Ketika peserta terancam pulang dalam skema knockout, mereka harus bisa bertahan dalam tekanan dan tetap melakukan segala sesuatunya dengan tenang serta rapi. Kita melihat Nadya begitu tahu apa yang harus dia lakukan, tahap apa yang harus dikerjakannya satu demi satu, dan melakukan segalanya dengan lancar selain melupakan komponen pemberi rasa itu. Lord Adi? Sampai diingatkan oleh Jesselyn supaya puff pastry jangan sampai gosong. Padahal, waktu yang diberikan sudah cukup panjang dan mungkin Lord Adi merasa gugup karena dessert bukan merupakan titik kekuatannya, ketika Nadya cukup kuat di sini. Lah, di tantangan lelang bahan, eksekusi Pak Adi sangat bagus lho dengan waktu memasak tersedikit?
Skema knockout ini memang memiliki kelemahan jika diterapkan secara mentah-mentah, khususnya dalam kontes memasak yang melibatkan cukup banyak unsur subjektivitas. Demi tidak tersingkir dan bisa menjadi pemenang, seorang kontestan bisa saja memilih bermain aman, menghindari kesalahan, melakukan hal yang itu-itu saja, meniru kekuatan kontestan lain, dan tidak berani mengambil risiko. Untuk itulah, pada tantangan tertentu yang menurut juri memang layak untuk meloloskan pemenangnya langsung ke babak berikutnya, skema diubah dari memulangkan seseorang menjadi memastikan seseorang pasti lolos ke babak berikutnya.
Bagaimana jika seorang kontestan pulang bukan karena dia melakukan kesalahan fatal, melainkan hidangannya kalah cantik atau kalah enak dari hidangan kontestan lain dan kalau kekalahan itu bisa diukur dengan angka, selisihnya tipis? Padahal, kontestan tersebut memiliki potensi untuk memberikan performa yang menakjubkan ketika diberikan bahan lain sekalipun kesulitannya meningkat? Untuk itulah, adanya kesempatan kontestan tertentu yang sudah tereliminasi untuk kembali berlomba melalui mekanisme black team.
Demikian serangkaian tulisan saya ini, semoga mampu membuat Anda yang saat membacanya belum menerima kepulangan Lord Adi kini bisa menerimanya. Bagaimanapun juga, seorang petani cabai dari Tanah Datar dengan usia di atas empat puluh tahun yang menurut informasi beredar belajar memasak dari YouTube bisa bersaing dengan anak-anak muda dari kota besar yang di antaranya ada yang memang sudah berkecimpung di dunia kuliner, bahkan sampai menempuh pendidikan soal memasak. Saya tentu berharap Lord Adi tetap meneruskan kegiatan masak-memasak dan mungkin ada resep hidangan beliau yang bisa ditiru untuk memuaskan lidah saya di rumah.
Apakah Lord Adi bisa menyusul kesuksesan Anwar di industri media Tanah Air? Bisa. Kehadirannya sudah dianggap cukup menghibur, bahkan sangat menghibur dan bisa muncul trending topic berkali-kali di Twitter. Penampilannya gagah, ganteng, keren, modern, dan lebih muda dari usianya lagi. Asalkan diberikan peran yang pas di acara yang pas dan beliau bersedia untuk terus meningkatkan kemampuannya soal media, saya yakin beliau pasti bisa bertumbuh semakin besar. Memulainya dari mana ya? Film komedi mungkin pas dan bisnis media MNC Group selaku induk RCTI sudah mulai bisa menilai apakah prospek ini menguntungkan atau tidak.
Oh iya, jangan juga karena kekalahan Lord Adi ini, pecinta MasterChef Indonesia jadi malas menonton grand final. Banyak lelucon yang mengatakan bahwa Lord Adi mengalah demi memberikan jalan kepada dua putrinya, maksudnya ya memberikan kesempatan ke kontestan yang lebih muda. Semoga saja "putri tercinta" Lord Adi, alias Jesselyn yang sempat bersamanya memenangkan tantangan lomba tumpeng, bisa menjadi juara di usia 21 tahun dan menempatkannya sebagai pemenang termuda kedua dalam sejarah MasterChef Indonesia yaitu di antara Luvita dan Fani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H