Sebelum ia sempat merespons, Anna menambahkan dengan senyum sinis. "Kamu kerja saja. Kumpulkan uang yang banyak untuk aku."
Kata-kata itu menghantam Dirga seperti pukulan. Ia tidak berkata apa-apa lagi. Sorot matanya berubah, tetapi ia memilih untuk diam, berbalik, dan meninggalkan ruangan.
Anna menatap punggung Dirga yang menjauh, perasaan campur aduk memenuhi dadanya. Ini bukan hanya kemarahan Kinan. Ini juga kemarahan Anna. Dua jiwa yang kini menyatu dalam satu tubuh, melawan orang yang sama.
---
Anna memutuskan untuk mencari jejak kehidupannya. Ia meminta sopir taksi mengantarnya ke kampus tempatnya dulu kuliah. Mbok Yem, yang ikut mendampinginya, tidak curiga apa-apa. "Sebentar ya, Mbok. Saya mau ketemu teman dulu," katanya sambil tersenyum.
Setibanya di kampus, Anna langsung menuju area panjat dinding. Tempat yang terasa begitu familiar baginya. Matanya langsung tertuju pada sosok Dudi, sahabatnya semasa kuliah. "Dudi!" panggil Anna, dengan suara ceria, sambil melambaikan tangan.
Dudi menoleh, tetapi ekspresinya bingung. Wajah Kinan yang cantik membuatnya sedikit tertegun. "Maaf, cari siapa ya?" tanyanya dengan nada sopan.
Anna menyadari bahwa dalam tubuh Kinan, Dudi tidak akan mengenalinya. Ia segera beradaptasi. "Saya lagi cari temen namanya Anna..." Tetiba Anna lupa dengan nama lengkapnya.
"Anna siapa? Jurusan apa?"
"Saya lupa nama lengkapnya. Tapi dia jurusan Teknik Industri. Katanya Anna sering main sama kamu di sini."
Dudi mengerutkan dahi, mencoba mengingat. "Anna? Teknik Industri? Hmm... Kayaknya nggak kenal, deh."