Di antara kita tentu ada yang masih ingat film yang akhirnya menjadi sebuah saga universe "Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini  (NKCTHI)". Film ini awalnya disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, yang terkenal dengan karya-karyanya yang memiliki kedalaman emosional. Para pemeran utama, seperti Rio Dewanto, Sheila Dara Aisha, dan Rachel Amanda, berhasil membawakan karakter mereka dengan kuat, menciptakan ikatan yang mendalam dengan penonton.Â
Atau jika tidak, lagu "Sebuah Kisah Klasik" dari band tanah air, Â Sheila on 7, yang bercerita tentang momen saat ini, sebagai bagian dari kisah besar yang akan dikenang di masa depan.
"Bersenang-senanglah
Karna hari ini yang kan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Karna waktu ini yang kan kita banggakan di hari tua"
(Sheila on 7, Sebuah Kisah Klasik)
Tapi, kali ini kita tidak akan membahas saga sinema ataupun lagu di atas.
Melainkan, kita akan sedikit bercerita tentang timnas Indonesia 2024, termasuk perjalanannya di Kualifikasi Piala Dunia 2026, yang boleh jadi ini akan menjadi bagian dari sejarah yang akan kita ceritakan suatu hari kelak, dengan penuh kebanggaan. Hari ini, kita berada di titik yang bisa menjadikan kita sebagai saksi hidup, bagaimana perjalanan Garuda yang "boleh jadi" akan terbang ke Piala Dunia untuk pertama kalinya. Generasi di masa yang akan datang, akan mendengar cerita kita, tentang bagaimana sebuah bangsa di Asia Tenggara itu, bermimpi besar dan berusaha menorehkan namanya di panggung dunia. Boleh jadi pula, generasi kita akan mengulang (bahkan melebihi) cerita kebanggaan kakek-kakek atau ayah-ayah kita tentang magisnya Ramang dan kawan-kawan di Olimpiade Melbourne 1956. Ini bukan hanya soal prestasi, tetapi tentang bagaimana semangat dan kebersamaan bangsa ini bersatu dalam sebuah perjuangan sekaligus harapan yang besar.
Harapan Untuk Sang Garuda, Timnas Indonesia 2024
Peluang untuk lolos ke Piala Dunia 2026 terbuka lebih lebar dengan format baru yang meningkatkan kuota peserta dari 32 menjadi 48 tim. Dengan Asia mendapatkan lebih banyak slot, Indonesia berada pada posisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saat ini, kita memiliki pemain-pemain berbakat yang berkarier di luar negeri, memberikan harapan besar bagi Timnas Indonesia untuk tampil di panggung dunia pada 2026. Ditambah saat ini, ada tiga nama yang sedang dalam sorotan dan diharapkan dapat segera bergabung dengan Garuda, yakni Ole Romeny, penyerang FC Utrecht, Mauro Zijlstra, bek muda berbakat, dan Jairo Riedewald, pemain Royal Antwerp FC. Di samping itu, Shin Tae-yong, sebagai pelatih Timnas Indonesia, telah membawa perubahan signifikan dalam sepak bola Indonesia. Shin Tae-yong dikenal dengan pendekatannya yang disiplin dan berani dalam mengubah gaya permainan Timnas Indonesia. Dalam kepemimpinannya, ia menerapkan pola permainan yang lebih mengedepankan strategi cepat dan agresif, dengan penekanan pada pressing tinggi serta permainan yang terorganisir baik dalam bertahan maupun menyerang.
Taktik permainan yang diterapkan Shin melibatkan peralihan cepat dari bertahan ke menyerang (counter-attack) yang memanfaatkan kecepatan dan kelincahan pemain muda. Ia juga memperkenalkan sistem permainan yang fleksibel, dengan pemain yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai formasi, baik itu 4-3-3 maupun 4-4-2, tergantung pada situasi pertandingan. Ini terlihat ketika Timnas berhasil memetik kemenangan pertama atas Arab Saudi, sehingga asa Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 tetap terbuka. Posisi Indonesia kini melonjak ke peringkat 3 grup C, menggusur China dan Bahrain, membuka harapan baru. Dua gol Indonesia dicetak oleh Marcelino Ferdinand, yang tampil impresif dengan gol pertama pada menit ke-32 dan gol kedua pada menit ke-57, memastikan keunggulan timnya. Pertandingan yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, berjalan dengan intensitas tinggi, dan meskipun Arab Saudi berusaha memberikan tekanan, gawang Indonesia tetap terjaga dengan baik. Ranking FIFA Timnas Indonesia pun naik usai menang atas Arab Saudi pada matchday keenam Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026. Indonesia saat ini berada di posisi ke-125 FIFA.
