Bertanggung jawab dan menyayangi keluarga tentu menjadi syarat wajib dalam mencari suami. Selama penjajakan, pacar akan berusaha menunjukkan jati diri terbaik dan ini bisa saja palsu alias kedoknya terbongkar setelah menikah. Jadi, kriteria ini jelas tidak mudah untuk digapai.
Hal yang lebih sulit lagi adalah mencari suami romantis. Kata-katanya semanis madu dan selalu membuat hari-hari so sweet serasa milik berdua, belum lagi kepekaannya untuk berinsiatif memberikan kejutan mulai dari yang kecil di hari-hari biasa sampai yang besar di hari spesial. Tanpa disuruh, dia mengerti dan bisa melakukan apa yang diharapkan.
Dia juga harus gaul agar hidup pernikahan tidak terasa so flat and boring, sesekali menjauhi hal-hal serius dan menciptakan drama-drama kecil yang seru. Jika diajak bertemu teman-teman, dia mudah membaur dan bisa enjoy the show supaya tampil sebagai suami yang cool dan gak malu-maluin. Apalagi kalau layak dipanggil "babang tamvan", kebanggaannya jadi paripurna.
Masalahnya, keromantisan dan kegaulan ini jangan sampai membuat pasak (baca: pengeluaran) menjadi besar dan pastikan bahwa doi hanya berbuat seperti ini kepadamu dan keluarganya. Jika dia memberikan perhatian yang sama royalnya kepada circle di luar keluarga dan tidak bisa mengendalikan diri, hal ini bisa menjadi pintu masuk untuk pihak ketiga dan lama-lama malah melupakan keluarga. Cerita Layangan Putus cukup menjadi kisah Aris dan Kinan saja, jangan tertular kepada kita.
Juga jangan sampai keromantisan, kegaulan, dan keroyalan ini banyak bergantung pada barang-barang sewaan dan pinjaman, lebih ironis lagi jika dia mengakuinya sebagai milik sendiri. Bagaimana kita bisa yakin bahwa dia adalah sosok yang jujur dan apa adanya? Pikir lagi.
Sekalipun ternyata keroyalannya ini bukan menyasar kaum perempuan, tetap saja hal ini bisa membuat kamu kesal karena uang dan waktunya banyak lari kepada mereka yang bukan keluarga. Beberapa pasangan di sekitar saya dengan sifat suami yang agak "ansos" terlihat lebih aman dari risiko yang tadi saya sebut, tetapi perilaku di rumah kan tidak sepenuhnya menjamin perilaku di luar. Lebih baik sih mencari suami yang pas-pas saja, kadar romantis, gaul, sopan, dan bijaksananya, agar dia tidak mudah marah apalagi sampai bermain tangan, tidak lebih besar janjinya daripada perbuatannya, dan bisa menjadi nahkoda sejati keluarga dalam berbagai situasi.
#3: Mencari suami dengan persamaan sebanyak mungkin
Semakin banyak persamaan yang dimiliki, tentunya adaptasi yang dibutuhkan untuk menerima keberadaan pasangan juga berkurang dan kemampuan untuk saling memahami tentu lebih baik. Akan tetapi, ketika perbedaan itu harus muncul, apakah dia cukup signifikan dan perbedaan mana yang harus dijadikan big no untuk menghalangi kelanjutan hubungan atau sebaliknya menjadi pemanis hubungan untuk membentuk keluarga yang komplit?
Hal pertama yang penting untuk diperhatikan adalah, apakah perbedaan itu diperbolehkan secara legal dan tidak menjadi concern baik bagi diri sendiri maupun keluarga. Kedua, apakah hal ini diyakini bisa kalian toleransi ke depannya dan solusi untuk menjadikan kondisinya lebih baik bisa ditemukan sebelum terlambat? Ketiga, kalian perlu memastikan bahwa ke depannya perbedaan ini tidak membuat anak-anak kalian dan keluarga lainnya pusing tujuh keliling.
Misalnya begini, ayah ingin anaknya memiliki sifat lebih bijaksana seperti bapak-bapak dalam segala kondisi dan ibu ingin anaknya cenderung gaul serta ekspresif seperti anak-anak pada umumnya. Contoh lain, ayah ingin anaknya terampil dalam urusan kesenian dan olahraga, sedangkan ibu ingin anaknya memenangkan olimpiade keilmuan. Jika anak sanggup mewujudkan semuanya, bagus. Sebaliknya, stres dia nanti akibat pengasuhan orang tuanya sendiri.
Selain pengasuhan anak, pola perencanaan keuangan dan investasi juga penting. Bayangkan jika satu pihak menyukai investasi rendah risiko dan satunya memilih risiko yang lebih tinggi untuk uang bersama, mereka bisa sering berdebat ketika aset yang mereka beli merugi atau memiliki keuntungan rendah. Kalau keuntungannya tinggi, dua-duanya diam kan? Satu hal jika satu pihak tergolong hemat dan satunya lagi boros, perbedaan ini tidak bisa dibiarkan dan harus berujung pada keluarga yang lebih hemat, kecuali jika uangnya benar-benar berluber.