Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cakra, Anak Pejabat Berhati Mulia demi Bangsanya Makmur Sentosa

17 Agustus 2021   07:00 Diperbarui: 17 Agustus 2021   07:18 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu waktu, di suatu kota, tak jauh dari pelabuhan yang menghubungkannya dengan Pulau Dewata, hiduplah seorang pejabat yang sudah banyak makan asam garam di dunia ini bersama dengan pendamping hidupnya. 

Pasangan ini hidup berkecukupan, rumah gedong dan mobil mewah tidaklah sulit untuk mereka miliki. Tetapi, bagi mereka apa artinya hidup ini tanpa anugerah seorang buah hati.

Malam demi malam habis ditelan matahari, sang pria sudah lama merindukan seorang buah hati. Dalam benaknya, apa arti kehidupan ini tanpa keturunan. Setiap tidurnya ia selalu bermimpi suatu saat akan hadir seorang putra baginya dengan jati diri laksana idolanya sejak kecil, seorang pahlawan nasional HOS Tjokroaminoto.

Allah mendengarkan keinginannya dan mimpi sang pria akhirnya tak lagi sebatas mimpi. Ketika mendengar sang istri terlambat datang bulan, dia sangat bersemangat mengantarkannya ke bidan. Benar saja, istrinya berbadan dua. Sang pria tak sabar anaknya cepat datang ke dunia dan diharapkannyalah dia adalah anak laki-laki.

Setelah kurang lebih tiga puluh delapan minggu sang istri mengandung, lahirlah seorang anak laki-laki yang mungil dan lucu yang kemudian diberi nama Cakra Santosa. Si pria langsung mengazani bayi kecilnya, tak lupa dia bersyukur dan menyampaikan harapannya akan masa depan Cakra kepadaNya.

Si pria semakin keras memeras keringatnya. Pekerjaan sampingan pun ditekuninya demi mendapatkan uang untuk membesarkan Cakra. Dia sadar, biaya sekolah anak tidaklah murah, apalagi jika dia menginginkan segala yang terbaik untuk buah hatinya yang sudah ditunggu-tunggu sejak lama.

Cakra beranjak besar dan masuk sekolah. Si pria berusaha memberikan perlindungan ekstra untuknya karena khawatir ketidaksenangan masyarakat terhadap jabatannya berdampak pada sang anak. Cakra hanya boleh menyantap masakan ibunya, setiap hari dia pulang-pergi ke sekolah harus bersama ibunya.

Kegiatan karyawisata menjadi kesempatan bagi anak sekolah untuk bertamasya bersama teman-teman tanpa ditemani orang tua, tapi tidak demikian dengan Cakra. Sang ayah selalu memerintahkan anak buahnya untuk memberikan pengawalan ke manapun Cakra pergi. Cakra tidak senang dan protes, tidak hanya sekali, namun sang ayah tidak pernah mengubah pendiriannya. 

Dia berusaha menjelaskan ketakutannya akan orang-orang yang tidak senang terhadap kinerjanya di pemerintahan dilampiaskan pada anaknya. Dengan bijak dan kritis, Cakra pun memberikan pendapatnya, "Ayah, kalau Ayah berbuat baik, kenapa harus takut?". Karena hal yang satu ini, beberapa kali si pejabat dipanggil oleh guru anaknya ke sekolah. Dia tetap keukeuh, pendiriannya tak berubah sedikitpun.

Tujuh tahun berlalu, Cakra yang kini sudah beranjak remaja kembali ke rumah dengan membawa formulir pendaftaran calon ketua organisasi di sekolahnya. Diserahkannyalah kertas itu kepada sang ayah dengan harapan dia mau membubuhkan tanda tangannya di atas kertas itu. 

Kertas itu diambilnya, dibaca hanya judulnya saja, dan langsung dikembalikan kepada sang anak. Si pejabat tak merestui keinginan anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun