Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cakra, Anak Pejabat Berhati Mulia demi Bangsanya Makmur Sentosa

17 Agustus 2021   07:00 Diperbarui: 17 Agustus 2021   07:18 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cakra pun kemudian kembali terpilih menjadi ketua OSIS di masa SMA dan melakukan hal-hal yang dulu pernah dilakukannya semasa SMP. Kegiatan membantu teman-temannya yang kesulitan belajar sebagai tutor sebaya dilakoninya. Hidup tak selalu mulus, di sini cobaan datang baginya. Ketika nilai salah satu teman yang diajarinya jelek, teman ini tidak puas dan mencoba untuk memfitnah dia. Dia dituduh dengan sengaja mengajarkan hal yang salah agar nilai temannya jelek kepada Ibu Guru. Lebih buruknya lagi, Ibu Guru langsung percaya dan memarahi Cakra habis-habisan.

Sang ayah diam-diam tahu tentang masalah ini. Tanpa terlebih dahulu berbicara empat mata dengan anaknya, dia ditemani kaki tangannya datang ke sekolah. 

Mereka masuk ke ruang kepala sekolah, tanpa berbasa-basi mereka langsung menggebrak meja di dalam ruangan itu. "Kamu perlakukan apa anakku? Kamu jangan macam-macam, jaga mulut anak buahmu itu!" Suaranya menggelegar membelah angkasa hingga terdengar jelas di ruang kelas Cakra pada jam istirahat makan siang. 

Mengenali ciri khas suara sang ayah, Cakra langsung bergegas menuju ruang kepala sekolah untuk menenangkan amarah ayahnya

"Ayah, kita sudah lakukan apa yang terbaik menurut Hukum Tuhan. Sisanya kita serahkan kepadaNya. Bijaklah, Yah. Sabar, sabar"

"Tidak bisa! Orang seperti ini tak tahu diri! Mana anak buahmu? Bawa ke sini! Kamu tidak tahu siapa saya? Saya pe...", saking emosinya tiba-tiba kepala si pejabat sakit dan dia pun pingsan.

Setelah siuman, Cakra hadir di sisi ayahnya dan kembali berusaha menenangkan amarah beliau.

"Sabar, Yah. Allah tahu mana yang benar, Allah kita tahu segalanya. Dan, ayah tak perlu membawa-bawa jabatan ayah di kantor. Bisa jadi masalah kedua, bukannya menyelesaikan masalah. Ingat, Yah. Iman dan takwa kita kepada Tuhan serta rasa kecintaan terhadap tanah air harus senantiasa kita tonjolkan daripada membanggakan kedudukan diri sendiri."

"Bukannya Ayah tidak mengerti, tapi tadi emosi Ayah sudah tak tertahankan. Rasanya mulut Ayah sudah tidak bisa digembok lagi."

Bulan berganti bulan, masih di bangku SMA, Cakra mendapatkan ide untuk menulis novel. Ide ini bukanlah ide yang terbilang mustahil mengingat Cakra adalah orang yang cukup pandai dalam menulis. Cakra pun meminta restu sang ayah untuk memulai proyeknya ketika makan malam. Seperti biasa, sudah bisa ditebak, dia tidak sependapat dengan Cakra dan selalu punya alasan untuk menghalangi rencana indah anaknya itu.

"Nak, untuk apa susah-susah menulis novel? Cari uang? Itu tugas Ayah, mencari nafkah untuk kamu dan ibumu. Tugas kamu adalah fokus belajar, menggapai masa depan yang lebih baik dari Ayah. Kalau bisa, go international!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun