Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Ketika "Tipu-tipu" Bisnis Masuk ke Soal Matematika

14 Agustus 2021   17:15 Diperbarui: 14 Agustus 2021   17:19 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berikut adalah cara sederhana untuk menghindarkan diri dari diskon palsu. Infografis: detikcom

Catatan lain yang perlu kami perhatikan adalah selisih relatif nilai suatu variabel belum tentu sama dengan selisih relatif dari nilai variabel lain yang dihitung berdasarkan variabel sebelumnya.

Hal yang umum dilakukan adalah memperbandingkan dua produk dengan harga serupa, biasanya dilakukan oleh produsen ponsel pintar, lalu menunjukkan bahwa produknya lebih unggul karena memiliki skor suatu pengujian yang lebih tinggi. Padahal, ketika dilihat selisih relatifnya, tidak signifikan. 

Belum lagi, hasil sekali pengujian belum tentu akan merepresentasikan pengalaman pengguna karena sebenarnya secara matematis perlu dilakukan beberapa kali pengambilan sampel untuk dilihat fluktuasi pada kedua perangkat dan selanjutnya dilihat lagi signifikansi performa kedua perangkat.

Hal lain yang sering terjadi adalah perbandingan suku bunga kredit di antara dua penyedia berbeda. Misalkan, satu bank dengan persyaratan kredit yang lebih ketat menawarkan suku bunga empat persen per tahun ketika pesaingnya berusaha menawarkan sesuatu yang lebih longgar dengan suku bunga lima persen per tahun. 

Konsumen awam akan melihat selisih absolut sebesar satu persen, ketika selisih relatifnya paling tidak dua puluh persen bergantung pada patokan yang digunakan. Jika diaplikasikan ke kredit berjangka 25 tahun, cicilan pinjaman dengan suku bunga lima persen per tahun lebih tinggi sekitar sebelas persen dari yang empat persen per tahun.

Mekanisme perhitungan bunga, sedikit perbedaan bisa jadi terasa signifikan

Ketika berhadapan dengan orang awam, apalagi kalau sudah seputar pinjam meminjam uang, bunga adalah hal yang seringkali memberatkan. Apalagi jika pengembaliannya dilakukan secara sekaligus, alias bukan mencicil, semakin runyam urusan. Nanti peminjam bisa merasa pemberi pinjaman memerasnya dengan penuh kekejaman.

Misalnya begini, seseorang yang baru saja kehilangan pekerjaan dan tidak punya simpanan memadai memilih untuk mencari bantuan modal melalui skema kredit tanpa agunan. Suku bunga tiga puluh persen per tahun baginya bisa diterima, karena tidak memiliki slip gaji, tidak memiliki agunan, dan membutuhkan uangnya dengan segera. Karena tidak memiliki pengetahuan matematika yang memadai, orang ini tidak berusaha mengulik lebih dalam bagaimana cara bunganya ini dihitung.

Jika suku bunga tiga puluh persen tersebut adalah bunga sederhana atau bunga efektif tahunan, benar bahwa setelah satu tahun uang yang harus dikembalikan sebesar 130% dari jumlah pinjaman awal. Jika suku bunganya ternyata merupakan suku bunga majemuk semesteran, kuartalan, bulanan, atau malah harian, besar pengembalian bisa membengkak hingga 135% dari jumlah pinjaman awal. 

Hal ini cukup lumayan untuk pinjaman senilai Rp2 juta misalnya, selisih pengembalian sebesar Rp100 ribu bisa digunakan untuk membeli susu anak.

Sesungguhnya hal ini tidak hanya penting ketika kita meminjam uang, tetapi juga ketika kita menyimpan uang di bank. Saya pernah melihat sendiri di kantor cabang suatu bank besar bahwa mereka bisa saja menawarkan suku bunga yang lebih menarik kepada pemilik dana tidak hanya dari persentasenya saja, tetapi juga bagaimana suku bunga ini diakumulasikan. Sedikit perbedaan bisa jadi terasa besar jika dana yang ditanamkan besar, ya kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun