Bab 5 -- Jeritan Hati Kinan
Kembali ke Taksi. Mbok Yem membimbing Anna kembali masuk ke taksi. Namun, rasa penasaran Anna belum selesai. Ia meminta sopir taksi membawanya ke kosannya. Pikirannya penuh harap, yakin ibu kos pasti mengenalnya.
Di dalam taksi, Anna terdiam memandang jalanan yang berlalu. Tubuhnya terasa berat, bukan tubuh Kinan yang lemah, tetapi tubuhnya sendiri yang merasakan kelelahan emosional karena tak menemukan jejak hidupnya.
Ponsel di tangan Anna bergetar. "Kak Dirga" tertera di layar. Anna menatapnya sejenak, lalu mengabaikannya. Tak lama kemudian, ponsel Mbok Yem berbunyi. Suara dering itu terdengar nyaring di dalam taksi.
"Non, ini Den Dirga menelepon," ujar Mbok Yem, matanya penuh tanya.
Anna menghela napas. "Angkat saja, Mbok. Tapi bilang, saya tadi mau ketemu teman, tapi nggak tahu ke mana orangnya."
Mbok Yem menurut, mengangkat panggilan itu. "Iya, Den Dirga. Non Kinan tadi bilang mau ketemu teman, tapi kayaknya nggak ketemu orangnya. Sekarang kami sudah dalam perjalanan pulang."
Anna melemparkan pandangan keluar jendela, menahan perasaan yang berkecamuk di dadanya.
Sesampainya di rumah, tampak Dirga sudah berdiri di depan pintu, wajahnya tampak tidak bersahabat. Tangannya bersedekap, dan matanya menatap tajam ke arah Anna yang baru turun dari taksi.
"Kinan," ucap Dirga dengan nada rendah namun penuh tekanan. "Aku kan sudah bilang, tunggu sampai aku selesai kerja. Kamu malah keluyuran. Kamu nggak tahu kondisi tubuhmu sendiri?"
Anna menatap Dirga dengan malas. Tubuhnya yang lelah membuatnya tidak ingin menjawab omelan itu. Dirga mendekat, lalu tanpa berkata-kata, langsung memapahnya masuk ke kamar.