Dia sempat makan bawang juga, harus berbicara apa kepada sang anak. Setelah memutar otak, dia bertanya kepada sang anak, "Nak, Ayah mengerti keinginanmu. Namun, apakah anakku ini yakin, bisa mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai ketua OSIS di sekolah? Ingat Nak, memimpin OSIS tidaklah mudah." Cakra tak menyerah, berusaha memberikan keyakinan kepada ayahnya agar dia mau memberikan tanda tangannya.Â
Di sisi lain, si pejabat pun mengeluarkan jurus barunya, "Ayah bukannya meragukan kemampuanmu dan takut nilaimu anjlok. Ayah yakin kamu bisa. Tetapi, Ayah tak tega kalau harus melihatmu pulang lebih sore dan lelah.Â
Nak, hendaknya kamu mengerti pemikiran Ayah." Cakra pun sekali lagi memberikan keyakinan kepada sang ayah, dia memohon kepadanya supaya sang ayah mau menandatangani formulir itu.
Si pejabat pun mati kutu, dia bingung apa lagi yang harus dia katakan untuk menghalangi niat anaknya. Dia pun dengan jujur mengutarakan maksud sebenarnya.
"Cakra, memimpin lembaga sebesar OSIS dengan adil tidaklah mudah. Tidak semua anak suka dan setuju dengan keputusan OSIS. Dan yang akan mereka salahkan adalah ketua OSIS mereka, mereka tak peduli. Mereka akan berbuat apa saja, Nak. Dan kamu harus ingat posisi Ayah, belum tentu semua orang suka dengan Ayah. Kalau sampai kita berdua tidak disukai orang, tamatlah riwayat kita, Nak."
Cakra belum mengerti soal politik. Dia hanya tahu kalau sang ayah selalu memberikan kinerja yang memuaskan dalam bekerja dan selama ini semua masyarakat puas. Cakra pun tidak pernah mendapatkan kesulitan dalam berteman, dia tak merasa ada musuh di sekelilingnya. Si pejabat pun mempersilahkan anaknya untuk meminta persetujuan sang ibu.
Dengan penuh semangat, Cakra pun masuk kamar ibunya, memohon dan memberikan keyakinan kepada sang ibu. Tak butuh waktu lama bagi beliau untuk berpikir dan memutuskan untuk membubuhkan tanda tangannya di atas formulir itu.Â
Cakra pun senang sekali, dia sudah mendapatkan tanda tangan sebagai syarat mencalonkan diri dalam pemilihan ketua OSIS. Diletakkannya formulir yang sudah diisi dan ditanda tangan dalam map yang kemudian dimasukkan ke dalam tas sekolah.
Gayung pun bersambut, hari pemilihan tiba. Seluruh teman-teman memberikan dukungan kepada Cakra dan Cakra terpilih untuk memimpin OSIS sekolahnya selama satu tahun. Cakra tidak sombong dan berpuas diri, dia langsung bergerak cepat dan melakukan banyak pembaharuan di sekolahnya. Semua siswa pun bangga sekaligus puas atas kinerjanya. Atas prestasinya itu, Cakra menjadi populer di kalangan siswa SMP di kotanya.
Meskipun banyak waktu tersita untuk berogranisasi, Cakra tetap sehat dan kuat, tubuhnya tetap bugar, dan justru semakin produktif mencetak prestasi baik di dalam maupun di luar sekolah. Cakra berhasil mempertahankan juara umum, memenangkan lomba olahraga dan fisika, serta menjadi salah seorang peraih medali emas olimpiade fisika internasional. Cakra pun meraih nilai UN tertinggi di sekolahnya.
Cakra pun melangkah ke bangku sekolah menengah atas. Saat semester ganjil kelas satu SMA, Cakra kembali menempati peringkat pertama di kelasnya. Ibu wali kelas pun meminta bantuannya untuk menjadi tutor sebaya dan sekaligus mencalonkan diri di pemilihan ketua OSIS.