Mohon tunggu...
Yuriadi
Yuriadi Mohon Tunggu... Lainnya - | Penulis lepas | https://www.kompasiana.com/ceritayuri

Warga Negara Indonesia (WNI) biasa dari Kota Makassar. Menyukai informasi teknologi, sosial, budaya dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengendalikan Regresivitas PPN Agar Kelas Menengah Tidak Semakin Jatuh dan Terjerembab

20 November 2024   15:08 Diperbarui: 20 November 2024   15:48 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Universitas Indonesia, diperkirakan bahwa lebih dari 35% masyarakat kelas menengah akan mengalami kesulitan ekonomi akibat kebijakan ini. Peningkatan tarif PPN di tengah stagnasi upah dan ketidakpastian ekonomi membuat daya beli mereka semakin terjepit. Hal ini diperburuk dengan terbatasnya akses mereka terhadap berbagai program subsidi pemerintah yang hanya menguntungkan kelompok bawah, sementara kalangan menengah kerap kali tidak mendapatkan bantuan langsung.

Beberapa sektor yang paling terpengaruh adalah sektor barang konsumsi, kendaraan, dan properti. Misalnya, industri otomotif yang selama ini menjadi salah satu indikator kelas menengah, mengalami penurunan penjualan hingga 10% pada kuartal pertama tahun 2024 akibat PPN yang lebih tinggi. Dalam data yang dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), tercatat bahwa kelas menengah yang biasanya membeli mobil baru kini cenderung menunda atau mengurangkan pembelian mereka.

Beban pajak yang semakin tinggi membuat kalangan menengah terancam terjerembab menjadi kelas bawah. Salah satu indikator penting dari status sosial dan ekonomi adalah akses terhadap barang dan jasa. Kelas menengah yang dulunya dapat menikmati berbagai fasilitas seperti perumahan, pendidikan berkualitas, dan layanan kesehatan, kini harus berjuang untuk mempertahankan daya beli mereka. Dengan kenaikan harga barang dan terbatasnya pilihan subsidi dari pemerintah, banyak dari mereka yang harus mengalihkan pengeluaran untuk bertahan hidup, alih-alih untuk meningkatkan kualitas hidup.

Selain itu, dengan semakin meningkatnya biaya hidup, banyak pekerja kelas menengah yang merasa terjepit dalam lingkaran kesulitan ekonomi. Berdasarkan riset dari Bank Indonesia, meskipun upah di sektor formal mulai meningkat, tetapi laju inflasi dan tarif PPN yang lebih tinggi cenderung menggerus daya beli mereka, sehingga kelas menengah semakin rentan terdegradasi ke dalam kategori miskin.

Diskusi dan Alterantif Solusi
Untuk menghindari terjerembabnya kelas menengah lebih dalam ke dalam kesulitan ekonomi, pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan yang lebih responsif terhadap dampak kenaikan PPN 12 persen ini. Salah satu solusi adalah dengan memberikan insentif atau potongan pajak untuk barang-barang kebutuhan dasar yang dikonsumsi oleh kalangan menengah. Pemerintah juga harus memperkuat sistem subsidi yang dapat menjangkau kalangan menengah tanpa membebani anggaran negara lebih jauh.

Program perlindungan sosial yang lebih inklusif dan efisien sangat diperlukan untuk mencegah kalangan menengah semakin terpuruk. Misalnya, memberikan bantuan tunai atau subsidi langsung untuk barang-barang yang menjadi kebutuhan pokok bagi kalangan ini, seperti bahan pangan, perumahan, dan pendidikan. Kenaikan tarif PPN 12 persen pada 2024 membawa dampak yang signifikan bagi kelas menengah Indonesia. Dengan daya beli yang semakin tergerus, kalangan ini sangat rentan untuk terjerembab ke dalam kemiskinan. Oleh karena itu, kebijakan fiskal yang lebih sensitif terhadap kondisi kelas menengah perlu segera dipertimbangkan oleh pemerintah untuk menjaga stabilitas sosial dan ekonomi, serta mencegah penurunan kelas yang dapat merugikan perekonomian nasional secara keseluruhan.
(yrd).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun