Sebagai penggemar berat olahraga, agenda Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Jakarta pastinya jadi momen yang bakal sangat sayang untuk dilewatkan. Sebelum tahun 2015, Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis terakhir kali berlangsung di Indonesia tahun 1989 silam. Karena itu momen langka buat pecinta bulu tangkis seperti saya bisa menyaksikan kejuaraan dunia di tanah air. Belum tentu 20 tahun mendatang ada lagi Kejuaraan Duni Bulu Tangkis berlangsung di Indonesia.
Hari Kamis lalu menjadi momen terbaik saya saat menghadiri langsung Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Istora Senayan. Pada hari pertama saya sempat kecewa dengan persiapan panitia penyelenggara yang terkesan belum siap untuk mengelola lokasi di sekitar Istora. Untunglah pihak penyelenggara bisa cepat membenahi berbagai kekurangan di hari pertama, sehingga pengunjung Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis bisa merasa nyaman dengan berbagai booth yang telah rapi di sekitar Istora Senayan.Â
Begitu memasuki pintu utama Istora Senayan, pengunjung sudah disambut dengan spanduk raksasa yang menampilkan foto pemain-pemain Indonesia yang tampil di Kejuaraan Dunia. Ada juga replika-replika pemain Indonesia yang tersebar di berbagai titik, jadi lokasi favorit pengunjung untuk berfoto. Di sebelah kiri spanduk raksasa terdapat rangka besi besar yang dipasang puluhan bendera negara peserta Kejuaraan Dunia.
Karena lokasi arena pertandingan baru dibuka pukul setengah sebelas, pengunjung tampak asyik bersantai di berbagai booth makanan dan minuman di area halaman Istora. Terdapat juga berbagai booth yang menjual jersey dan raket di sekitar Istora. Salah satu booth merupakan milik mantan juara dunia Indonesia, Hariyanto Arbi.
Sebagian pengunjung ramai berkeliling melihat-lihat dan juga mengunjungi berbagai booth sponsor yang ada di hall bawah Istora. Terdapat satu spot memoribilia klub bulu tangkis PB Djarum yang cukup ramai dilihat pengunjung.
Ada juga satu spot tempat pengunjung bisa dilukis wajahnya dengan gambar bendera Indonesia secara gratis. Lokasi face painting tersebut sangat ramai dikunjungi oleh anak-anak muda yang tergabung dalam komunitas suporter bulu tangkis Indonesia. Â
Carolina Marin tampak tampil kurang lincah, sepertinya sedang alami cedera karena pangkal pahanya dibebat koyo panjang berwarna biru. Saat kedudukan skor set kedua 15-11, momen tragis menimpa Carolina Marin yang mendadak terkapar menahan rasa sakit di kakinya. Penonton pun langsung memberikan dukungan kepada Carolina yang mendapatkan perawatan dari tim medis. Carolina Marin akhirnya kalah 18-21 di set kedua karena gerakan kakinya lambat. Namun diluar dugaan, Carolina Marin bermain 'kesetanan' di set ketiga, dan berhasil menang 21-17. Penonton pun bersorak-sorai sesaat setelah Carolina memastikan menang, yang disambut oleh pebulu tangkis asal Spanyol tersebut dengan lambaian tangan kepada penonton.
Beberapa menit setelah Carolina meninggalkan lapangan 1, Istora Senayan bergemuruh dengan suara,"uuhhhh.. eeeaaaa... uuhhh.. eeeaaa.." memberikan dukungan kepada Praveen/ Debby yang sempat tertinggal 20-21 di set ketiga. Suasana tegang akhirnya berubah jadi kegembiraan luar biasa penuh sorak-sorai penonton yang berjingkrak-jingkrak setelah Praveen/Debby berhasil membalikkan keadaan skor jadi 23-21, dan memastikan menang. Gema suara orang meneriakkan kata 'INDO-NE-SIA" semakin kencang.
Saya memang benar-benar beruntung, karena beberapa menit kemudian, dari dekat bisa menyaksikan kehebatan Tontowi Ahmad/ Lilyana Natsir mengalahkan pasangan Taiwan di lapangan 1. Penonton di tribun Barat juga ramai memberikan dukungan kepada pasangan Belanda, Jacco Arends/ Selena Piek yang sedang bertanding melawan ganda Tiongkok. Diluar dugaan pasangan Belanda tersebut bisa menang yang disambut gembira oleh penonton. Selena Piek juga sangat ekspresif merayakan kemenangan dan sempat berlari-lari melambai-lambaikan raket kepada penonton.
Suasana di area tribun barat dan di tempat saya duduk kembali ramai, karena di lapangan 4 ada pasangan Indonesia yang tampil. Sayangnya Gloria Widjaja/ Edi Subaktiar kalah dari pasangan Korea Selatan, namun penonton tetap memberikan support kepada pasangan muda Indonesia tersebut.
