Doktor Sunu Wasono mengapresiasi terbitnya 'Kelir'. Karena menambah khasanah pengetahuan mengenai kebudayaan Jawa. Seperti yang pernah dilakukan oleh penulis Ahmad Thohari yang menerbitkan buku 'Ronggeng Dukuh Paruk'.
Sunu Wasono melihat ada dimensi politik untuk melegitimasi kekuasaan yang terdapat pada cerita buku 'Kelir'.
Kritik disampaikan oleh Sunu Wasono kepada penulis 'Kelir', karena belum menjelaskan secara detil, apa itu 'Sabdo Sejati'? Selain itu, sering terulang kesalahan dalam pemakaian kata yang tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia. Hal ini agar diperbaiki oleh Yon Bayu dalam terbitan karya-karya selanjutnya.
Sedangkan novel 'Prasa, Operasi Tanpa Nama' dibedah oleh Isson Khairul, jurnalis senior, pemerhati sastra yang aktif berkegiatan di komunitas Kutu Buku Kompasiana.
Isson Khairul memuji Yon Bayu yang serius memikirkan persoalan bangsa Indonesia terkait HAM yang dituangkan dalam karya sastra berwujud novel 'Prasa'.
Hanya saja, novel ini masih terlalu kaku, terlalu banyak disuguhi data-data peristiwa seperti layaknya berita. Belum lentuk seperti buku novel yang seharusnya.
Hal itu dapat dipahami oleh Isson Khairul karena tahu betul Yon Bayu berlatar belakang jurnalis politik yang terbiasa membuat berita runut.Â
Isson Khairul juga mengkritik gaya percakapan tokoh Prasa yang terlalu laki-laki, tidak seperti cara berdialog perempuan pada umumnya.
Bapak Thamrin Dahlan mengenal lama Yon Bayu sebagai penulis opini hebat spesialis bidang politik.Â