Mohon tunggu...
Cesario Erhan D
Cesario Erhan D Mohon Tunggu... Mahasiswa - Inspiratif

Kreatif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Sosial pada Masyarakat Multikultur di Indonesia

22 Desember 2021   12:03 Diperbarui: 22 Desember 2021   12:18 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik dapat muncul karena adanya perbedaan pandangan antara dua atau lebih kelompok masyarakat di suatu daerah. Salah satunya adalah :

Konflik Ambon

Berbeda dengan wilayah lainnya di Indonesia, 49,2% penduduk Ambon beragama Kristen Protestan, 44,3% Muslim, 6,35% Katolik, 0,07% Hindu, dan 0,04% Buddha.Dan penduduk Muslim pada umumnya adalah pendatang. Sistem kekerabatan orang Ambon yang sangat kuat, baik Muslim maupun Kristen, memperkuat struktur sosial, ekonomi, dan politik. Jika kepala daerah baru dilantik, pejabat di bawahnya biasanya digantikan oleh mereka yang masih kerabat dengan pejabat baru itu. Hubungan ini mudah diamati, karena setiap orang "asli" selalu menggunakan nama fam atau "marga".

Seperti kita ketahui bersama, konflik sosial di Ambon telah terjadi sejak awal tahun 1999 yang kemudian menjalar ke hampir seluruh pelosok Maluku. Konflik ini menyebabkan umat Islam -- yang dalam bahasa lokal disebut Acang (oleh Hasan) -- melawan umat Kristen -- yang biasa disebut Obet (oleh Robert). Dalam konflik ini, kelompok Acang menguasai permukiman di wilayah pesisir dan dataran. Sedangkan kelompok Obet menguasai dataran tinggi dan perbukitan. Sebagian besar rumah, toko dan bangunan milik Kelompok Obet yang saat itu dikuasai oleh Kelompok Acang sebagian besar dijarah dan dibakar. Sebaliknya, sebagian besar bangunan dan properti Grup Acang di kawasan Obet dijarah dan dibakar. Akibatnya, orang dapat melihat, antara lain, bahwa ratusan, bahkan ribuan, orang membakar rumah dan bisnis. Sarana dan prasarana dasar seperti instansi pemerintah, sekolah, jaringan telekomunikasi, jaringan PAM juga menjadi sasaran. Singkatnya, kota itu lumpuh.

Konflik merupakan bagian dari dinamika sosial yang selalu melekat dalam kehidupan setiap masyarakat. Sebagai fenomena sosial, konflik hanya akan hilang bersama masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, kita bisa mengendalikannya agar konflik tidak berubah menjadi kekerasan yang serius.

Sumber :

https://www.zenius.net/blog/multikulturalisme-sosiologi-kelas-11

https://bpbd.ntbprov.go.id/pages/konflik-sosial

http://kotaku.pu.go.id:8081/wartaarsipdetil.asp?mid=1185&catid=3&

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun