Sistem pembinaan di Jepang sangat sistematis dan berjenjang. Mereka memulai pembinaan sejak usia dini dengan melibatkan akademi sepak bola yang tersebar di seluruh negara dan kemudian melanjutkan ke liga-liga profesional yang sangat kompetitif, seperti J-League.
Selain itu, Jepang juga memberikan kesempatan bagi pemain muda untuk menimba ilmu sepak bola di luar negeri, seperti yang dilakukan oleh Takumi Minamino dan Kaoru Mitoma.Â
Minamino, setelah meniti karir di Cerezo Osaka, melanjutkan ke Red Bull Salzburg di Austria dan akhirnya bergabung dengan Liverpool. Keberhasilannya ini berkat sistem pembinaan yang kuat di Jepang yang memfokuskan pada kualitas teknik, kedisiplinan, serta mentalitas profesional.
Begitu juga dengan Mitoma, yang meskipun memulai karir di Kawasaki Frontale, memilih untuk melanjutkan pendidikan sepak bolanya di Universitas Tsukuba sebelum menembus liga Eropa melalui Union Saint-Gilloise dan Brighton & Hove Albion.
Kunci kesuksesan mereka terletak pada pengembangan fisik, mental, dan teknis yang komprehensif, yang dibangun sejak usia dini.
Ini menjadi contoh yang patut diikuti oleh Indonesia dalam meningkatkan kualitas pemain muda dan memperkuat sistem pembinaan yang ada, agar dapat bersaing di level internasional dengan lebih maksimal.
Meminjam judul "Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini," perjalanan Timnas Indonesia menuju Piala Dunia 2026 bisa menjadi bab yang penuh harapan dalam sejarah sepak bola kita.
Hari ini, perjuangan Garuda bukan hanya sekadar soal sepak bola, tetapi juga tentang semangat persatuan, kerja keras, dan keberanian untuk bermimpi besar.
Mungkin suatu hari nanti, kita akan duduk bersama, mengenang bagaimana bangsa ini berdiri bersama-sama mendukung Garuda di tengah gemuruh stadion, di layar-layar besar, dan dalam doa setiap anak bangsa.
Ini adalah momen yang akan diceritakan lagi dan lagi, sebuah kisah klasik untuk masa depan, tentang bagaimana Garuda akhirnya terbang ke panggung dunia.
(yrd)