Keadaan fisikmu tidak boleh membatasimu untuk melangkah. Kamu harus yakin kamu bisa dan kamu pasti bisa, Christian! Semangat!
Begitulah motivasi yang selalu diberikan seorang teman kepada saya ketika saya berpikir terlalu keras untuk menerima tawaran berpartisipasi dalam suatu kegiatan dengan alasan kesehatan.Â
Sebagai pribadi dengan daya tahan tubuh yang cenderung kurang prima, mudah mengalami kelelahan, dan mudah terkena penyakit, saya harus pintar-pintar menjaga kesehatan sehingga hidup saya tetap produktif. Khususnya ketika kegiatan tersebut dilangsungkan di luar ruangan, seharian di ruangan yang dingin, dan/atau pada malam hari, saya akan berpikir lebih keras lagi untuk mengikutinya atau tidak. Selain khawatir kelelahan, risiko masuk angin pun meningkat.
Pokoknya, masuk angin benar-benar membuat saya kapok. Solusi pun harus dicari. Pernah saya berusaha untuk senantiasa menggunakan jaket dengan penutup kepala (hoodie) selama berada di luar ruangan atau di dalam ruangan yang dingin. Selain tidak pas untuk digunakan dalam kegiatan tertentu, pakaian tersebut juga membuat saya merasa panas dan gerah.Â
Solusi lain yang pernah saya lakukan adalah mengelola waktu dengan ketat sehingga sebisa mungkin kegiatan di malam hari bisa dihindari. Ya, jika itu adalah kegiatan pribadi yang tidak bergantung pada orang lain, jika tidak?
Ketika pergi ke apotek enam tahun yang lalu, sang pemilik menyarankan saya untuk mengonsumsi produk Tolak Angin secara teratur dan memiliki persediaannya secara teratur di rumah. Melihat harganya yang terjangkau, saat itu hanya sekitar dua ribuan Rupiah per sachet, saya tertarik untuk membeli dan mencobanya.Â
Kebetulan, Tolak Angin ini adalah produk herbal yang terbuat dari bahan-bahan alami (adas, kayu ules, cengkeh, madu, daun cengkeh, daun mint, dan jahe) alias bebas bahan kimia sehingga aman untuk dikonsumsi secara berulang dalam jangka panjang tanpa merusak ginjal.
Setelah mengonsumsinya secara teratur sejumlah satu sachet per hari, kemampuan saya untuk bekerja pun meningkat. Jika biasanya tubuh sudah sangat lemah di pukul 20.30 WIB, sekarang bisa diajak bekerja sedikit lebih lama sampai pukul 21.30 WIB atau lebih malam ketika sangat diperlukan. Ketika kepala terasa sangat pusing, mengonsumsi Tolak Angin mampu membuatnya kembali normal.Â
Meskipun demikian, jika bisa tidur lebih cepat, tentunya saya akan memilih untuk tidur lebih cepat karena bagaimanapun juga waktu istirahat yang cukup itu sangat diperlukan. Saya tidak takut lagi masuk angin meski harus berjalan kaki di luar ruangan atau berpindah-pindah moda transportasi umum, bahkan dengan pakaian tipis sekalipun tanpa menggunakan jaket.
Ketika harus menghadiri kegiatan di luar kota yang diadakan dari pagi sampai malam dengan jam makan yang tidak teratur dan potensi tingkat stres yang tinggi, saya selalu membawa stok Tolak Angin untuk dikonsumsi sejumlah tiga sachet per hari, ketika bangun tidur, sebelum makan siang, dan sebelum makan malam.Â
Tolak Angin efektif mengontrol tingkat stres dan masalah lambung yang saya miliki tidak kambuh karenanya. Melakukan hal ini terbukti membuat saya mampu bertahan dalam kondisi tersebut hingga sebelas hari ketika saya berkegiatan di sebuah hotel di pinggir pantai Kota Batam, terbalik dibandingkan pengalaman tiga tahun sebelumnya di Medan saya harus keok di hari keempat dan meminta bantuan tim medis akibat lupa mengonsumsi Tolak Angin. Tolak Angin mampu menghilangkan rasa sakit kepala yang saya miliki akibat tak terbiasa dengan angin pantai.
Misalnya saat pulang kampung ke Belitung saat liburan akhir tahun, banyak sekali rumah makan yang tutup sehingga saya harus menghabiskan waktu untuk berputar-putar sampai mendapatkan rumah makan yang buka, mulai dari merasa sedikit lapar sampai maag sangat sakit jika tidak mengonsumsi Tolak Angin.Â
Saya pun tidak khawatir untuk mengonsumsi makanan yang digoreng meskipun memiliki masalah dengan tenggorokan karena Tolak Angin mampu meredakan radang tenggorokan dan membuatnya adem kembali jika saya segera mengonsumsinya setelah saya menghabiskan makanan tersebut.Â
Destinasi wisata tertentu juga memiliki jarak yang cukup jauh dari rumah makan terdekat, belum lagi antrean dan waktu tunggu yang tergolong lama karena penumpukan pengunjung. Saya tidak perlu khawatir masuk angin karena rutin mengonsumsi Tolak Angin dan saya bisa pulang ke Jakarta dalam kondisi prima. Jika biasanya saya akan merasa sakit pada bagian telinga dan kepala selama berada dalam penerbangan sampai beristirahat atau membaca terasa sulit, Tolak Angin membuat saya merasa biasa saja seperti ketika saya beraktivitas atau duduk di rumah.
Sampai hari ini, saya masih teratur mengonsumsi Tolak Angin dan harganya masih tetap terjangkau seiring perjalanan waktu, sekitar tiga ribuan per sachet.Â
Tidak hanya saya, teman-teman pun rutin mengonsumsinya dan kami seringkali saling meminta ketika persediaan kami habis dan kami lupa membelinya lagi. Meskipun demikian, membeli Tolak Angin itu sebenarnya tidaklah sulit, bisa dibeli di warung, minimarket, supermarket, apotek, bahkan secara daring langsung dari Sido Muncul Store.
 Tolak Angin terbukti tak hanya berkhasiat untuk menangani masuk angin, dalam kasus saya juga mampu mengendalikan tingkat stres, sakit maag, sakit kepala, radang tenggorokan, dan mabuk perjalanan. Jika hidup sehat tanpa sering masuk angin dan harus membatasi diri dalam berkegiatan itu bisa dilakukan dengan mudah dan biaya yang murah, kenapa harus mengatakan tidak? Orang pintar minum Tolak Angin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H