Mohon tunggu...
Yos Mo
Yos Mo Mohon Tunggu... Editor - Tourism worker until 2010; Digipreneur since 2010

you can contact me at bolafanatik(at)Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Semangat Nasionalisme & Sportifitas di Istora Senayan

15 Agustus 2015   07:20 Diperbarui: 15 Agustus 2015   07:20 2881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto: Christinna Pedersen lempar handband kepada penonton)

Beberapa menit kemudian, mendadak terjadi 'migrasi' penonton besar-besaran dari tribun barat ke tribun timur, maklum saja karena di lapangan 2 dan 3 ada dua pasangan putra favorit Indonesia yang bertanding, yaitu M.Ahsan/ Hendra Setiawan dan Angga Pratama/ Ricky Karanda. 

Saya masih tetap bertahan di tempat duduk saya, kemudian ngobrol asyik tentang bulu tangkis dengan pasangan suami istri asal Malaysia yang duduk di depan saya. Suasana semakin asyik karena Anna akhirnya tiba, dan duduk di sebelah. Di belakang tempat duduk kami, penonton riuh membuat banyolan kocak meneriakkan kata 'bohay'. Kebetulan di lapangan 1 sedang bertanding ganda putri India berwajah cantik Jwala Gutta dan Ashwini Ponnappa.

 

(foto: Jwala Gutta tersenyum diteriaki bohay oleh penonton)

Jwala Gutta menjadi hiburan tersendiri saat tampil, karena dirinya bertubuh agak gemuk tapi tetap lincah memukul shuttle kock menjelajah arena lapangan. Teriakan 'bohay...bohay.." semakin keras terdengar sesaat setelah Jwala Gutta/ Ashwini Ponnappa berhasil kalahkan ganda Jepang. Saya dan Anna juga jadi tersenyum-senyum mendengarkannya. 

Pemain-pemain asal Tiongkok yang terkenal susah dikalahkan, nyaris selalu jadi pihak lawan bagi penonton. Hanya saja hal tersebut perkecualian buat Lin Dan yang dielu-elukan seluruh penonton Istora saat tampil di lapangan 1. Saya dan penonton lainnya dibuat berdecak kagum dengan permainan elegan yang ditunjukkan Lin Dan. Berkali-kali Lin Dan membuat pukulan 'ajaib' yang membuat lawannya Hans Kristian Vittinghus tak berdaya. Seorang pemain legendaris sekelas Lin Dan memang sangat pantas mendapatkan apresiasi hangat dari penonton. 

Setelah Lin Dan selesai bermain, di lapangan 1 tampil pemain tunggal putra legendaris lainnya, Lee Chong Wei. Penonton asal Malaysia yang duduk di deretan bangku depan kami sontak berteriak-teriak memberikan dukungan sambil mengibarkan bendera. Biasanya pemain asal Malaysia yang bertanding, mendapat sorakan kurang bersahabat dari penonton di Istora Senayan. Namun berbeda halnya saat Lee Chong Wei main yang mendapatkan dukungan dari penonton Indonesia. 

Jumlah penonton semakin banyak menjelang petang. Suasana di tribun barat dan di tribun selatan kembali sangat riuh saat pemain tunggal putri Indonesia, Lindaweni bertanding di lapangan 1. Tak banyak penonton yang menjagokan Lindaweni bisa menang, mengingat lawannya adalah juara dunia tahun 2013, Ratchanok Intanon.

suara,"uuhhhh.. eeeaaaa... uuhhh.. eeeaaa.." kembali ramai diteriakkan setelah penonton melihat Lindweni memberikan perlawanan sengit kepada Ratchanok. Setelah pada set pertama kalah, Lindaweni akhirnya berhasil menang 21-10 di set kedua.

Memasuki set ketiga dalam posisi Lindweni tertinggal 2-7, mendadak Ratchanok tertatih-tatih berjalan memegangi kakinya. Setelah mendapat perawatan medis, Ratchanok kembali mencoba bermain hingga unggul 8-5. Namun setelahnya Ratchanok terkapar di lapangan tak sanggup melanjutkan pertandingan. Sontak penonton bersorak mengelu-elukan nama Lindaweni yang dinyatakan menang oleh wasit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun