Aku marah.
Kepada waktu dan keadaanku sendiri.
Kemarahan yg sangat besar sampai tak ada kata terucap.
Mematung, membisu.
Setiap kata yg berusaha aku tumpahkan dari dalam hati,
selalu ditemani air mata tanpa henti.
Keluhan yang selalu terlontar di media sosial, kupikir telah gagal.
Menunaikan tugasnya menyampaikan rasa.
Aku marah.
Sungguh, aku berniat berkeluh kesah.
Tapi lidahku kaku. Apa yang harus aku katakan?
Kata "anjing" pun lebih terhormat untuk disematkan.
Sungguh, aku berniat berkeluh kesah.
Tapi hanya tulisan ini yang tumpah.
Terkadang, yang bisa merepresentasikan ekspresi,
adalah kata dengan beribu makna tanpa aksi.
Aku marah.
Mataku tak lagi memiliki binar.
Ucapan yang akan terlontar,
Aku yakin hanya akan menjadi nanar.
Ya, hakku direnggut lagi.
Seperti ruh yang dipaksa keluar dari dalam diri.
Seperti anak yang dipisahkan dari ibu sendiri.
Bogor, 27 April 2022
Octavia Maharani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H