Selepas sarapan kakak juga lekas berangkat ke tempat kerjanya yang seringnya sampai larut baru pulang. Aku juga masih bergelut dengan aktivitas magangku, yah lumayan dari hasil magangku bisa memenuhi sedikit kebutuhan hobiku, ya kan karena uang kuliah masih disubsidi ayah. Oh iya adik lelakiku tahun ini memilih bekerja daripada melanjutkan kuliah. Jadi setelah ini aku rasa ibu sudah terbiasa dengan suasana rumah yang hening jika siang hari.
Sudah sepekan ayah belum pulang.
Sepeninggal ayah yang menurut ibu sedang ada proyek di luar kota, hanya aku yang dikelilingi segudang pertanyaan. Adikku yang biasa ditemani ayah menyelesaikan bongkaran motornya akhir-akhir ini juga sedikit kebingungan tidak ada yang diajak diskusi.Â
Tapi, aku dan kakak yang memang dari kecil sudah terbiasa ditinggal sudah menjadikan kami hal biasa mengatasi apapun di rumah sendiri. Apalagi ibu, tanpa ayah pun ibu bisa membenahi kabel listrik yang putus atau membenahi gagang pintu yang rusak akibat kunci kamarku yang lupa.
"Bu, ayah perginya lama banget, nggak dikabari juga?" Tanya kakak saat santai dari ruang TV.
Ibu hanya menggeleng. Tangannya masih lentik membersihkan meja dapur selepas masak tadi.
Kakak menggeser tempat duduknya semula menghadap TV berganti menyerong ke arah dapur tepat ibu berdiri.
"Bu, ibu yakin Ayah baik-baik saja?"
Ibu masih membisu.
"Atau Ibu yang sedang tidak baik-baik saja?" Dahinya mengerut bernada sinis.
"Apa kamu kira Ibu sedang tidak baik-baik saja?" Tanpa hirau.