Pembinaan Berkelanjutan Menjadi Pekerjaan Rumah yang Tak Boleh Berhenti
Tidak hanya masih terbukanya Harapan ke Piala Dunia 2026, Timnas Indonesia tahun ini, membuat sejarah dengan memastikan semua tim dari berbagai kelompok umur lolos ke Piala Asia. Timnas Senior berhasil memastikan tiket Piala Asia 2027, sementara Timnas U-20 dan U-17 juga lolos ke Piala Asia U-20 2025 dan Piala Asia U-17 2025. Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang berhasil mencapai prestasi ini. Kesuksesan ini menunjukkan bahwa potensi sepak bola Indonesia sedang berkembang, dan harapan besar tercipta untuk masa depan sepak bola tanah air yang lebih cerah.
Untuk meningkatkan performa Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026, serta timnas kelompok usia lainnya, beberapa hal yang perlu dibenahi mencakup, peningkatan kualitas pertahanan lini belakang yang  sering menjadi titik lemah ketika menghadapi tim-tim dengan serangan cepat. Pelatihan khusus untuk memperkuat koordinasi antarbek sangat diperlukan. Efektivitas serangan, walaupun  ada pemain berbakat, serangan Indonesia kadang kurang konsisten. Dibutuhkan strategi yang lebih variatif, terutama menghadapi tim-tim dengan pertahanan solid. Pengelolaan mental pemain dalam laga besar, tekanan psikologis kerap memengaruhi performa. Program penguatan mental pemain bisa membantu mereka lebih fokus selama pertandingan. Dan juga yang tidak kalah penting, dukungan infrastruktur fasilitas pelatihan dan stadion yang memadai akan menunjang pengembangan tim secara menyeluruh. Investasi dalam infrastruktur ini perlu diprioritaskan. Peningkatan kompetisi domestik  berupa peningkatan kualitas liga domestik yang akan memiliki dampak langsung pada performa timnas. Kompetisi yang lebih ketat dan profesional dapat menciptakan pemain-pemain berkualitas.
PSSI telah mulai menunjukkan komitmennya terhadap pembinaan pemain muda, seperti yang terlihat dengan keberhasilan Timnas Indonesia di berbagai kelompok umur yang lolos ke Piala Asia 2027 dan 2025. Meskipun sudah ada langkah positif, kita masih perlu banyak belajar dari negara lain yang telah sukses mencetak pemain bertalenta berkarier di Eropa, seperti Jepang.Â
Sistem pembinaan di Jepang sangat sistematis dan berjenjang. Mereka memulai pembinaan sejak usia dini dengan melibatkan akademi sepak bola yang tersebar di seluruh negara dan kemudian melanjutkan ke liga-liga profesional yang sangat kompetitif, seperti J-League. Selain itu, Jepang juga memberikan kesempatan bagi pemain muda untuk menimba ilmu sepak bola di luar negeri, seperti yang dilakukan oleh Takumi Minamino dan Kaoru Mitoma.Â
Minamino, setelah meniti karir di Cerezo Osaka, melanjutkan ke Red Bull Salzburg di Austria dan akhirnya bergabung dengan Liverpool. Keberhasilannya ini berkat sistem pembinaan yang kuat di Jepang yang memfokuskan pada kualitas teknik, kedisiplinan, serta mentalitas profesional. Begitu juga dengan Mitoma, yang meskipun memulai karir di Kawasaki Frontale, memilih untuk melanjutkan pendidikan sepak bolanya di Universitas Tsukuba sebelum menembus liga Eropa melalui Union Saint-Gilloise dan Brighton & Hove Albion. Kunci kesuksesan mereka terletak pada pengembangan fisik, mental, dan teknis yang komprehensif, yang dibangun sejak usia dini. Ini menjadi contoh yang patut diikuti oleh Indonesia dalam meningkatkan kualitas pemain muda dan memperkuat sistem pembinaan yang ada, agar dapat bersaing di level internasional dengan lebih maksimal.