Riuh di Istora Senayan sedikit berkurang setelah ganda putra Indonesia, Wahyu Nayaka/ Ade Yusuf yang tampil di lapangan 4 kalah dari pasangan Jepang.Â
Keramaian kembali terjadi setelah ganda putri Denmark, Christinna Pedersen/ Kamilla Rytter Juhl menang atas pasangan Korea Selatan di lapangan 1. Christinna Pedersen yang beberapa waktu sebelumnya menjadi 'musuh' buat penonton karena hadapi ganda campuran Indonesia di lapangan 4, berbalik dielu-elukan penonton Istora karena melakukan selebrasi kemenangan yang ekspresif. Christinna melepas handband dari tangannya dan dilemparkan ke arah penonton di area tempat duduk saya. Lalu Christinna berlari-lari ke arah penonton di tribun barat sambil melemparkan handuk kering berwarna pink. Ini jadi momen yang sangat menyenangkan buat penonton.
Beberapa menit kemudian, mendadak terjadi 'migrasi' penonton besar-besaran dari tribun barat ke tribun timur, maklum saja karena di lapangan 2 dan 3 ada dua pasangan putra favorit Indonesia yang bertanding, yaitu M.Ahsan/ Hendra Setiawan dan Angga Pratama/ Ricky Karanda.Â
Saya masih tetap bertahan di tempat duduk saya, kemudian ngobrol asyik tentang bulu tangkis dengan pasangan suami istri asal Malaysia yang duduk di depan saya. Suasana semakin asyik karena Anna akhirnya tiba, dan duduk di sebelah. Di belakang tempat duduk kami, penonton riuh membuat banyolan kocak meneriakkan kata 'bohay'. Kebetulan di lapangan 1 sedang bertanding ganda putri India berwajah cantik Jwala Gutta dan Ashwini Ponnappa.
(foto: Jwala Gutta tersenyum diteriaki bohay oleh penonton)
Jwala Gutta menjadi hiburan tersendiri saat tampil, karena dirinya bertubuh agak gemuk tapi tetap lincah memukul shuttle kock menjelajah arena lapangan. Teriakan 'bohay...bohay.." semakin keras terdengar sesaat setelah Jwala Gutta/ Ashwini Ponnappa berhasil kalahkan ganda Jepang. Saya dan Anna juga jadi tersenyum-senyum mendengarkannya.Â
Pemain-pemain asal Tiongkok yang terkenal susah dikalahkan, nyaris selalu jadi pihak lawan bagi penonton. Hanya saja hal tersebut perkecualian buat Lin Dan yang dielu-elukan seluruh penonton Istora saat tampil di lapangan 1. Saya dan penonton lainnya dibuat berdecak kagum dengan permainan elegan yang ditunjukkan Lin Dan. Berkali-kali Lin Dan membuat pukulan 'ajaib' yang membuat lawannya Hans Kristian Vittinghus tak berdaya. Seorang pemain legendaris sekelas Lin Dan memang sangat pantas mendapatkan apresiasi hangat dari penonton.Â
Setelah Lin Dan selesai bermain, di lapangan 1 tampil pemain tunggal putra legendaris lainnya, Lee Chong Wei. Penonton asal Malaysia yang duduk di deretan bangku depan kami sontak berteriak-teriak memberikan dukungan sambil mengibarkan bendera. Biasanya pemain asal Malaysia yang bertanding, mendapat sorakan kurang bersahabat dari penonton di Istora Senayan. Namun berbeda halnya saat Lee Chong Wei main yang mendapatkan dukungan dari penonton Indonesia.Â
Jumlah penonton semakin banyak menjelang petang. Suasana di tribun barat dan di tribun selatan kembali sangat riuh saat pemain tunggal putri Indonesia, Lindaweni bertanding di lapangan 1. Tak banyak penonton yang menjagokan Lindaweni bisa menang, mengingat lawannya adalah juara dunia tahun 2013, Ratchanok Intanon.
suara,"uuhhhh.. eeeaaaa... uuhhh.. eeeaaa.." kembali ramai diteriakkan setelah penonton melihat Lindweni memberikan perlawanan sengit kepada Ratchanok. Setelah pada set pertama kalah, Lindaweni akhirnya berhasil menang 21-10 di set kedua.
Memasuki set ketiga dalam posisi Lindweni tertinggal 2-7, mendadak Ratchanok tertatih-tatih berjalan memegangi kakinya. Setelah mendapat perawatan medis, Ratchanok kembali mencoba bermain hingga unggul 8-5. Namun setelahnya Ratchanok terkapar di lapangan tak sanggup melanjutkan pertandingan. Sontak penonton bersorak mengelu-elukan nama Lindaweni yang dinyatakan menang oleh wasit.
Namun beberapa saat kemudian penonton terdiam setelah melihat Ratchanok terkapar kesakitan di lapangan. Saya sendiri merasa kasihan melihat kondisi Ratchanok. Lindaweni Fanetri menunjukkan sikap sportifitas yang patut ditiru dengan mendatangi Ratchanok sambil memberikan dukungan. Beberapa saat kemudian Lindweni berlari-lari kecil menyuruh inspektur pertandingan agar segera memberikan pertolongan cepat kepada Ratchanok. Lindaweni juga memberikan handuk ke kepala Ratchanok yang masih tertidur kesakitan di lapangan.Â
Sekitar lima menit setelahnya, tandu dorong akhirnya masuk ke lapangan untuk mengangkat Ratchanok. Sikap terpuji ditunjukkan oleh penonton di Istora Senayan yang mengelu-elukan nama Ratchanok saat ditandu keluar dari arena. Sikap sportifitas dari penonton yang membuat saya dan Anna kagum.Â
(foto utama: momen Lindweni datangi Ratchanok yang sedang kesakitan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H