Tahun ini kita akan merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-76. Ya, masih di tengah pandemi Covid-19 yang terus bertambah kasusnya, walaupun per artikel ini terbit, kasus aktifnya terus menurun.
Bicara tentang Kemerdekaan Indonesia, banyak sekali perubahan yang terjadi dari zaman ke zaman.
Hal ini disebabkan masuknya budaya asing ke Indonesia yang mendapatkan tempat di hati rakyat Indonesia, mulai dari musik K-Pop hingga serial India kecintaan ibu-ibu komplek yang kembali muncul ke permukaan sebagai alternatif stay at home yang digalakkan pemerintah, selain memelihara cupang dan tanaman hias tentunya.
Karenanya pula, banyak generasi muda yang mempelajari bahasa asing untuk mengikuti perkembangan zaman dan mengisi waktu luang selama berada di rumah. Bagaimana dengan Bahasa Indonesia?
Tentu saja istilah-istilah “kekinian” terus bertambah di kalangan anak muda. Bahkan terkadang mereka tidak mengetahui bahasa baku dari apa yang sering mereka ucapkan.
Simak saja muda-mudi Generasi-Z dewasa ini kerap menuturkan kata "galau" sebagai bahasa gaul keseharian mereka. Padahal sebagian besar belum tentu mengerti bahwa kata yang mereka anggap bahasa gaul pun kini merupakan bahasa baku.
Polarisasi bahasa kian merebak semenjak media sosial menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Hal itu menjadikan kata-kata baku menjadi lebih umum digunakan namun dengan pergeseran tata bahasa.
Generasi muda saat ini masih menganggap bahasa baku hanya digunakan untuk tulisan akademik, puisi, bahkan seringnya dianggap identik dengan lagu indie. Sebelum membahas lebih jauh, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu indie?
Indie berasal dari kata independent dimana lagu atau penyanyi memproduksi karyanya tanpa bantuan perusahaan/label besar. Banyaknya platform yang ada sekarang membuat banyak karya-karya indie merebak di masyarakat.
Yang menjadikan bahasa baku identik dengan lagu indie adalah karena banyaknya lagu indie yang memakai pilihan diksi yang tidak biasa digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.