berpindah karena kebutuhan pekerjaan atau pendidikan, memindahkan desktop itu lebih rumit.
Lain halnya dengan laptop, tinggal masukkan ke tas dan siap dibawa.